Perang Yom Kippur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 36.84.69.28 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AABot
Tag: Pengembalian
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
Baris 36:
Setelah perang berakhir, banyak terjadi protes di Israel sampai-sampai [[Perdana Menteri]] [[Golda Meir]] dan Menteri Pertahanan [[Moshe Dayan]] dari [[Partai Buruh]] serta Panglima Angkatan Bersenjata Israel, [[David Eliazar]], harus mengundurkan diri.
 
Israel mengambil pelajaran secara teknologi dan strategi pasca Perang Yom Kippur tersebut. Secara teratur Israel memodernkan angkatan bersenjatanya baik dengan bantuan [[Amerika Serikat]] maupun swadaya. Insiden peledakkan pesawat sipil di bandar udara [[Lebanon]] yang dilakukan oleh agen [[Mossad]] pada akhir [[1970]]-an sebagai pembalasan peristiwa "''[[Black September]]''", dimana atlet [[Olympiade]] Israel dibunuh oleh "''gerilyawan PLO''" di [[München]], [[Jerman Barat]], menyebabkan [[PerancisPrancis]] mengembargo persenjataan ke Israel. Karena khawatir Amerika Serikat melakukan hal yang sama. Israel berupaya keras melakukan upaya swasembada persenjataan. Diantaranya memproduksi pesawat tempur [[Mirage III]] tanpa izin yang dikenal dengan tipe [[Dagger]] yang digunakan [[Argentina]] dalam [[Perang Falkland]], mengadakan riset pengacau [[radar]] dan [[gelombang]] [[radio]], memproduksi pesawat tempur rancangan sendiri [[Kfir]] dan [[Lavi]], serta memproduksi tank [[Merkava]] yang didesain berdasarkan pengalaman Israel mengoperasikan tank [[Amerika Serikat]] dan [[Inggris]] serta [[tank]] lawan yang rusak atau dirampas.
 
Kesiapan Israel ini terbukti dalam [[Invasi ke Lebanon Selatan]] pada tahun [[1982]] yang berhasil menduduki kawasan Lebanon Selatan serta menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Suriah dalam [[Insiden Lembah Beka'a]]