Sulaiman (militer): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arif putra 2302 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
“Bapak itu orangnya jujur, tidak macam-macam, kepergian bapak dirasakan begitu mendadak dan tiba-tiba begitu”, tutur Ny. Sulaiman dengan tegar pada saat wawancara di kediamannya di perumahan Griya Mas Cibogo yang berlokasi disekitar daerah [[Pasteur, Sukajadi, Bandung|Pasteur]], [[Bandung]] (Rabu, 23 Juli 2003). Sulaiman menikah pada tahun 1951, Perwira kelahiran [[Banjaran, Bandung]] ini pada saat [[Gugur dalam tugas|gugur]], meninggalkan lima orang putra, 3 laki-laki dan 2 perempuan. Anak sulungnya masih duduk di bangku SMP bernama Herry Hermansyah, kemudian Iwan Hermawan, Dukhy Ridwan, Dyon Inderasty dan yang paling kecil berusia 5 tahun bernama Edwina Inderany. Namun saat ini putra-putri Ibu Sulaiman sudah berkeluarga dan memiliki 8 orang cucu. Kutipan lainnya diambil dari surat kabar “Berita Yudha” edisi Jum’at 10 Juni 1966. Diceritakan bagaimana iring-iringan kendaraan yang membawa peti jenazah penuh dengan karangan bunga. Dengan penuh khidmat dan kebesaran [[militer]], peti jenazah Komodor Udara Anumerta Sulaiman diusung oleh [[Kodam III/Siliwangi|Pangdam VI/Siliwangi]] bersama dengan [[Gubernur Jawa Barat]] dan perwira-perwira lainnya. Kemudian diikuti oleh jenazah Kolonel Udara Anumerta Slamet Soejono, Letnan Satu Udara Anumerta Drs. Sutisna, Letnan Dua Udara Anumerta Umar Saleh, Letnan Muda Udara Satu Anumerta Awi Djaja dan Letnan Satu Udara Anumerta Suranto. Adapun yang lainnya dikebumikan di luar Bandung sesuai permintaan keluarganya. Jenazah Komodor Udara Anumerta CH. Sompil Basuki dengan nomor register B-172 dan Kapten Udara Anumerta Drs. Prihmono dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kusumanegara]], [[Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta|Semaki]], [[Yogyakarta]]. Sedangkan Kapten Udara Anumerta Suradjim dikebumikan di Solo, Kolonel Udara Anumerta Rusmardjojo di Madiun, Kolonel Udara Anumerta Moeladi di Surabaya dan Sersan Mayor Anumerta Soeroto di Malang.
 
Lagu [[Gugur Bunga]] yang dikumandangkan Korps Musik [[Kodam III/Siliwangi|Kodam VI/Siliwangi]] turut mengiringi penurunan keenam jenazah ke liang lahat dari 12 putra putra [[AURI]] yang gugur. Menteri/ Pangau [[Roesmin Noerjadin|Laksamana Muda Udara Roesmin Noerjadin]] selaku Inspektur Upacara dengan suara yang terputus-putus dan penuh keharuan melepas untuk selama-lamanya kepada keenam perwira yang telah gugur dalam pengabdiannya bagi nusa dan bangsa, khususnya bagi kebesaran [[TNI AU]] dan [[TNI]] umumnya. Setelah itu terdengar letusan “Salvo” dari regu [[Paskhas|PGT]] (Pasukan Gerak Cepat) dan kemudian terdengarlah bunyi terompet menyayat kesedihan. Para keluarga almarhum dengan penuh kepiluan menangisinya diiringi air mata. Pemakaman dihadiri pula oleh Pangdam VI Siliwangi [[Ibrahim Adjie|Letjen TNI Ibrahim Adjie]], [[Gubernur Jawa Barat]] [[Mashudi|Letjen TNI Mashudi]], wakil-wakil satuan Jabar, [[Wakil Gubernur DKI Jakarta]]/[[Daftar komandan Korps Pasukan Khas|Panglima PGT]] [[RHA Wiriadinata|Laksamana Muda Udara R. Wiriadinata]], para perwira Angkatan Bersenjata lainya, pembesar sipil, ribuan mahasiswa dan masyarakat. Pemakaman yang penuh kebesaran militer berakhir hingga pukul 14.00. Satu yang patut dicatat, pada saat itu belum pernah ada Pataka Siliwangi ikut serta mengantarkan jenazah putra-putra [[AURI]]. Peristiwa tersebut merupakan manifestasi Korps Siliwangi yang dipimpin oleh Panglima Siliwangi sebagai penghormatan terakhir kepada mereka yang gugur dan telah berjasa bagi [[TNI AU]]. Almarhum Sulaiman, putra dari O. Winata Atmadja, kelahiran Bandung 23 April 1926. Sebelum masuk dan mengabdi sebagai prajurit AURI, ia pernah menjadi Wakil Kepala Pertahanan di Tasikmalaya.
 
==Gugur==