Ngalaksa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 221:
Tarawangsa adalah seni [[pusaka]] yang sangat dihormati di [[Desa]] [[Rancakalong]], sehingga dijuluki seni ''ormatan''. Tarawangsa sendiri memiliki [[arti]] dan dimaknai sebagai ''tatabeuhan rakyat wali nu salapan'' (alat[[musik]] [[Sembilan]] [[Wali]]) atau merupakan [[akronim]] dari''narawang ka nu Maha Kawasa'' (menerawang pada Tuhan Yang Maha Esa). Tarawangsa juga memiliki fungsi khusus sebagai alat musik untuk menghormati ''Nyai Nu Geulis'', sebuah sebutan yang dituturkan [[orang]]-orang tua pada [[zaman]] dahulu di Tatar Sunda untuk makanan, khususnya beras dan [[nasi]]. <ref>{{Cite web|url=http://gigipriadji.net/tarawangsa/|title=Tarawangsa Rancakalong – Gigi Priadji|language=en-US|access-date=2019-04-12}}</ref> Alat musik yang dipakai dalam pertunjukan ini terdiri dari dua [[waditra]], yaitu waditra ''jentreng'' (sejenis [[kecapi]]) dan ''ngek-ngek'' (sejenis [[rebab]]). ''Jentreng'' bentuknya mirip dengan [[perahu]] yang berukuran panjang 75 cm sampai dengan 104 cm, lebarnya 12 sampai 14 cm. Terdiri dari ''ruruma, geulang, inang, paksi'', lubang [[suara]] dan [[kawat]] atau [[dawai]] yang berjumlah 7 buah. Sedangkan ''ngek-ngek'' adalah alat musik [[gesek]] yang resonansinya terbuat dari [[kayu]], ber[[leher]] panjang dan mempunyai dua buah kawat. Peranannya selain berfungsi sebagai [[melodi]] juga berperan sebagai [[goong]] yang dipetik untuk memperkuat [[aksen]] petikan pada akhir kenongan [[lagu]].<ref name=":1" /> Pertunjukan ini disajikan dalam bentuk [[ansambel] [[kecil]] yang hanya dimainkan oleh dua orang yang terdiri dari satu orang [[pemain]] kecapi dan satu orang pemain rebab. Kecapi dalam tarawangsa memiliki tujuh dawai, sedangkan rebab nya memiliki dua dawai. Baik ''jentreng'' maupun ''ngek-ngek'', kedua istilahnya diambil dari masing-masing [[imitasi]] [[bunyi]] waditranya. ''Jentreng'' berasal dari bunyi yang di petik menghasilkan bunyi ”treng” dan ''ngek-ngek'' berasal dari bunyi rebab yang di gesek menghasilkan bunyi “ngek”. Dalam membunyikan waditra ''ngek-ngek'' terdapat berbagai keunikan di dalamnya, selain bunyi suaranya yang khas, cara memainkannya juga sangat berbeda dengan memainkan rebab. Dalam memainkan rebab sunda dawai ditekan menggunakan ujung [[jari]], sedangkan bila memainkan ''ngek-ngek'' dawai ditekan menggunakan [[sendi]] setiap jari-jari [[tangan]]. Waditra ''ngek-ngek'' hanya digunakan untuk memainkan lagu-lagu tarawangsa, karena fungsinya hanya sebagai pembawa melodi dari lagu tarawangsa tersebut. Berbeda dengan waditra rebab sunda yang dapat digunakan untuk mengiringi semua lagu-lagu sunda.<ref>{{Cite journal|last=Ismail|first=M. Taufik|date=2017-06-16|title=ORNAMENTASI WADITRA NGEK-NGEK GAYA ABUN DALAM LAGU REUNDEU PADA KESENIAN TARAWANGSA RANCAKALONG SUMEDANG|url=http://repository.upi.edu/|language=en|publisher=Universitas Pendidikan Indonesia}}</ref> Dalam pertunjukan Tarawangsa, [[penduduk]] menari sambil diiringi musik semalam suntuk, tak sedikit orang yang menari mengalami kerasukan [[ruh]] para [[leluhur]]. Pertujukan ini diawali oleh para para [[tokoh]] dan sesepuh dengan memanjatkan [[puji]] kepada Tuhan dan menghaturkan [[salawat]] kepada [[Nabi]] Muhammad Saw. <ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/tarawangsa-menghormati-dewi-sri-sampai-hilang-kesadaran-cQcu|title=Tarawangsa: Menghormati Dewi Sri sampai Hilang Kesadaran|last=Teguh|first=Irfan|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-04-12}}</ref>
Pertunjukan seni tarawangsa biasanya dilaksanakan pada malam hari mulai pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB dini hari. Khusus dalam upacara adat Ngalaksa dilakukan selama satu minggu siang dan malam secara berturut-turut. Hal ini terjadi karena tarawangsa dijadikan pengiring upacara yang senantiasa harus dipagelarkan selama upacara berlangsung. Para pemain seni tarawangsa terdiri dari penari perempuan berjumlah 5,7, dan 9 orang yang ber[[usia]] lanjut, nayaga (pemain musik), [[saksi]], dan Kuncen ([[juru kunci]]). Pertunjukannya dibagi ke dalam beberapa acara yaitu, ''tatalu'' (pembukaan), ''ngukus'' (membakar kemenyan), ''ijab kabul'' ([[ikrar]] serah terima), ''ngalungsurkeun'' (menurunkan)'', nema, nyumpingkeun'' (mendatangkan) ''dan nginebkeun'' (menyimpan). Lagu-lagu yang biasa dibawakan dari awal sampai akhir pertunjukan adalah ''Pamapag, Mataraman, Iring-iringan, Jemplang, Panimang, Sirna Galih, Dengdo, Angin-angin, Pangapungan, Buncis, Badud, dan Degung.'' [[Sesaji]] dalam seni tarawangsa memiliki ciri khas sebagai sebuah seni tradisi yang dianggap [[sakral]]. Makna-makna yang bisa diambil hikmahnya dari pertunjukan tarawangsa yaitu perwujudan [[rasa]] [[syukur]] terhadap Tuhan Yang Maha Esa bahwa dalam setiap tindakan harus ''mipit kudu amit ngala kudu bebeja'' (mengambil itu harus minta ijin lebih dahulu). Selain itu, [[manusia]] harus memperlakukan padi (Dewi Sri) dengan tertib, teliti, dan hati-hati. Sedangkan penggambaran [[media]] yang digunakan yaitu manusia hidup terdiri dari empat [[unsur]] yang dilambangkan dengan daun hanjuang (kehidupan), kendi (unsur [[bumi]]), hihid (unsur [[angin]] atau [[udara]]), dan air mengalir (unsur [[darah]]).<ref name=":1" />
Dalam kesenian ini selalu disediakan sesaji sebagai syarat berlangsungnya [[ritus]].
'''Seni Rengkong'''
[[Berkas:Seni Rengkong Ciptagelar.jpg|jmpl|Seni rengkong. ]]
Peralatan seni rengkong sangat [[sederhana]]. Alat tersebut adalah [[bambu]] [[gombong]], [[tali]] [[ijuk]], [[minyak tanah]], dan kumpulan padi yang sudah diikat. Bambu gombong berfungsi untuk memikul. Tali ijuk digunakan sebagai pengikat padi yang digantung pada pikulan. Padi yang memiliki
Awalnya, rengkong digunakan sebagai sarana mengangkut padi dari sawah ke lumbung, sekaligus sebagai [[obat]] [[lelah]] para [[petani]] yang mengangkat
== Rujukan ==
|