Ngalaksa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 1:
{{inuse}}
[[Berkas:Upacara Adat Ngalaksa (foto dokumen Disparbud Jabar).jpg|jmpl|250x250px|Prosesi memasukan padi ke dalam leuit dalam Upacara Adat Ngalaksa.]]
'''Ngalaksa''' adalah salah satu [[upacara]] [[adat]] [[Sunda]] membawa padi ke lumbung dan membuat laksa sebagai ungkapan rasa syukur kepada [[Tuhan]] Yang Maha Kuasa atas kesuksesan dan keberhasilan [[panen]] [[padi]] di [[sawah]] yang diperoleh [[masyarakat]]. <ref>{{Cite web|url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=2&lang=id|title=Upacara Adat Ngalaksa-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|website=www.disparbud.jabarprov.go.id|access-date=2019-04-10}}</ref> Upacara [[tradisional]] ini dilaksanakan sebagai agenda rutin di [[daerah]] [[Rancakalong, Sumedang|Rancakalong,]], [[Kabupaten Sumedang]] dan merupakan ungkapan [[kepercayaan]] [[lokal]] masyarakat terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Sri dan Karuhun (ruh-ruh [[nenek moyang]]). Nyi Pohaci adalah nama lain dari [[Dewi Sri]] yang dipercaya sebagai dewi kesuburan. <ref>{{Cite web|url=http://rri.co.id/post/berita/411475/budaya/tradisi_ngalaksa_khas_warga_rancakalong.html|title=Tradisi Ngalaksa, Khas Warga Rancakalong|website=rri.co.id|language=Indonesia|access-date=2019-04-10}}</ref> Ngalaksa merupakan [[kata]] [[kerja]] ber[[imbuhan]] ''Nga-'' yang menggambarkan proses membuat [[makanan]] laksa oleh [[warga]] yang menjadi Rurukan (pemangku [[acara]]) selama [[tujuh]] hari tujuh [[malam]] dengan iringan [[seni]] [[Tarawangsa]] dan [[kecapi]] buhun yang disebut Jentreng. Laksa adalah sejenis makanan dengan [[bahan]] dasar [[tepung]] [[beras]] yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu jenis makanan seperti [[lontong]] yang dibungkus dengan [[daun]] ''congkok''. Laksa tersebut di[[rebus]] dengan daun ''combrang'' dengan jumlah ribuan atau sebanyak tepung yang telah dipersiapkan. Masyarakat percaya bahwa [[jumlah]] yang didapat pada saat itu memberi gambaran akan keberhasilan panen berikutnya. Bila pada saat itu dapat menghasilkan [[bungkus]] laksa yang lebih banyak dari [[tahun]] [[kemarin]] maka mereka yakin [[berkah]] melalui panen yang akan datang pun akan lebih berlimpah.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.setda.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=449:wabup-buka-event-budaya-ngalaksa-&catid=1:terkini|title=Wabup Buka Event Budaya Ngalaksa|website=www.setda.sumedangkab.go.id|access-date=2019-04-10}}</ref>
 
== Asal-usul ==
Baris 29:
 
* '''''Membagi Bahan''''',hasil dari ''ngiringan'' masyarakat setempat yang sudah terkumpul tadi kemudian dibagi menjadi [[lima]] bagian. Pembagian [[bahan]] dilakukan demikian, misalnya dari ''ngiringan'' terkumpul satu [[kuintal]] beras atau padi, maka hasil satu kuintal tersebut dibagi dengan cara di[[timbang]] untuk keperluan bahan membuat laksa, [[belanja]] untuk berbagai keperluan [[sesaji]] dan upacara, [[makan]] dan [[minum]] selama upacara berlangsung, dan [[upah]] untuk para pangrawit, pendukung, atau [[pembantu]], dan [[biaya]] tak terduga.
* '''''Nginebkeun''''', setelah jelas pembagiannya, misalnya padi untuk membuat laksa terkumpul 45 ''gédéng'' atau ''gundu,'' lalu padi itu diserahkan kepada orang yang bertugas mengurusnya. Para [[petugas]] itu kemudian menyimpan padi di lumbung atau goah untuk ''diinebkeun'' (disimpan) hingga pada waktunya ''dilungsurkeun'' (diturunksnditurunkan) ketika hari [[1 (angka)|pertama]] upacara ''ngalaksa'' berlangsung.
 
=== Meuseul ===