Islam di Jerman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Islam]] di [[Jerman]] telah ada sejak abad ke-17. Tercatat ada 4,4 hingga 4,7 juta jiwa Muslim yang ada di Jerman atau setara dengan 5,4 hingga 5,7 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Jerman (2016).<ref name=":0">{{Cite news|url=http://global.liputan6.com/read/2958339/8-fakta-keberadaan-islam-di-jerman|title=8 Fakta Keberadaan Islam di Jerman|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-10-03}}</ref> Hal ini menjadikan Jerman sebagai negara kedua setelah [[Perancis]] dengan jumlah Muslim terbanyak di Benua Eropa. Perancis sendiri memiliki populasi muslim sebanyak 4,7 juta jiwa.<ref name=":1">{{Cite web|url=http://www.dw.com/id/tujuh-fakta-muslim-di-jerman/g-18644268|title=Tujuh Fakta Muslim di Jerman {{!}} Semua konten media {{!}} DW {{!}} 12.08.2015|last=(www.dw.com)|first=Deutsche Welle|website=DW.COM|language=id|access-date=2017-10-03}}</ref>
 
Dari jumlah populasi Muslim di Jerman, mayoritas merupakan pendatang dan keturunan migran generasi kedua atau ketiga. Dengan jumlah sebanyak 1,5 juta jiwa, [[Turki]] merupakan negara asal Muslim Jerman terbanyak. Kemudian disusul dengan kawasan [[Eropa Tenggara]] dengan jumlah 355.000 orang, [[Timur Tengah]] sebanyak 110.000 orang, [[Afrika Utara]] sebanyak 92.000 orang, [[Asia Tenggara]] sebanyak 73.000 orang, [[Asia Tengah]] sebanyak 13.000 orang dan negara lainnya sebanyak 32.000 orang.<ref name=":1" />
 
Di antara seluruh negara bagian di Jerman, [[Nordrhein-Westfalen]] (NRW) merupakan negara bagian dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di Jerman, yakni sebanyak Sekitar 1.343.000 jiwa.<ref name=":1" />
 
== Sejarah ==
Perkenalan antara Jerman dan Islam bermula dari masa khalifah Harun al-Rashid pada abad ke-8. Dalam dongeng "[[Seribu Satu Malam|1001 malam]]" al-Rashid dikatakan telah mengembara di jalan-jalan di Baghdad pada malam hari dan berpakaian sebagai pedagang untuk belajar tentang kebutuhan rakyatnya. Berbagai sumber menyebutkan bahwa Charlemagne, pemimpin yang berasal dari Suku Germanic saat itu menjalin hubungan diplomatik dengan penguasa Abbasiyah ini pada tahun 797 atau 801. Kedua belah pihak dilaporkan menjamin kebebasan beragama bagi anggota agama lain di kerajaan masing-masing. Bagaimanapun, ada fakta historis bahwa gajah Abul Abbas meninggal pada 810. Binatang yang luar biasa ini telah dikirim oleh khalifah ke [[Charlemagne]] di [[Aachen]] sebagai tanda persahabatannya. Walau Jerman telah menjalin hubungan dengan pemimpin Islam dalam waktu yang telah lama, penyebaran agama Islam di Jerman baru mulai pada abad ke-17.<ref>{{Cite news|url=http://www.spiegel.de/international/germany/allah-and-the-occident-how-islam-came-to-germany-a-559927.html|title=Allah and the Occident: How Islam Came to Germany|last=Spuler-Stegemann|first=Ursula|date=2008-06-16|newspaper=Spiegel Online|access-date=2017-10-03}}</ref>
 
Sejarah Islam di Jerman juga tak terlepas dari hubungan antara Jerman dan Turki. Pada 1683 terjadi pengepungan Wina yang dilakukan oleh pasukan Kesultanan Ottoman terhadap tentara [[Austria]] dan Polandia di ibukota Habsburg, Wina. Ini merupakan pengepungan yang kedua setelah pertama kali terjadi pada 1529. Saat pengepungan kedua dilancarkan, pasukan pimpinan dari [[Lorraine]] dan [[John Sobieski]] dari [[Polandia]] mampu mengalahkan pasukan Ottoman. Atas kekalahan itu, banyak pasukan Ottoman yang beragama Islam ditawan dan kemudian dikirim ke Jerman.<ref>{{Cite book|title=Atlas Eksplorasi dan Kerajaan|last=Adams|first=Simon|publisher=Erlangga|year=2008|isbn=9789790331013|location=Jakarta|pages=19}}</ref> Itulah yang kemudian menjadi cikal bakal dari keberadaan Islam di Jerman.
 
Perkembangan Islam di Jerman kemudian berlanjut saat terjadi perang antara Rusia dengan Turki pada 1735 hingga 1739. Konflik saat itu didasari dengan keinginan [[Rusia]] untuk memperluas wilayah ke [[Laut Hitam]].<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/perang-dan-damai-yang-terus-mewarnai-hubungan-rusia-turki-b93b|title=Perang dan Damai yang Terus Mewarnai Hubungan Rusia-Turki|newspaper=tirto.id|language=id-ID|access-date=2017-10-03}}</ref>
Baris 23:
Pada 1779 Jerman membangun [[Masjid Schwetzingen]] di dalam kompleks Istana Schwetzingen dengan rancangan arsitek Perancis, [[Nicolas de Pigage]]. Pembangunan masjid memakan waktu selama 15 tahun, yakni dari 1779 hingga 1796. Meski bertujuan untuk menghormati toleransi, namun ada isu yang beredar bahwa Schwetzingen dibangun sebagai hadiah bagi salah satu istri raja Turki yang beragama Islam. Isu lain menyatakan bahwa salah satu bangsawan yang hidup di sana pada masa itu memeluk agama Islam. Kini bangunan masjid tidak lagi digunakan sebagai tempat untuk ibadah, melainkan telah dialihfungsikan sebagai objek wisata dan bangunan bersejarah. Masjid Schwetzingen dapat dikunjungi oleh para pengunjung setiap hari kecuali hari Senin.<ref name=":3" />
 
Selain Schwetzingen, masjid bersejarah lainnya adalah [[Masjid Berlin Turk Sehitlik Camii]] atau biasa dikenal dengan nama [[Masjid Sehitlik]]. Bedanya, Schwetzingen telah menjadi 'bekas masjid' namun Sehitlik masih difungsikan sebagai tempat ibadah. Masjid Sehitlik merupakan salah satu masjid bersejarah di Jerman karena merupakan masjid tertua yang dibangun pada 1983. Nama ''<nowiki/>'Sehitlik''' diambil dari Bahasa Turki yang berarti Para Syuhada. Itu dikarenakan Masjid Sehitlik berada di areal pemakaman Sehitlitk 'pemakaman para syuhada', pemakaman Islam tertua di Jerman. Pemakaman Sehitlik merupakan pemakaman yang diberikan oleh pemimpin Prusia kala itu, [[Raja Friedrich Willhelm III]] saat perwakilan diplomatik Kesultanan Ottoman, [[Ali Aziz Effendi]] meninggal dunia pada abad ke-18.<ref name=":2">{{Cite news|url=http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/05/04/opfbbh313-masjid-sehitlik-masjid-tertua-di-jerman|title=Masjid Sehitlik, Masjid Tertua di Jerman {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2017-10-03}}</ref>
 
Dengan gaya arsitektur Ottoman, masjid yang terletak di Jalan Columbiadamm, Tempelhof, Berlin tersebut dirancang oleh arsitek Turki, [[Hilmi Senalp]]. Masjid Sehitlik memiliki kubah besar dan dua menara lancip dan kompleksnya masih menjadi wilayah diplomatik pemerintah Turki.<ref name=":2" />
 
Seiring berjalannya waktu, Masjid Sehitlik telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga luasnya pun bertambah. Untuk luas masjid telah mencapai 1.360 meter persegi namun jika digabung dengan taman dan pemakaman, luas kompleks Sehitlik mencapai 2.805 meter persegi.<ref name=":2" />