Perang Diponegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Baris 64:
Pada tahun [[1827]], Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun [[1829]], [[Kyai Modjo]], pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran [[Mangkubumi]] dan panglima utamanya [[Alibasah Sentot Prawirodirjo]] menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal [[28 Maret]] [[1830]], Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke [[Manado]], kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal [[8 Januari]] [[1855]].
 
Berakhirnya Perang Jawa merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 [[pribumi]], dan 200.000 orang Jawa.<ref Sehingganame="Ricklefs">M.C. setelahRicklefs: ''A History of modern Indonesia since 1300'', p.&nbsp;117.</ref> Setelah perang iniberakhir, jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya.
 
MengingatKarena bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Diponegoro dianggap pemberontak, sehingga konon anakketurunan cucunyaDiponegoro tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudianhingga [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.
 
== Akhir Perang ==