Kota Bitung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Sejarah: bitung |
|||
Baris 31:
Menurut cerita sejarah, nama '''Bitung''' diambil dari nama sebuah
pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi.
Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan ''Tundu'an'' atau pemimpin. Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong. Pengertian kata ''Dotu'' adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata Datuk bagi orang-orang yang ada di Sumatera. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu ''Tumani Bitung'', mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari Suku Minahasa, etnis Tonsea.
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk
datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai
bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang
dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua
(Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun,
yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan.
Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha perikanan yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di wilayah Kabupaten Minahasa Utara
sekarang) yang dulunya merupakan pelabuhan perdagangan, karena menurut
pandangan mereka Bitung lebih strategis dan bisa dijadikan pelabuhan
pengganti Kema.
Seiring dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang
strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya
maka Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 10
April 1975 Bitung diresmikan sebagai Kota Administratif pertama di
Indonesia.
== Sejarah Bitung Versi Dotu Tunggal Nicodemus Sompotan ==
Sejarah Kota Bitung berasal dari nama Pohon Witung yang banyak
terdapat di pesisir pantai di Bitung,Timani Bitung (timani adalah :
dalam hal ini sebagai penjaga kebun/tanah yang dimiliki oleh pemerintah
belanda pada saat itu yaitu Nicodemus Sompotan dan istrinya Sabina
Lontoh.Inilah yang disebut Dotu Tunggal Tumani Bitung ini terjadi pada
tahun 1800an.Nicodemus Sompotan mempunyai enam orang anak yaitu : 1.
Elias Lontoh Sompotan 2. Betsi Betti Sompotan 3. Luisa Sompotan 4.
Marthin Sompotan 5. Getroida Frida Sompotan 6. Esau Ningka Sompotan Pada
tahun 1921 anak pertama Nicodemus Sompotan menjadi Hukum Tua pertama
desa Bitung yaitu Elias Lontoh Sompotan,dari Elias Lontoh Sompotan
muncul Emor Sompotan dan dari Emor muncul John Ivan Sompotan ( Bung John
).Kediaman dari Elias Lontoh Sompotan itulah Taman Kesatuan Bangsa
Bitung Saat ini.
Berkembangnya Bitung sampai dengan hari ini,pastinya tidak terlepas
dari peran awal dari keluarga kami yang memiliki tanah yang luas di
Bitung dan pihak Belanda mengakui akan kepemilikan itu sebagai mana
tersebut dalam Register 1 Folio 1.
Pada saat terjadi pergolakan maka tentara pusat menduduki rumah kami (
rumah Elias Lontoh Sompotan ) dan menjadikan rumah kami tempat
berkumpul dan menjadi gudang senjata tentara pusat,dimanakah rumah kami
itu? yaitu sekarang adalah Taman Kesatuan Bangsa Bitung,Demikian
dituturkan oleh Engelin Sabina Sompotan anak tertuah dari Esau Ningka
Sompotan,Esau Ningka Sompotan adalah anak terakhir dari Nicodemus
Sompotan ( Dotu Tunggal Tumani Bitung ).
Menurut cerita sejarah, nama '''[http://bitung.website/sejarah-kota-bitung.html Bitung]''' diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah [[Dotu Hermanus Sompotan]] yang dalam bahasa daerah disebut dengan ''Tundu'an'' atau pemimpin. [[Dotu Hermanus Sompotan]] tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan [[Dotu Rotti]], [[Dotu Wullur]], [[Dotu Ganda]], [[Dotu Katuuk]], [[Dotu Lengkong]]. Pengertian kata ''Dotu'' adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata [[Datuk]] bagi orang-orang yang ada di [[Sumatera]]. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu ''Tumani Bitung'', mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari [[Suku Minahasa]], etnis [[Tonsea]].
|