Aji Putri Karang Melenu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah Referensi |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Aji Putri Karang Melenu'''
Dikisahkan sepasang suami istri dari Petinggi di Kampung Melanti Hulu Dusun tersebut selalu memohon kepada Dewata agar dikaruniai seorang anak sebagai penerus keturunannya.
Ulat kecil tadi dipelihara dengan baik oleh keluarga Petinggi Hulu Dusun. Babu Jaruma sangat rajin merawat dan memberikan makanan berupa daun-daun segar kepada ulat itu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, ulat itu membesar dengan cepat dan ternyata ia adalah seekor naga. Suatu malam, Petinggi Hulu Dusun bermimpi bertemu seorang putri yang cantik jelita yang merupakan penjelmaan dari naga tersebut. Sang putri meminta kepada petinggi tersebut untuk membuatkan sebuah tangga agar sang putri yang sudah berwujud naga tersebut dapat meluncur ke bawah rumah, karna pada saat itu, rumah-rumah di kampung tersebut berbentuk seperti rumah panggung.▼
Pagi harinya, Petinggi Hulu Dusun menceritakan mimpinya kepada sang istri. Mereka berdua lalu membuatkan sebuah tangga yang terbuat dari bambu. Ketika naga itu bergerak hendak turun, ia memberitahu agar petinggi dan istrinya agar mengikutinya kemana pun sang naga merayap bahkan jika sang naga tersebut merayap sampai ke sungai. Ia juga meminta agar dia sambil ditaburi dengan beras kuning serta membakar wijen hitam. Dan jika sang naga merayap sampai ke sungai dan telah masuk kedalam air, petinggi dan istrinya disuruh untuk mengiringi buih yang muncul di permukaan sungai. Sang naga memberitahukan semua keinginannya dengan suaranya persis seperti suara putri yang didengar dalam mimpi Petinggi semalam.
▲Ulat kecil tadi dipelihara dengan baik oleh keluarga Petinggi Hulu Dusun. Babu Jaruma sangat rajin merawat dan memberikan makanan berupa daun-daun segar kepada ulat itu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, ulat itu membesar dengan cepat dan ternyata ia adalah seekor naga.
Sang naga pun merayap menuruni tangga itu sampai ke tanah dan selanjutnya menuju ke sungai dengan diiringi oleh Petinggi dan isterinya. Setelah sampai di sungai, berenanglah sang naga berturut-turut 7 kali ke hulu dan 7 kali ke hilir dan kemudian berenang ke Tepian Batu. Di Tepian Batu, sang naga berenang ke kiri 3 kali dan ke kanan 3 kali dan akhirnya ia menyelam.
Di saat sang naga menyelam, timbullah angin topan yang dahsyat, air bergelombang, hujan, guntur dan petir bersahut-sahutan. Perahu yang ditumpangi petinggi pun didayung ke tepian. Kemudian seketika keadaan menjadi tenang kembali, matahari muncul kembali dengan disertai hujan rintik-rintik. Petinggi dan isterinya menjadi heran. Mereka mengamati permukaan
Tiba-tiba mereka melihat permukaan
Tak lama kemudian, perlahan-lahan Lembuswana dan sang naga tenggelam ke dalam sungai, hingga akhirnya yang tertinggal hanyalah gong yang berisi bayi dari khayangan itu. [[Gong]] dan bayi itu segera diambil oleh [[Babu Jaruma] dan dibawanya pulang. Petinggi dan istrinya sangat bahagia mendapat karunia berupa seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Bayi itu lalu dipelihara mereka, dan sesuai dengan mimpi yang ditujukan kepada mereka maka bayi itu diberi nama Puteri Karang Melenu. Bayi perempuan inilah kelak akan menjadi istri raja Kutai Kartanegara yang pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Demikianlah mitologi Kutai mengenai asal mula Naga Erau yang menghantarkan [[Putri Junjung Buih]] atau Putri Karang Melenu, ibu suri dari raja-raja Kutai Kartanegara.*** <ref> {{cite web
| last = lantih
| first = julak
|