Jinadhammo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 56:
5. Phra Subhato (Muktar Rashyid - wafat).
Kelima orang Samanera yang menjadi Bhikkhu pada saat itu adalah, yaitu Samanera Jinasuryabhumi (U.P.Dhamapala atau Nirihuwa Bermandus, kemudian dikenal sebagai Bhikkhu [[Aggajinamitto]]), Samanera Dhammasila (Tan Hiap Kik, kemudian dikenal sebagai Bhikkhu [[Uggadhammo]]), Samanera Dhammavijaya (Tiong Khouw Siw, dikenal dengan Bhikkhu [[Sirivijoyo]], telah lepas jubah), Samanera Dhammasushiyo (Soenardi, yang dikenal dengan nama Bhikkhu Jinadhammo) dan Samanera Dhammabhumi (Djumadi, dikenal sebagai Bhikkhu [[Saccamano]], telah lepas jubah), mereka diupasampada menjadi bhikkhu.<ref name="tim" />
==Perjalanan sebagai Bhikkhu==
===Masa pelatihan ===
Tak lama setelah diupasampada, dengan berbekal kemampuan berbahasa Inggris hasil belajar dari mengikuti kursus serta tekad yang bulat, Bhikkhu Jinadhammo
<ref name="tim" /> Ketika tinggal di vihara hutan, ia mengalami kesederhanaan kehidupan para Bhikkhu di sana. Pagi-pagi sekali mereka keluar untuk [[Pindapatta]] dari rumah ke rumah. Dari setiap rumah, seorang Bhikkhu menerima nasi ketan secuil yang dikumpulkan hingga menjadi banyak. Lauknya biasanya adalah katak rebus atau ulat kelapa. Karena mengambil penahbisan sebagai [[Bhikkhu]] [[Theravada]], ia diperbolehkan untuk mengonsumsi daging asalkan tidak dengan membunuh sendiri atau menyebabkan makhluk tersebut dibunuh.<ref name="prabha" /> Saat pelatihan, para Bhikkhu hutan di Wat Pa Baan Taad, hanya makan sekali saja sehari. Karena kebanyakan vihara yang ada di hutan masih belum memiliki air leding, Beliau minum dari air hujan. Mungkin karena itu pula, Beliau sudah kehilangan banyak gigi pada saat ini.
Setelah sekitar tiga tahun
===Pelayanan===
Baris 70:
Bhikkhu Jinadhammo antusias melaksanakan program latih diri Umat Buddha, misalnya Program Latih Diri Vipassana Bhavana rutin, Pekan Penghayatan Dharma, Latih diri Atthangasila/Pabbaja Samanera-Samaneri, dan sebagainya. Didukung Romo [[Ombun Natio]], Bhikkhu Jinadhammo menggagas pendirian Institut Agama Buddha Smaratungga Cabang Medan (sekarang bernama [[Sekolah Tinggi Agama Buddha Bodhi Dharma]]). Ia juga memiliki banyak anak asuh dari keluarga Buddhis kurang mampu yang berkeingan melanjutkan pendidikan.<ref name="tim"/>
Bhikkhu Jinadhammo dipanggil pulang ke Indonesia oleh Ashin (Bhikkhu) Jinarakkhita untuk ditugaskan membantu perkembangan agama Buddha di Indonesia dengan wilayah tugas di daerah Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Aceh. Bhikkhu Jinadhammo mengemban tugas yang diberikan kepadanya dengan penuh tanggung jawab. Beliau banyak ketularan sikap pantang menyerah dari Ashin Jinarakkhita dalam menyebarkan Dhamma ke berbagai daerah, bukan hanya daerah kota, tetapi juga daerah terpencil.
Diawal menjalankan tugasnya, Beliau sering bepergian ke berbagai tempat sendiri dengan menumpang kendaraan umum, dibonceng dengan sepeda motor, naik sepeda, dan juga berjalan kaki. Perjalanan dilakukan Beliau kapan saja, siang atau malam, dan dalam berbagai kondisi cuaca. Bagi seorang Bhikkhu, tugas membabarkan Dhamma, pembinaan dan pelayanan umat merupakan kewajiban yang harus dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Untuk ke daerah Riau dari Medan, Beliau selalu menumpang bus ALS atau taksi. Di daerah Riau dan sekitar daerah kepulauan Riau, Veliau menumpang kapal kecil atau kapal pong pong. Selain selalu berangkat pagi dan baru tiba di tempat tujuan sore atau malam hari, tak jarang juga jubah Beliau basah karena kecipratan air laut dan air sungai. Salah satu buah dari rajinnya Beliau mengunjungi berbagai daerah di Riau adalah berdirinya Vipassana Centre di Pulau Moro, yang saat ini justru banyak dimanfaatkan orang Singapura untuk melatih diri karena pulau tersebut memang dekat dengan Singapura.
Untuk daerah Aceh, biasanya beliau menumpang Bus Kurnia daru Jalan Puri, Medan atau menumpang taksi yang mengangkut koran pada pagi hari. Selama di daerah Aceh, biasanya beliau berkeliling mengunjungi Banda Aceh, Biruen, Sabang dan Lhokseumawe. Dalam mengembangkan dan megajarkan Dhamma, Bhikkhu Jinadhammo dikenal sebagai Bhikkhu yang luwes dan memberikan petunjuk tanpa menyakitkan yang mendengarkannya. Misalnya di daerah Wh, Aceh, Beliau mengikuti acara tradisi terlebih dahulu baru menyampaikan bimbingan Dhamma.
Dalam pengembangan Dhamma di daerah Sumatera Barat, Beliau bepergian dengan menumpang bus atau pesawat ke Kota Padang. Di kota Padang, Beliau naik angkot (angkutan kota/oplet) atau berjalan kaki ke Vihara Buddha Warman di pagi hari.
Selain menempuh perjalanan dengan fasilitas apa adanya, Beliau tidak pernah menuntut pelayanan dari umatnya. Makan apa adanya sesuai dengan yang ada atau yang disediakan dan tinggal atau beristirahat di tempat yang ada tanpa merepotkan umat. Di awal tahun 1970-an, saat Beliau baru mulai tinggal di vihara Borobudur, tak jarang hanya makan mie siap saji (mie instan) saja.
====Tsunami Aceh====
|