Penuaan Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 25:
Wanita muda bahkan mengambil bagian dalam gaya hidup berpusat pada teman-teman, pekerjaan, dan menghabiskan sejumlah besar pendapatan mereka; orang dewasa Jepang yang belum kawin biasanya tinggal bersama orang tua mereka, sehingga menghemat biaya rumah tangga dan meningkatkan jumlah uang yang tersedia untuk hiburan. Sosiolog Masahiro Yamada memberi cap orang dewasa muda tersebut sebagai "lajang parasit". Beberapa wanita muda bereaksi dengan menciptakan kartu nama dengan nama mereka dan gelar "Parasit Lajang" dicetak di atasnya. Media Jepang telah memberikan cakupan berat untuk penurunan angka kelahiran Jepang, namun tren ini terus berlanjut.<ref name="Wiseman"><cite class="citation news" contenteditable="false">Wiseman, Paul (6/2/2004). </cite></ref>
 
<span{{Nihongo|Pria contenteditable="false">Herbivore men</span>&#x20;(<span class="t_nihongo_kanji" lang="ja">herbivora|草食(系)男子</span><span class="t_nihongo_comma" style="display:none">,</span>&#x20;''|Sōshoku(-kei) danshi''<sup class="t_nihongo_help noprint"><span class="t_nihongo_icon" style="color: #00e; font: bold 80% sans-serif; text-decoration: none; padding: 0 .1em;">?</span></sup>)}} adalah fenomena sosial di Jepang yang ditandai dengan pria yang menghindari perkawinan atau mendapatkan pacar.<ref><cite class="citation news" contenteditable="false">Yang, Jeff (2011-03-23). </cite></ref> Fenomena ini dipandang oleh pemerintah Jepang sebagai penyebab utama dalam penurunan tingkat kelahiran nasional, mendorong pemerintah untuk memberikan insentif bagi pasangan yang memiliki anak, termasuk pembayaran dan pelayanan kesehatan gratis.<ref name="autogenerated1"><cite class="citation news" contenteditable="false">[http://www.bbc.co.uk/news/world-16500768 "Young Japanese 'decline to fall in love'"]. </cite></ref>
 
== Dampak terhadap masyarakat ==
Kebijakan publik, media, dan diskusi dengan warga negara mengungkapkan kepedulian tingkat tinggi terhadap implikasi satu dari empat orang di Jepang adalah 65 tahun atau lebih tua. Pada tahun 2025, [[rasio ketergantungan]] (rasio orang di bawah usia 15 tahun ditambah mereka yang 65 tahun dan lebih tua untuk mereka yang berusia 15-65 tahun, menunjukkan secara umum rasio populasi bergantung kepada penduduk yang bekerja) diperkirakan menjadi dua tanggungan untuk setiap tiga pekerja.<sup class="noprint Inline-Template Template-{{Fact" style="white-space:nowrap;" contenteditable="false">&#x5B;''<span title="This claim needs references to reliable sources. (March 2015)">citation needed</span>''&#x5D;</sup>}}  Meskipun hanya klaim, ini bukanlah rasio ketergantungan yang sangat tinggi, misalnya, Uganda memiliki 1,3 tanggungan untuk setiap satu pekerja.<sup class="noprint Inline-Template Template-{{Fact" style="white-space:nowrap;" contenteditable="false">&#x5B;''<span title="This claim needs references to reliable sources. (March 2015)">citation needed</span>''&#x5D;</sup>}} Penuaan populasi sudah menjadi jelas dalam penuaan tenaga kerja dan kekurangan pekerja muda pada akhir 1980-an, dengan dampak potensial pada praktik kerja, upah dan tunjangan, dan peran perempuan dalam angkatan kerja.
 
Meningkatnya proporsi orang tua juga memiliki dampak besar pada pengeluaran pemerintah. Jutaan dolar disimpan setiap tahun untuk pendidikan dan perawatan kesehatan dan kesejahteraan untuk anak-anak. Seperti baru-baru awal 1970-an, belanja sosial hanya sebesar 6% dari pendapatan nasional Jepang. Pada tahun 1992 bagian tersebut dari anggaran nasional adalah 18%, dan diperkirakan bahwa tahun 2025, 27% dari pendapatan nasional akan digunakan untuk kesejahteraan sosial.<sup class="noprint Inline-Template Template-{{Fact" style="white-space:nowrap;" contenteditable="false">&#x5B;''<span title="This claim needs references to reliable sources. (March 2015)">citation needed</span>''&#x5D;</sup>}}
 
Selain itu, median usia penduduk lansia meningkat pada akhir 1980-an. Proporsi orang usia 65-85 diperkirakan meningkat dari 6% pada tahun 1985 menjadi 15% pada tahun 2025. Karena kejadian meningkatnya penyakit kronis dalam usia tersebut, sistem pelayanan kesehatan dan dana pensiun diharapkan untuk datang di bawah tekanan berat. Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai mengevaluasi kembali beban relatif pemerintah dan sektor swasta dalam [[Perawatan kesehatan|pelayanan kesehatan]] dan [[Manfaat pensiun|dana pensiun]], dan menetapkan kebijakan untuk mengendalikan biaya pemerintah dalam program ini.