Penyatuan Jerman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 2:
[[Berkas:Deutsches Reich 1871-1918.png|325px|thumb|right|alt=Peta Eropa tengah yang menunjukkan 26 wilayah yang akan menjadi bagian dari [[Kekaisaran Jerman]] bersatu pada tahun 1891. Prusia yang berbasis di timur laut mendominasi wilayah Kekaisaran Jerman (sekitar 40% wilayah kekaisaran).|Kekaisaran Jerman 1871–1918. Wilayah [[Kekaisaran Austria]] yang berbahasa Jerman tidak termasuk, sehingga negara ini mewakili solusi '''[[pertanyaan Jerman|Jerman kecil]]''' (''Kleindeutsch'').]]
 
'''Penyatuan [[Jerman]]''' menjadi negara yang terintegrasi secara politik dan administratif secara resmi berlangsung pada 18 Januari 1871 di [[Balai Cermin (Istana Versailles)|Balai Cermin]] [[Istana Versailles]] di [[Perancis]]. Pangeran-pangeran negara-negara Jerman berkumpul untuk memproklamirkan [[Wilhelm I, Kaisar Jerman|Wilhelm]] dari [[Prusia]] sebagai Kaisar Wilhelm dari [[Kekaisaran Jerman]] setelah Perancis menyerah dalam [[Perang Perancis-Prusia]]. Transisi ''de facto'' sebagian besar penduduk berbahasa Jerman menjadi negara-negara yang tergabung dalam (kon)federasi telah berlangsung secara tidak resmi melalui aliansi resmi dan tidak resmi para penguasa — tetapi tanpa kemajuan yang berarti, karena kepentingan pribadi penguasa menghambat proses penyatuan selama hampir satu abad setelah pembubaran [[Kekaisaran Romawi Suci]] (1806) dan kebangkitan [[nasionalisme Jerman]] selama era [[peperangan era Napoleon|peperangan Napoleon]].
 
Penyatuan ini menimbulkan ketegangan akibat perbedaan religius, linguistik, sosial, dan budaya penduduk Kekaisaran Jerman, sehingga peristiwa tahun 1871 hanya merupakan satu momen dalam serangkaian proses penyatuan yang lebih besar. Sebelumnya, [[Kaisar Romawi Suci]] seringkali disebut "Kaisar seluruh Jerman ", dan di Kekaisaran, anggota bangsawan tinggi disebut "Pangeran-Pangeran Jerman", karena wilayah-wilayah berbahasa Jerman yang sebelumnya disebut [[Francia Timur]] terorganisasi menjadi kerajaan-kerajaan kecil sebelum bangkitnya [[Karel yang Agung]] (800 M). Karena wilayah tersebut memiliki relief yang bergunung-gunung, muncul perbedaan budaya, pendidikan, bahasa, dan agama di antara warga yang saling terisolasi. Namun, Jerman pada abad ke-19 menikmati kemajuan transportasi dan komunikasi yang menghubungkan rakyatnya dalam budaya yang lebih besar.
Baris 34:
Dalam [[Perang Koalisi Kedua]] (1799–1802), [[Napoleon Bonaparte]] berhasil mengalahkan tentara kekaisaran. [[Traktat Lunéville]] (1801) dan [[Traktat Amiens|Amiens]] (1802) serta [[Mediatisasi Jerman|Mediatisasi 1803]] menyerahkan banyak wilayah wilayah Kekaisaran Romawi Suci kepada negara-negara dinasti dan wilayah keuskupan yang disekulerisasi. Sebagian besar kota kekaisaran dibubarkan, dan penduduk di wilayah-wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan adipati dan raja. Perubahan ini terutama memperluas wilayah [[Kerajaan Württemberg|Württemberg]] dan [[Kadipaten Agung Baden|Baden]]. Pada tahun 1806, setelah Napoleon berhasil menyerang Prusia dan mengalahkan tentara gabungan Prusia dan Rusia dalam [[Pertempuran Jena-Auerstedt]], Napoleon menetapkan [[Perdamaian Pressburg (1805)|Traktat Pressburg]], yang memaksa Kaisar membubarkan Kekaisaran Romawi Suci.<ref>Robert A. Kann. ''History of the Habsburg Empire: 1526–1918,''Los Angeles, 1974, hlm. 221. In his abdication, Francis released all former estates from their duties and obligations to him, and took upon himself solely the title of King of Austria, which had been established since 1804. Golo Mann, ''Deutsche Geschichte des 19. und 20. Jahrhunderts'', Frankfurt am Main, 2002, hlm. 70.</ref>
 
=== Kebangkitan nasionalisme Jerman di bawah sistem Napoleonik ===
{{Details|Peperangan era Napoleon}}
 
Baris 81:
{{Details|Zollverein}}
 
[[Uni pabean]] yang disebut ''[[Zollverein]]'' membantu mendorong penyatuan dalam bidang ekonomi. Konsep ini awalnya digagas oleh Menteri Keuangan Prusia [[Hans, Count von Bülow]], sebagai uni pabean Prusia pada tahun 1818. ''Zollverein'' menghubungkan berbagai wilayah Prusia dan [[Hohenzollern]]. Belakangan negara-negara Jerman lainnya juga ikut bergabung. Uni pabean ini membantu mengurangi hambatan [[proteksionisme|proteksionis]] di antara negara-negara Jerman dan memperbaiki transportasi bahan baku dan barang jadi, sehingga barang lebih mudah dikirim dan biaya pun berkurang. ''Zollverein'' sangat penting bagi pusat-pusat industri baru yang kebanyakan terletak di daerah [[Rheinland]], [[Saar]], dan [[Ruhr]].<ref>Sheehan, pp. 465–67; Blackbourn, ''Long Century'', hlm. 106–107.</ref>
 
=== Jalan dan kereta api ===
Baris 102:
Periode [[negara polisi]] di Austria dan Prusia dan penyensoran besar-besaran sebelum meletusnya [[Revolusi 1848]] di Jerman belakangan dikenal dengan sebutan ''[[Vormärz]]'', "sebelum Maret", yang merujuk pada bulan Maret 1848. Selama periode ini, liberalisme memperoleh momentum di Eropa; agendanya meliputi isu ekonomi, sosial, dan politik. Sebagian besar kaum liberal Eropa pada periode ''Vormärz'' menginginkan penyatuan berdasarkan asas-asas nsionalis, mendukung transisi ke [[kapitalisme]], dan menginginkan perluasan hak suara laki-laki. "Keradikalan" mereka bergantung pada posisi mereka terkait dengan hak suara laki-laki: semakin luas definisi hak suara yang diinginkan, semakin radikal mereka.<ref>Jonathan Sperber, ''Rhineland radicals: the democratic movement and the revolution of 1848–1849''. Princeton, N.J., 1993.</ref>
 
=== Festival Hambach: nasionalisme liberal dan tanggapan konservatif ===
[[Berkas:Zug-zum-hambacher-schloss 1-1200x825.jpg|thumb|right|Partisipan pro-nasionalis berjalan ke reruntuhan Istana Hambach pada tahun 1832. Kebanyakan dari mereka adalah siswa dan profesional beserta pasangan mereka. Mereka membawa bendera ''Burschenschaft'' bawah tanah, yang nantinya menjadi dasar bendera Jerman modern.]]
 
Baris 195:
 
Perlawanan terhadap taktik kekuatan fisik Prusia bermunculan di berbagai kelompok sosial dan politik. Di negara-negara Jerman, dewan kota, anggota parlemen liberal yang mendukung negara bersatu, dan kamar dagang - yang akan memperoleh keuntungan besar dari penyatuan - menentang perang antara Prusia dan Austria. Mereka yakin bahwa konflik tersebut hanya memenuhi kepentingan dinasti-dinasti kerajaan. Kepentingan mereka, yang dianggap oleh mereka sebagai kepentingan "sipil" atau "borjuis", seolah menjadi tidak relevan. Pendapat publik juga menentang dominasi Prusia. Penduduk Katolik di sepanjang sungai [[Rhein]] - terutama di wilayah kosmopolitan seperti [[Köln]] dan wilayah padat di Lembah [[Ruhr]] - terus mendukung Austria. Pada akhir musim semi, negara-negara Jerman yang paling penting menentang upaya Berlin untuk mereorganisasi negara-negara Jerman dengan paksa. Kabinet Prusia memandang kesatuan Jerman sebagai permasalahan kekuatan dan pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kekuatan dan kemauan untuk memegang kekuatan tersebut. Sementara itu, kaum liberal di dewan Frankfurt menganggap kesatuan Jerman sebagai proses negosiasi yang akan mengarah pada pembagian kekuasaan oleh berbagai pihak.<ref>Sheehan, hlm. 909.</ref>
[[FileBerkas:1866 prinz-friedrich-karl-bei-koeniggraetz 1b-640x428.jpg|thumb|upright=1.3||Pangeran Prusia [[Pangeran Friedrich Carl dari Prusia|Friedrich Carl]] memerintahkan pasukannya untuk menyerang dalam [[Pertempuran Königgrätz]]. Putra Mahkota dan tentaranya datang terlambat, dan berada di tempat yang salah, namun ketika tiba ia memerintahkan tentaranya untuk langsung bertempur. Pertempuran yang menentukan ini, yang dimenangkan oleh Prusia, memaksa Habsburg untuk mengakhiri perang dan membuka jalan untuk solusi ''Kleindeutschland'' (Jerman kecil), atau "Jerman tanpa Austria."]]
 
==== Austria terisolasi ====
Walaupun beberapa negara Jerman awalnya mendukung Austria, mereka memilih untuk bertahan dan gagal melancarkan serangan yang efektif terhadap tentara Prusia. Akibatnya, tentara Austria menghadapi tentara Prusia yang memiliki teknologi yang lebih unggul dengan dukungan dari [[Sachsen]] saja. Perancis menjanjikan bantuan, tetapi terlambat dan bantuannya sendiri tidak cukup.<ref>Geoffrey Wawro, ''The Austro Prussian War: Austria's War with Prussia and Italy in 1866.'' Cambridge, Cambridge University, 1996, hlm. 50–60; 75–79.</ref> Lebih lagi, mobilisasi Italia di perbatasan selatan Austria mengharuskan Austria untuk membagi pasukannya untuk [[Perang Kemerdekaan Italia Ketiga|berperang]] di front kedua di [[Veneto|Venesia]] dan [[Laut Adriatik]].<ref>Wawro, hlm. 57–75.</ref> Pada akhirnya, [[Pertempuran Königgrätz]] yang berlangsung sepanjang hari di desa [[Sadová]] memberikan Prusia kemenangan yang menentukan jalannya perang.<ref>Sheehan, hlm. 908–909</ref>
 
=== ''Realpolitik'' dan Konfederasi Jerman Utara ===
Baris 217:
Di Kongres Wina pada tahun 1815, Metternich dan sekutu-sekutu konservatifnya mendirikan kembali monarki Spanyol di bawah kepemimpinan [[Raja Ferdinand VII dari Spanyol|Raja Ferdinand VII]]. Dalam waktu empat puluh tahun, kekuatan-kekuatan besar masih mendukung monarki Spanyol, tetapi peristiwa pada tahun 1868 menguji sistem lama. Revolusi di Spanyol menjatuhkan [[Isabella II dari Spanyol|Ratu Isabella II]], dan tahta kerajaan tetap kosong sementara Isabella hidup dalam pengasingan di Paris. Bangsa Spanyol yang sedang mencari penerus Katolik yang tepat menawarkan jabatan raja kepada tiga pangeran Eropa, namun semuanya ditolak oleh [[Napoleon III]] sebagai tokoh berpengaruh kuat di tingkatan regional. Akhirnya, pada tahun 1870 mahkota ditawarkan kepada [[Leopold, Pangeran Hohenzollern|Leopold]] dari [[Hohenzollern-Sigmaringen]], pangeran Katolik dari garis keturunan Hohenzollern.<ref>Howard, hlm. 50–57.</ref>
 
Dalam beberapa minggu, tawaran Spanyol menjadi topik perbincangan di Eropa. Bismarck mendorong Leopold agar menerima tawaran tersebut.<ref>Howard, hlm. 55–56.</ref> Apabila seseorang dari wangsa Hohenzollern-Sigmaringen diangkat menjadi raja Spanyol, di kedua sisi perbatasan Perancis akan terdapat raja-raja Jerman dari garis keturunan Hohenzollern. Hal ini mungkin menyenangkan Bismarck, tetapi tidak dapat diterima oleh Napoleon III atau [[Agenor, duc de Gramont]], Menteri Luar Negeri Perancis. Gramont menulis ultimatum kepada Wilhelm sebagai kepala keluarga Hohenzollern dan menyatakan bahwa apabila seorang pangeran Hohenzollern menerima mahkota Spanyol, pemerintah Perancis akan menanggapinya-walaupun ia tidak menjelaskan tanggapan apa yang akan diberikan. Pangeran Leopold mengundurkan diri dari pencalonan, sehingga meredakan krisis, tetapi duta besar Perancis untuk Berlin tidak membiarkan isu tersebut hilang.<ref>Howard, hlm. 56–57.</ref> Ia mendekati Raja Prusia secara langsung saat sang raja sedang berlibur di [[Bad Ems]], dan meminta agar Raja mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa ia tidak akan memperbolehkan pemasangan seorang Hohenzollern di tahta Spanyol. Wilhelm menolak memberi pernyataan tersebut, dan mengirimkan berita tertulis kepada Bismarck melalui telegram yang mendeskripsikan permintaan Perancis. Bismarck menggunakan telegram raja, yang disebut [[berita tertulis Ems]], sebagai templat untuk pernyataan singkat di media. Setelah Bismarck menyingkat dan mempertajam kata-kata raja - ditambah dengan perubahan yang dibuat dalam proses penerjemahan oleh instansi Perancis [[Havas]] — berita tertulis Ems menimbulkan kemarahan di Perancis. Rakyat Perancis, yang masih marah akan kekalahan di Sadová, meminta perang.<ref>Howard, hlm. 55–59.</ref> [[Berkas:Napoleon III Otto von Bismarck (Detail).jpg|thumb|upright=1.25|right|Kaisar Napoleon III (kiri ) di Sedan, pada 2 September 1870, duduk di sebelah Kanselir Prusia Otto von Bismarck yang memegang pedang Napoleon. Kekalahan angkatan bersenjata Perancis mendestabilisasi rezim Napoleon; revolusi di Paris mendirikan [[Republik Perancis Ketiga]], dan perang berlanjut.]]
 
=== Operasi militer ===
Baris 258:
Salah satu unsur penting dalam suatu negara-bangsa adalah budaya nasional, yang seringkali - walaupun tidak harus - dibuat melalui kebijakan nasional.<ref>Untuk mengetahui lebih banyak tentang gagasan ini, lihat Joseph R. Llobera, and Goldsmiths' College. ''The role of historical memory in (ethno)nation-building'', Goldsmiths sociology papers. London, 1996; {{de icon}} Alexandre Escudier, Brigitte Sauzay, and Rudolf von Thadden. ''Gedenken im Zwiespalt: Konfliktlinien europäischen Erinnerns'', Genshagener Gespräche; vol. 4. Göttingen: 2001; Alon Confino. ''The Nation as a Local Metaphor: Württemberg, Imperial Germany, and National Memory, 1871–1918.'' Chapel Hill, 1999.</ref> Dalam bangsa Jerman yang baru, kebijakan ''[[Kulturkampf]]'' (1872–78) dilancarkan untuk membereskan beberapa perbedaan dalam masyarakat Jerman, walaupun pada akhirnya tidak berhasil. Khususnya, kebijakan ini berusaha mengatur masalah bahasa, pendidikan, dan agama. Kebijakan [[Jermanisasi]] orang-orang non-Jerman (seperti [[Bangsa Polandia|orang Polandia]] dan [[bangsa Denmark|Denmark]]) dimulai dengan pengajaran [[bahasa Jerman]], wajib belajar, dan pembuatan kurikulum standar yang mempromosikan dan merayakan gagasan masa lalu bersama. Pada akhirnya, kebijakan tersebut juga mengatur urusan agama.<ref>Blackbourn, ''Long Century'', hlm. 243–282.</ref>
 
=== ''Kulturkampf'' ===
{{main|Kulturkampf}}
Bagi beberapa orang Jerman, definisi ''bangsa'' tidak meliputi [[pluralisme]], dan agama [[Katolik Roma|Katolik]] berada di bawah pengawasan; beberapa orang Jerman, terutama Bismarck, takut bahwa keterkaitan Katolik dengan [[kepausan]] akan membuat mereka kurang setia kepada bangsa. Sebagai kanselir, Bismarck mencoba membatasi pengaruh [[Gereja Katolik Roma]] dan partainya, [[Partai Tengah Katolik]], melalui kebijakan sekolah, pendidikan, dan bahasa. Namun, upaya ini tidak berhasil. Partai Tengah Katolik masih tetap kuat di wilayah-wilayah Katolik seperti Bayern dan Baden selatan, dan di wilayah perkotaan yang dihuni oleh banyak penduduk desa yang mencari kerja di bidang industri. Partai ini tidak hanya mencoba melindungi hak-hak orang Katolik, tetapi juga minoritas, seperti minoritas Perancis di Alsace dan Polandia.<ref>Blackbourn, ''Long Century'', hlm. 283; 285–300.</ref>
Baris 273:
=== Proses penulisan sejarah ===
{{Details|Historiografi dan nasionalisme}}
Karena dirasa perlu dalam membangun sebuah bangsa, proses penulisan sejarah bangsa Jerman dilakukan secara serius oleh beberapa sejarawan nasionalis Jerman, termasuk [[Friedrich Christoph Dahlmann|Friedrich Dahlmann]] (1785-1860) beserta muridnya, [[Heinrich von Treitschke]] (1834-1896), [[Theodor Mommsen]] (1817-1903), dan [[Heinrich von Sybel]] (1817-1895). Dahlmann sendiri meninggal sebelum penyatuan selesai, namun ia berjasa membangun dasar-dasar penulisan sejarah Jerman lewat karya sejarahnya tentang Revolusi Inggris dan Revolusi Perancis serta peran kedua revolusi tersebut terhadap sejarah Jerman.<ref>Blackbourn and Eley, ''Peculiarities'', hlm. 241.</ref>
 
Buku ''Sejarah Jerman pada Abad Kesembilan Belas'' karya Heinrich von Treitschke yang diterbitkan pada tahun 1879 memiliki konten yang mungkin menyesatkan: von Treitschke mengkhususkan sejarah Prusia dibanding sejarah negara-negara Jerman lainnya, dan buku tersebut berkisah tentang orang-orang Jerman dan takdir Prusia untuk menyatukan mereka. Mitos yang disebut [[mitos Borussia|mitos ''Borussia'']] ini (''Borussia'' adalah nama latin Prusia) menggambarkan Prusia sebagai penyelamat Jerman.<ref>Karin Friedrich, ''The other Prussia: royal Prussia, Poland and liberty, 1569–1772'', New York, 2000, hlm. 5.</ref> Prusia dianggap berperan penting dalam menyatukan negara-negara Jerman; hanya Prusia yang dianggap dapat melindungi kebebasan Jerman dari ancaman Perancis atau Prusia. Selain itu, mitos ini mengisahkan bagaimana Prusia menyelamatkan Jerman dari Napoleon pada tahun 1815 di Waterloo, mendirikan kesatuan ekonomi melalui ''Zollverein'', dan menyatukan semua orang Jerman di bawah satu bendera pada tahun 1871.<ref>Banyak sejarawan yang mendeskripsikan mitos ini tanpa mendukungnya. Lihat Rudy Koshar, ''Germany's Transient Pasts: Preservation and the National Memory in the Twentieth Century.'' Chapel Hill, 1998; Hans Kohn. ''German history; some new German views.'' Boston, 1954; Thomas Nipperdey, ''Germany history from Napoleon to Bismarck.''</ref> <!--Para sejarawan nasionalis berperan dalam menulis sejarah bangsa; artinya mereka melihat masa lalu bangsa dengan kerangka berpikir nasionalis. Proses penulisan sejarah adalah proses mengingat dan melupakan: proses memilih beberapa hal untuk diingat atau ditekankan, dan diabaikan atau dilupakan<ref>Richard R. Flores, ''Remembering the Alamo: memory, modernity, and the master symbol.'' 1st ed, History, culture, and society series. Austin, Texas, 2002.</ref>-->
Baris 279:
Sementara itu, kontribusi Mommsen dalam ''[[Monumenta Germaniae Historica]]'' menjadi dasar keilmuan yang mempelajari bangsa Jerman, dan memperluas definisi "Jerman" dengan memasukkan wilayah di luar Prusia ke dalamnya. Sebagai seorang profesor, sejarawan, dan teolog yang liberal, Mommsen menjadi anggota Dewan Perwakilan Prusia dari tahun 1863–1866 dan 1873–1879; ia juga menjadi anggota ''Reichstag'' dari tahun 1881–1884 untuk [[Partai Kemajuan Jerman]] (''Deutsche Fortschrittspartei'') yang liberal, dan nantinya untuk [[Partai Liberal Nasional (Jerman)|Partai Liberal Nasional]]. Ia menentang program-program [[antisemitisme|antisemit]] dalam ''Kulturkampf'' Bismarck dan teks pedas yang digunakan Treitschke dalam karyanya ''Studien über die Judenfrage'' (''Studi Pertanyaan Yahudi'') yang menganjurkan asimilasi dan Jermanisasi Yahudi.<ref>Josep R. Llobera and Goldsmiths' College. ''The role of historical memory in (ethno)nation-building.'' Goldsmiths sociology papers. London, Goldsmiths College, 1996.</ref>
 
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist|colwidth=30em}}
 
=== Daftar pustaka ===
{{refbegin|colwidth=60em}}
* [[Volker Berghahn|Berghahn, Volker]]. ''Modern Germany: Society, Economy and Politics in the Twentieth Century.'' Cambridge: Cambridge University Press, 1982. ISBN 978-0-521-34748-8
Baris 315:
* Lee, Lloyd. ''The politics of Harmony: Civil Service, Liberalism, and Social Reform in Baden, 1800–1850''. Cranbury, New Jersey, Associated University Presses, 1980. ISBN 978-0-87413-143-7
* Llobera, Josep R. and Goldsmiths' College. "The role of historical memory in (ethno)nation-building." ''Goldsmiths Sociology Papers.'' London, Goldsmiths College, 1996. ISBN 978-0-902986-06-0
* [[Golo Mann|Mann, Golo]]. '' The History of Germany Since 1789'' (1968)
* [[Lewis Bernstein Namier|Namier, L.B.]]. ''Avenues of History.'' New York, Macmillan, 1952. {{oclc|422057575}}
* Nipperdey, Thomas. ''Germany from Napoleon to Bismarck, 1800–1866.'' Princeton, Princeton University Press, 1996. ISBN 978-0-691-02636-7
Baris 329:
* __. ''Rhineland radicals: the democratic movement and the revolution of 1848–1849''. Princeton, Princeton University Press, 1993. ISBN 978-0-691-00866-0
* Stargardt, Nicholas. ''The German idea of militarism: radical and socialist critics, 1866–1914''. Cambridge, Cambridge University Press, 1994. ISBN 978-0-521-46692-9
* Steinberg, Jonathan. ''Bismarck: A Life'' (2011)
* [[A. J. P. Taylor|Taylor, A. J. P.]], ''The Struggle for Mastery in Europe 1914–1918'', Oxford, Clarendon, 1954. ISBN 978-0-19-881270-8
* __. ''Bismarck: The Man and the Statesman.'' Oxford: Clarendon, 1988. ISBN 978-0-394-70387-9
Baris 361:
* Ogilvie, Sheilagh, and Richard Overy. ''Germany: A New Social and Economic History Volume 3: Since 1800'' (2004)
* Ohles, Frederik. ''Germany's rude awakening: censorship in the land of the Brothers Grimm''. Kent, Ohio, [[Ohio State University Press]], 1992. ISBN 0-87338-460-1
* Pflanze Otto, ed. ''The Unification of Germany, 1848–1871'' (1979), essays by historians
* Schleunes, Karl A. ''Schooling and society: the politics of education in Prussia and Bavaria, 1750–1900''. Oxford & New York, Oxford University Press, 1989. ISBN 0-85496-267-0
* Showalter, Dennis E. ''The Wars of German Unification'' (2004)
Baris 369:
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.fordham.edu/halsall/mod/germanunification.html Dokumen Penyatuan Jerman]
{{artikel pilihan}}