Museum Maritim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
→‎Latar Belakang: Menambahkan deskripsi
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
→‎Pentingnya Museum Maritim: menambahkan deskripsi
Baris 11:
 
== Pentingnya Museum Maritim ==
Kehadiran museum bertema [[maritim]] di tengah persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia –pudarnya budaya dan pola pikir maritim– sangat relevan. Budaya [[maritim]] yang begitu kaya membutuhkan ruang untuk terus lestari dan berkembang. Kekayaan dan keberagaman budaya maritim akan hilang apabila tidak dikomunikasikan kepada khalayak dan diberi ruang untuk terus hidup. Terlebih lagi, di tengah dinamika sosial dan budaya yang berkembang begitu cepat, museum bertema maritim dapat menjadi media alternatif pendidikan non-formal yang berfungsi untuk merekonstruksi pola pikir maritim dan wawasan [[Nusantara]]. Hal itu ditegaskan oleh [[Sutan Takdir AlisyahbanaAlisjahbana]] dalam tulisannya yang mengatakan bahwa museum sebagai alat pendidikan zaman modern akan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan dunia modern itu sendiri.<ref>Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref> Sama seperti museum-museum pada umumnya, museum bertema [[maritim]] di [[Indonesia]] juga memiliki tanggung jawab dan fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya maritim baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui pesan-pesan yang dirangkai lewat ''display'' dan ruang pameran, museum bertemakan maritim di [[Indonesia]] berfungsi sebagai sarana komunikasi dan jembatan penghubung yang dapat memicu kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat.
 
Keberadaan museum bertema maritim di Indonesia menjadi sangat penting mengingat museum tidak hanya memiliki fungsi sebagai pelindung benda [[cagar budaya]], melainkan juga sebagai tempat pembentukan ideologi, disiplin, dan pengembangan pengetahuan bagi publik. Hal itu juga ditegaskan dalam kode etik ''ICOM'', “Museum memiliki tugas penting untuk mengembangkan peran pendidikan dan menarik pengunjung lebih luas dari kalangan masyarakat, lokalitas, atau kelompok yang dilayaninya. Interaksi dengan masyarakat pendukung dan pembinaan serta promosi warisan yang diampunya merupakan bagian integral dari pendidikan yang harus dilaksanakan oleh museum.<ref>Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref>
 
== Menilai Kualitas Museum Maritim ==
Untuk menganalisis kualitas yang ada pada museum bertema maritim tersebut, dapat dilihat pada unsur dan model komunikasi yang diterapkan. Unsur dan model komunikasi dapat menjadi indikator seberapa efektif museum bertema maritim menjalankan fungsi dan perannya. Hal itu disebabkan karena unsur dan model komunikasi menjadi penghubung antara museum dengan publik secara langsung. Dalam bahasa sederhana, unsur dan model komunikasi museum menjadi ujung tombak keberhasilan museum dalam merekonstruksi pola pikir dan budaya masyarakat. Hal itu juga dibuktikan dalam sejarah perkembangan museum mengenai peran penting komunikasi museum dalam menciptakan daya tarik serta mempermudah pemahaman pesan yang disampaikan kepada publik<ref>Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref>. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas museum maritim terutama dalam hal kosmunikasi adalah sebagai berikut:
{| class="wikitable"
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|Sumber (''Source)''
|Dalam komunikasi museum, sumber (''source'') diartikan sebagai personel atau keseluruhan sumber daya manusia yang ada di dalam museum, seperti ''director'', kurator, kelompok kerja, dan lain-lain.
|-
|Pesan
|Pesan diartikan sebagai simbol verbal maupun nonverbal yang berisi nilai, gagasan, atau informasi lain yang dikomunikasikan oleh unsur sumber kepada penerima.
|-
|Media
|Media disebut juga sebagai saluran atau alat atau wahana yang digunakan unsur sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
|-
|Pengunjung
|Pengunjung diartikan sebagai penerima pesan (''receiver''), yaitu mereka yang datang ke museum dan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang disampaikan oleh unsur sumber menjadi gagasan atau informasi baru yang dia pahami.
|-
|Gangguan
|Gangguan atau disebut dengan hambatan diartikan sebagai rangsangan tambahan, baik berupa fisik maupun psikologis, yang tidak dikehendaki dan mengganggu pesan yang disampaikan oleh unsur sumber.
|-
|Efek
|Efek atau dampak diartikan sebagai sesuatu yang terjadi pada pengunjung setelah menerima pesan dari unsur sumber. Hal itu dapat dicontohkan seperti adanya perubahan mindest, pengetahuan, insirasi dan pola pikir
|}
*