Muchdi Purwoprandjono: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dirga udara (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dirga udara (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 49:
Muchdi bertugas di pos komando teritorial di [[Irian Jaya]] (sekarang Papua) dari akhir tahun 1980-an hingga pertengahan tahun 1990-an, [[Jambi]] (1995-96), [[Jawa Timur]] (1996-97) dan [[Kalimantan]] (1997-98). Pada tahun 1998, ia menjadi Komandan Kopassus selama tiga bulan. Pada bulan Mei 1998 ia diberhentikan dari tugas struktural setelah pengunduran diri Soeharto. Pada bulan Agustus 1998, Dewan Kehormatan Perwira [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI) memutuskan bahwa Muchdi termasuk di antara mereka yang bertanggung jawab atas penculikan aktivis pro-demokrasi pada tahun 1997-98. Setelah itu, Muchdi menjadi jenderal tanpa jabatan komando di Mabes TNI.<ref>{{cite web|title=MajGen Muchdi P R (Purwopranjono)|url=http://syaldi.web.id/mot/Muchdi%20PR.htm|website=Masters of Terror|accessdate=24 Februari 2018}}</ref>
 
=== Riwayat Jabatan ===
==Pendidikan Militer==
* AKABRI (1970)
* Sesarcab Infanteri
* Komando
* Diklapa I
* Diklapa II
* Seskoad
* Untar (1985)
* Sesko (1987)
 
==Riwayat Jabatan==
* Komandan Peleton Taruna (1971—1972)
* Komandan Peleton Parako (1972—1974)
Baris 72 ⟶ 62:
* Danjen Kopassus (1998—1999)
* Pati Mabes TNI (1999—2001)
* Deputi V BIN/Penggalangan<ref name="auto3"/> (2001—2005)
 
=== Sipil ===
Baris 78 ⟶ 68:
* Agen BIN (2005—2006)
 
=== Promosi menjadi Danjen Kopassus ===
== Riwayat Organisasi ==
Pengangkatan Muchdi menjadi pimpinan Kopassus pada tanggal 28 Maret 1998 terjadi atas perintah sahabatnya sekaligus pendahulunya, Prabowo, yang dipromosikan menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Panglima Angkatan Darat saat itu [[Wiranto]] menentang Muchdi dilantik sebagai Panglima Kopassus dan malah lebih memilih Brigjen Sang Nyoman Suwisma, seorang Hindu. Namun Wiranto kalah manuver dari Prabowo yang dekat dengan Soeharto. Seperti yang dikisahkan Wiranto dalam memoarnya ''Saksi di Tengah Badai'':
* Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Berkarya (2014)
 
* Ketua Umum Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan [[Hizbul Wathan]] (2016—2021)
{{Quote
* Ketua Umum DPP Partai Berkarya (2020—)
|text=Ketika saya menjadi KSAD…diputuskan bahwa Danjen Kopassus yang baru menggantikan Prabowo adalah Brigjen. Jenderal Suwisma. Namun keputusan tersebut tidak bisa terlaksana karena Prabowo sudah mendatangi langsung Presiden Soeharto dan berdebat dengannya untuk membatalkan pengangkatan Suwisma. Argumen yang disampaikannya kepada Presiden Soeharto adalah bahwa komandan baru harus menganut agama yang sama dengan mayoritas anggota Kopassus. Kalau tidak, pasukan elit akan kesulitan menjalankan misinya.... Prabowo kemudian secara pribadi melamar Mayjen Muchdi PR yang saat itu menjabat Panglima Militer di Kalimantan. Saya tentu sangat kecewa dengan manuver seperti itu. Jadi saya menceritakan kisah sebenarnya kepada Presiden Soeharto…. Saya juga mengatakan saya akan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Namun belakangan saya tahu bahwa saya terlambat karena Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung telah menandatangani keputusan tersebut tanpa menghiraukan saya sebagai Panglima Angkatan Darat, dengan alasan bahwa Presiden ingin hal itu mengarah ke sana.<ref name="Wiranto2003">{{cite book|author=Wiranto|title=Witness in the storm: a memoir of an Army General (ret)|url=https://books.google.com/books?id=n5C6AAAAIAAJ|year=2003|publisher=Delta Pustaka Express|isbn=978-979-97721-2-1|page=20}}</ref>
}}
 
Muchdi hanya menjabat kurang dari 60 hari sebagai Danjen Kopassus di tengah krisis keuangan, kerusuhan dan gerakan pro-demokrasi yang berujung pada pengunduran diri Soeharto.
 
== Penghargaan ==