Candi Sawentar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri Dariel (bicara | kontrib)
Andri Dariel (bicara | kontrib)
Baris 114:
 
====Bagian Badan====
[[Berkas:Dewa Surya.png|thumb|Salah satu relief yang merupakan gambaran Dewa Surya]]
 
Pada bagian badan candi, terdapat relief kepala kala. Ini berfungsi magis, yaitu berfungsi menakuti kekuatan jahat yang berada disekeliling candi ([[banaspati]]). Kepala [[kala]] yang terdapat pada candi sawentar umumnya merupakan gambaran kelapal [[kala]] yang terdapat pada candi-candi hindu [[Jawa Timur]], dan sangat berbeda bentuk dengan kepala kala yang terdapat pada percandian [[Jawa Tengah]]. Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Tapi sangat disayangkan, karena kepala kala yang terdapat di atas pintu candi telah rusak. Dan seperti pada candi-candi [[Hindu]] lainnya, terdapat ruang induk yang dikelilingi oleh relung-relung. Dinding badan candi dihias dengan pelipit bawah, pelipit tengah, dan pelipit atas, yang dihias pula dengan hiasan lingkaran-lingkaran yang hampir serupa dengan yang ada pada kaki candi. Pada sisi barat terdapat pintu dengan penampil. Di kanan kiri pintu masuk terdapat relung kecil. Relung sebelah kiri pintu (utara) dahulunya berisi [[arca]] [[Mahakala]], sedangkan relung sebelah kanan pintu (selatan) dahulunya berisi [[arca]] [[Nandiswara]]. Mahakala adalah salah satu aspek Dewa [[Siwa]] sebagai ‘perusak’. Oleh karena itu bentuk [[Mahakala]] berwajah raksasa (demonis). Senjata yang dibawa adalah gada atau pedang. Atribut lainnya adalah ular, berambut gimbal. Sedangkan [[Nandiswara]] merupakan bentuk antropomorpic dari lembu ''‘Nandi’'' kendaraan [[Siwa]]. Oleh karena itu [[Nandiswara]] merupakan aspek [[Siwa]] juga. Bentuknya seperti manusia biasa, senjata yang dibawanya adalah [[trisula]] (senjata [[Siwa]]) yang menandakan bahwa dia masih dekat hubungannya dengan [[Siwa]].
 
Baris 120:
Menurut cerita Hindu, seorang raksasa, yaitu Mahesasura merusak kahyangan para dewa. Para dewa terutama [[Brahma]], [[Wisnu]], dan [[Siwa]] marah melihat keadaan tersebut. Dari kemarahan mereka itulah muncul kekuatan baru yang terjelmakan dalam figur seorang dewi yang sangat cantik, yaitu [[Durga]].
 
Berikutnya kita berjalan menuju sisi Timur (bagian belakang candi). Di sini kita mendapatkan relung yang kosong. Dahulu di relung ini berisi [[arca]] [[GhanesaGanesa]]. Tanda-tanda dari [[GhanesaGanesa]], di dalam mandala percandian ia selalu digambarkan duduk. Sikap kakinya seperti duduknya anak balita. Bertangan dua, delapan, sepuluh, duabelas, atau enam belas. Berperut buncit sebagai tanda bahwa ia kaya akan ilmu pengetahuan. Bermata tiga (trinetra seperti ayahnya). Berselempang ular. Senjata yang dibawanya secara standart adalah kapak (parasu), tasbih (aksamala), gading (danta) nya yang patah, serta mangkuk berisi madu (modaka). [[Dewa]] [[GhanesaGanesa]] dipuji sebagai dewa ilmu pengetahuan, dewa pembawa keberuntungan, serta [[dewa]] ‘penghancur segala rintangan/gangguan jahat’ (''Vignavignecvara'').
 
Berikutnya adalah relung sisi selatan. Relung ini telah kosong tanpa arca. Dahulu di sini bersemayam arca [[Siwa]] Guru atau Siwa Mahaguru ([[MahaguruDewa]] (dewa [[Siwa]] sebagai seorang pertapa/yogi). Dalam anggapan lain ada yang menyebutnya arca [[Resi]] [[Agastya]]. Tanda-tanda dari arca ini digambarkan berwujud seorang pertapa tua dengan rambutnya yang disanggul. Kumis dan jenggot panjang meruncing, serta berperut gendut. Bertangan dua yang masing-masing membawa tasbih (aksamala) dan kendi amerta (kamandalu). Pada sandaran sisi kanan terdapat senjata ‘Trisula’. Senjata tersebut terkadang ditempatkan di sisi lengan kanannya, kadang pula tangan kanannya memegang tangkai [[trisula]].
Selain itu, didapati reluang ruang utama Candi yang berisikan [[Yoni]] dan [[Lingga]]. Namun saat ini, jika kita melihat dilokasi tidak akan menjumpai lingga yang biasanya tertancap pada yoni. Diduga hal tersebut dikarenakan hilang dicuri atau sengaja dileburkan oleh orang. Dalam percandian memang diketahui daya magis inti candi terletak pada lingga dan yoni yang merupakan symbol veminim dan maskulin dari Siva dan Parvati. Penyatuan symbol tersebut dilambangkangkan kesucian yang menghasilkan air amrta. Pada upacara agama Hindhu yang dilakukan dipercandian selalu mengguyurkan air biasa pada lingga dan yoni untuk menghasilkan sebuah air yang dianggap sebagai air amerta/ air suci sebagai berkah umat. Hal ini hingga saat ini masih dijumpai pada kebudayaan masyarakat [[Hindu]] di [[India]], yakni negara asal ajaran [[Hindu]]. Upacara penyiraman air pada lingga yoni yang menghasilkan amerta tidak hanya pada [[lingga]] [[yoni]] yang terdapat dalam percandian, namun pada lingga yoni yang juga berada di luar percandian sebagai lingga yoni semu dari [[lingga]] [[yoni]] inti yang berada di percandian.
 
Pada [[Yoni]] Candi Sawentar memiliki keunikan karena terdapat motif ''garudea''. Garudea memang syarat dengan ceritera [[amerta]] maupun ''samodramantana''. Keunikan lainnya pada relung tengah yakni sebuah motif dewa surya yang terdapat pada bagian atap sentrum. Motif Dewa Surya ini sama halnya dengan motif yang terdapat pada ruang tengah Candi Jawi. Perlu diketahui pula bahwa motif Dewa Surya (Matahari) yang mengendarai kuda bertelinga seperti kelinci bukanlah ciri khas dari Majapahit. Ciri khas dari Kerajaan [[Majapahit]] hanyalah [[Surya Majapahit]] tanpa ada Dewa surya pengendara kuda. Motif Dewa surya ini diduga sebagai penerang karena letaknya tepat di centrum atas ruang tengah candi.
 
====Bagian atap candi====