Cineam, Tasikmalaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua
Baris 24:
A. Jaman Kolonial Belanda (1860 – 1942)
 
1. 1860 : Resna
 
2. 1865 : Sabri
 
3. 1870 : Camat Sepuh
 
4. 1875 : nama tidak diketahui, berasal dari Cikalong Bandung.
 
5. 1881 : nama tidak diketahui, berasal dari Cisegel Bandung.
 
6. 1886 : nama tidak diketahui, berasal dari Pawenang Bandung.
 
7. 1891 : nama tidak diketahui, berasal dari Cimacan Bandung.
 
8. 1896 : Raden Adiwilaga.
 
9. 1901 : Nama tidak diketahui, tetapi oleh masyarakat dijuluki Camat Kelecis, berasal dari Cipongpok. Ungkapan “Kelecis” berarti mata keranjang atau suka main perempuan (Sunda: ''cunihin'').
 
10. 1906 : Raden Sastradiwiria, berasal dari Ciluncat (Desa Madiasari sekarang)
 
11. 1909 : Raden Suriadiharja, berdiam di rumah dinas di Babakan (Desa Ciampanan sekarang)
 
12. 1912 : Raden Wirahadikusumah, berdiam di rumah dinas di Babakan.
 
13. 1915 : Raden Natadiraja, berdiam di rumah dinas di Babakan.
 
14. 1918 : Raden Wangsanagara, berdiam di rumah dinas di Babakan.
 
15. 1921 : Raden Kartadirja
 
16. 1927 : Raden Ahmad Prawirasubrata
 
17. 1930 : Raden Harun Sacakusumah
 
18. 1933 : Raden Dodo Kartasuwanda
 
19. 1938 : dikepalai oleh Mantri Polisi bernama Raden Anggadirja.
 
20. 1942 : dikepalai oleh Mantri Polisi bernama Raden Suryadi.
 
B. Jaman Kolonial Jepang (1943 – 1944)
 
21. 1943 : dikepalai oleh Mantri Polisi bernama Raden Anggeng Wiradiputra
 
22. 1944 : dikepalai oleh Mantri Polisi bernama M. Natadiria
 
C. Jaman Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (1945 – sekarang)
 
23. 1945 : Raden Usman Padmakusumah
 
24. 1948 : Raden Tirtakusumah
 
25. 1948 : Raden Jaka Pitana
 
26. 1948 : Nurimaba (berkebangsaan Jepang)
 
27. 1949 : Raden Wirasasmita
 
28. 1949 : Raden Arip
 
29. 1949 : Raden Saleh
 
30. ? : Dodo Surapraja
 
31. ? : Raden Sanusi Sacadikusumah
 
32. ? : Raden Umar Said
 
33. ? : Raden Sujana
 
34. ? : Momo Surtama
 
35. ? : Hasan Mahfud
 
36. ? : Raden Atang Tajudin
 
37. ? : Raden Waktura Wahyo, BA
 
38. ? : Saeful Mikdar, BA
 
39. ? : Solikin, BA
 
40. ? : Uway Susanto, BA
 
41. ? : Raden Yusuf Suwitapraja
 
42. ? : Raden Herdadi Kadir, BA
 
43. ? : Samsuri
 
44. 1997 : Ihrom Sudiawahyu, SH
 
45. 1998 : Raden Ahmad Sudrajat, BA
 
46. 2000 : Drs. Rony Ahmad Sahroni
 
47. 2001 : Nana Herdiana, MM
 
48. 2001 : Ema Soemantri, S.Sos
 
49. 2004 : Drs. Eddy Nurmana
 
50. Oktober 2005 – sekarang : Drs. Nanda, Sm.Hk, MM
 
'''A. DALEM I ''RADEN ARIA PANDJI SUBRATA'''''
Baris 132:
Kadaleman Nagara Tengah didirikan sekitar tahun 1583 M, yang menjadi Dalem I adalah ''RADEN ARIA PANDJI SUBRATA''. Pusat kadaleman berada sebelah timur Sungai Cihapitan di Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya sekarang.
 
Batas Wilayahnya sebagai berikut :
 
- Sebelah Barat : Daerah Cisangkir Cibeureum.
 
- Sebelah Selatan : Daerah Sukakerta
 
- Sebelah Timur : Galuh (Batu Gajah)
 
- Sebelah Utara : Sungai Citanduy.
 
Yang sekarang menjadi Kecamatan Cineam, Kecamatan Cimaragas, Kecamatan Langkap Lancar, Manonjaya dan sebagian wilayah yang ada di Kecamatan Cibeureum. Banyaknya Rumah atau Tugu se-kadaleman Nagara Tengah waktu itu sekitar 200 rumah.
 
'''Raden Aria Pandji Subrata''' (Dalem I) dalam mengatur dan mengurus kadaleman Nagara Tengah di bantu oleh '''RADEN ANGGANAYA KUSUMAH''' yang di kenal dengan sebutan '''DALEM NAYA KUSUMAH,''' yang mempunyai putra :
 
'''1. RADEN ANGGAMALANG.'''
Baris 150:
'''Raden Anggamalang '''adalah seorang Kyai yang pertama menyebarkan Agama Islam di wilayah Nagara Tengah. Terpilih menjadi Penghulu dan sebagai Hakim Leuwi Panereban. Sesudah meninggal dimakamkan di '''Pasir Abas '''sekarang Dusun Cikanyere dan Astananya di Dusun Darmasari (Cidarma) Desa Madiasari Kecamatan Cineam.
 
Peninggalan : '''Makam Kyai Anggamalang'''
 
'''2. RADEN ANGGAPRAJA.'''
Baris 208:
Batu tempat duduk tadi disebut '''Batu Darma''' yang sekarang masih ada di pinggir Sungai Cikembang dibawah Jembatan Sungai Cikembang.
 
Peninggalan : '''Batu Darma'''
 
Sasakala Cineam
 
Kyai / Penghulu / Hakim Leuwi Panareban ('''Raden Anggamalang''') mempunyai putra 7 yaitu :
 
1. Kyai Kapi Ibrahim
Baris 252:
Bukit bekas kediaman Puteri atau isteri Parekan tersebut yang sekarang dinamakan '''Gunung Putri''' yang berada di Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam.
 
Peninggalan : '''Pelataran Gunung Puteri'''
 
===== OLAH RAGA UJUNGAN =====
Baris 259:
Tempat Olahraga Ujungan tersebut di sebuah Bukit yang disebut '''Gunung Hujung,'''sekarang berada di Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam. Rakyat harus bisa olahraga tersebut maksudnya untuk jaga diri kalau sewaktu-waktu ada peperangan.
 
Peninggalan : '''Pelataran Gunung Hujung'''
 
Hubungan dengan Kadaleman lain erat sekali baik denagn para Dalem yang ada di wilayah Galuh, maupun yang ada diluar seperti : Sukakerta, Sunia Wenang wilayah Sumedang.
 
Agama Islam selain oleh Kyai Anggamalang juga di bantu oleh Kyai Kapi Ibrahim, Kyai Abdul Rokhaniah di bantu juga oleh Kyai Kapiyudin dalm mengembangkannya. Banyak rakyat dari Kadaleman lain yang pindah kedaerah Kadaleman Nagara Tengah.
 
Peninggalan : '''Makam Kyai Abdul Rokhaniah''' (Putra Raden Anggamalang)
 
Di Komplek Kadaleman Nagara Tengah
Baris 271:
Pinggir Jalan Cihapitan Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam
 
Peninggalan : '''Makam Raden Angganaya Kusumah / Dalem Belimbing'''
 
(Dalem Naya Kusumah Rama Kyai Anggamalang)
Baris 285:
Sesudah meninggal dimakamkan di sebuah Bukit yang dikenal Makam Kyai Raga Sumingkir. Tempat tersebut termasuk daerah Dusun Sindangkarsa Desa Rajadatu Kecamatan Cineam.
 
Peninggalan : '''Makam Kyai Raga Sumingkir'''
 
Supaya Jalanya Pemerintahan lebih lancar Dalem Raden Aria Pandji Kusumah mengangkat seorang '''Kepala Cutak''' setingkat Wedana yang ditempatkan di Janggala. Raden '''Pandji Wulung''' (Dalem Pandji Wulung) yang dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Daerahnya sekarang berada disekitar Kecamatan Cidolog dan Cimaragas. Kegemaranya yaitu adu ayam ('''Sabung Ayam'''). Mempunyai 2 Ayam Jago, 1 ekor bulunya kebiru-biruan (Kulawu Sentul) pada telapak kakinya ada sisik yang dinamakan '''Sisik Batu Lapak.''' Satunya lagi berbulu '''Jalak Harupat''', pada jari kaki sebelah bawah ada sisik yang disebut '''Sisik Batu Rante.''' Tempat Sabung Ayam pada sebuah Bukit yang disebut Panyambungan dan sekarang menjadi suatu Daerah yang disebut '''Lembur Panyawungan.'''
Baris 291:
Kepala Cutak apabila di Kadaleman Sukakerta disebutnya '''Umbul'''.
 
Dalem yang ada di wilayah Galuh semuanya menerima surat dari '''Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo Angabehi Sutawijaya Sultan Mataram''' maksudnya :
 
1. Semua Dalem dengan rakyatnya yang ada di wilayah Galuh harus secepatnya masuk Agama Islam.
Baris 299:
Sultan Mataram kala itu membuat surat bukan hanya kepada Dalem yang ada di wilayah Galuh saja tapi semua Kadaleman yang ada di Tatar Sunda.
 
Sang Adipati Panaekan yang menjadi Dalem Galuh segera mengirim surat ke semua Dalem yang ada di wilayah Galuh dan tetangga Kadaleman seperti : Sukakerta dan lainya untuk bermusyawarah yang bertempat di Galuh.
 
Waktu itu menulis surat hanya pada daun lontar memakai pisau Janggut kemudian dimasukan kedalam 1 ruas bambu terus ditutup supaya tidak kena air apabila hujan. Ruas bambu pakai Tali Slendang seperti orang kalau mau menyadap aren. Tapi sudah ada juga yang ditulis pada kulit yang tipis dengan tinta gentur untuk alat tulisnya memakai lidi Aren yang biasa menyatu dengan ijuk, untuk menyimpanya masih ruas bambu. Pada waktu yang sudah ditentukan semua Dalem yang diundang sudah datang ke Galuh, terus bermusyawarah membahas hal surat dari Sultan Mataram dengan kesimpulan sebagai berikut :
 
- Isi surat nomor 1 tidak jadi khawatir karena semua sudah masuk Agama Islam.
Baris 311:
Yang terpilih menjadi Pemimipin penjagaan di sebrangan Sungai Cijolang adalah '''Sang Adipati Panaekan '''Dalem Galuh. Sesudah musyawarah selesai semua Dalem kembali ke Kadalemannya masing-masing.
 
Sekembalinya dari musyawarah di Galuh, Dalem Nagara Tengah waktu itu '''Raden Aria Pandji Kusumah '''bermusyawarah di Kadaleman yang isinya “supaya menyiapkan rakyat sebagai Prajurit Perang yang banyaknya 40 orang lengkap dengan senjatanya / peralatannya seperti : Gobang, Tombak, Tombak Cagak, Rantai besi dan lainya”. Untuk menyiapkan orang sebanyak itu sangat sulit karena orang yang dianggap mampu masih terbatas. Peralatan / perkakas perang dibuat oleh Pandai besi yang ada di Pasir Cidomas Sayung / Pananjung. Kadaleman Nagara Tengah waktu itu belum mempunyai prajurit tapi dipilih rakyat yang sekiranya mampu untuk menuju tempat peperangan.
 
Sampai pada waktu yang sudah ditentukan rakyat Nagara Tengah yang sebanyak 40 orang berangkat, dipimpin oleh '''Kapetengan Jagabaya '''menuju ke sebrangan Sungai Cijolang. Yang akan menjaga dari semua Kadaleman sudah berkumpul Sang Adipati Panaekan sebagai pimpinan sudah tiba. Yang akan menjaga oleh sang Adipati tempatnya dibagi-bagi serta dinasihati, dikomando maju dan mundurnya kalau sudah terjadi peperangan. Waktu itu Prajurit Mataram yang memakai Jalan Selatan sudah bertemu dengan Pasukan kawasen yang sedana menjaga, terjadilah peperangan antara Mataram dan Kawasen. Tetapi peperangan tidak seimbang Prajurit Mataram terlalu banyak untuk dilawan oleh pasukan Kawasen. Pasukan Kaasen terus mundur tapi oleh prajurit Mataram terus dikejar sehingga tidak ada kesempatan untuk melaporkan kejadian pada Dalem Galuh.
 
Prajurit Mataram cepat menyebrang Sungai Ciseel menuju Kadaleman. Kadalem Kawasen dikurung Prajurit Mataram, Punggawa cepat lapor ke Dalem bahwa seluruh Kadaleman telah terkepung sehingga Dalem Kawasen tidak bisa lolos. Meskipun Pasukan Kawasen sedikit Dalemnya nekad untuk tidak menyerah, mau melawan membela rakyat dan Negara. Dikarenakan waktu itu Prajurit Mataram terlalu banyak serta sudah tabah dalam peperangan akhirnya Dalem Kawasen kalah dan gugur. Sesudah menyerbu Kadaleman Kawasen terus prajurit Mataram menuju Kadaleman Galuh dengan maksud yang sama. Setelah sampai di Kadaleman Galuh terjadi juga peperangan. Menurut perkiraan Sang Adipati Panaekan yang menjadi pemimpin perang pasukan Galuh tidak akan kuat untuk melawan prajurit Mataram yang lebih lengkap peralatan perangnya. Oleh sang Adipati Panaekan semua pasukan Galuh yang terdiri dari : Pasukan dari Kadaleman Galuh, Pasukan dari Kadaleman Nagara Tengahdan Pasukan Sukaketa dikomando untuk mundur meskipun diteruskan tidak ada harapan untuk menang. Pasukan Galuh mundur menuju ke seberlah barat. Pasukan Mataram mengejar tapi tidak sampai karena terhalang oleh pegunungan yang disebut Daerah '''Randegan''' Banjar. Sejarah bekas berhenti (Narandeg) pasukan Mataram.
 
Pasukan Galuh dengan yang lainya lari menuju barat menyebrangi Sungai Cimuntur sedangkan Pasukan Nagara Tengah – Sukakerta menyebrangi Sungai Citanduy terus maju ke arah barat daya melewati daerah '''Batu Gajah''' yang sudah termasuk wilayah Nagara Tengah. Terus menuju barat sampai disebuah tempat dan beristirahat karena kecapean. Daerah tersebut sekarang dinamakan '''Lembur Goler''' sebelah barat Cimaragas dan Beber. Sejarah bekas istirahat (Ngagoler) yang pulang dari peperangan. Sesudah istirahat dan bermalam esok harinya semua pasukan Nagara Tengah meneruskan perjalanan maju ke sebelah barat sampai di simpangan, belok ke sebelah selatan menebrangi Sungai Cikembang melewati '''Ranca Batu''' menuju Kadaleman Nagar Tengah. Sedangkan Pasukan Sukakerta terus maju ke arah barat sampai ke satu tempat, waktu itu banyak yang terluka parah oleh pasukan Mataram dan banyak juga yang meninggal waktu beristirahat di daerah tersebut. Mayatnya dikubur di daerah tersebut yang sekarang namanya '''Pasir Batang''' Karena tempat tersebut dahulunya dipakai mengubur Pasukan Sukakerta yang meninggal sepulangnya dari peperangan melawan Pasukan Mataram (jadi Babatang). Yang masih kuat semuanya kembali menuju ke Kadaleman.
Baris 331:
Rakyat Nagara Tengah waktu istirahat banyak yang memegang telapak kaki dan jari-jarinya ternyata licin dan berbau amis lalu semua rakyat yang menyebrang menggunakan balok kayu tadi memegang kakinya ternyata sama, ternyata yang dipakai menyebrang di Sungai Cikembang oleh rakyat Nagara Tengah bukan balok kayu tapi seekor belut besar (''' Lubang ''').
 
Dalem Nagara Tengah waktu itu terus ikrar : “bahwa kita semua yang sudah menyebrang dengan belut besar bersumpah 7 turunan tidak akan memakan daging lubang sebab sudah menolong kepada kita semua sehingga bisa selamat tidak terkejar oleh musuh”. Yang bersumpah untuk tidak memakan daging lubang 7 turunan waktu itu adalah sekitar Tahun '''1596 M.'''
 
Prajurit Mataram oleh orang Nagara Tengah disebut '''Bajo '''yaitu yang ngejarnya terus menerus. Rakyat Nagara Tengah ke esokan harinya maju ke arah selatan ke Daerah '''Harjawinangun '''dari situ terus ke arah barat disana ada hutan yang disebut '''leuweung Dungus.''' Semuanya istirahat di hutan tersebut sambil berdoa yang dipimpin oleh Kyai, tak lama kemudian datang segerombolan '''Menjangan (Mencek), ''' hutan tersebut selain dipakai untuk istirahat sekaligus tempat persembunyian rakyat Nagara Tengah semuanya dikelilingi oleh menjangan tersebut sambil makan rumput. Tidak ketahuan dari kejauhan ada prajurit Mataram lewat hutan tersebut. Tidak disangka bahwa hutan yang dilewatinya dipakai bersembunyi rakyat Nagar Tengah sebab dikelilingi oleh menjangan. Prajurit Mataram tidak mendekati daerah hutan itu sehingga rakyat Nagara Tengah selamat. Lalu Dalem ikrar lagi : “Dari waktu sekarang kita semua yang ada di hutan Dungus bersumpah untuk tidak memakan daging menjangan sebab sudah menyelamatkan dari bahaya”.
 
Dalem Nagara Tengah mengungsi sampai ke perbatasan Galunggung (Singaparna) disana ada bangunan kecil yang diatas atapnya tumbuh sejenis tanaman yang merambat yang dinamakan '''Oyong'''. Bangunan tersebut tertutup sekali oleh daun tanaman tersebut. Dari kejauhan seolah-olah tidak kelihatan ada bangunan, disana rakyat Nagara Tengah berteduh didalamnya sebab hari itu cuacanya panas sekali. Disana tidak lupa Kyai berdoa kepada yang Maha Kuasa minta supaya diselamatkan dari kejaran musuh. Tidak jauh dari bangunan tersebut ada prajurit Mataram lewat dan tidak menyangka pada rimbunan pohon oyong tersebut dipakai bersembunyi rakyat Nagara Tengah disangkanya hanya rimbunan oyong saja. Prajurit Mataram tidak mau mendekati tempat itu sehingga rakyat Nagara Tengah selamat. Sejak waktu itu orang Nagara Tengah mengucapkan sumpah tidak akan makan oyong sebab telah menyelamatkannya.
Baris 339:
Dalem Nagara Tengah meneruskan perjalanan mengungsinya belok sebelah utara masuk ke wilayah '''Tawang''', suatu waktu Dalem merasa kecapean terus beristirahat disuatu bangunan (''' Saung Huma '''), bangunan tersebut berada di tempat yang terbuka malahan berada di pinggir jalan. Dalem istirahat dan memerintahkan kepada Kyai untuk berdoa, setelah selesai berdoa datang segerombolan burung Perkutut ('''Tikukur ''') hinggap pada atap bangunan dan pagar halaman sambil sambil berkicau. Prajurit Mataram yang sedang mengejar ngejar Dalem Nagara Tengah maksudnya mau menyusul ke tempat bangunan tersebut tapi dari kejauhan kelihatan pada atap bangunan dan pagarnya banyak burung perkutut, sehingga menyusul akhirnya tidak jadi sebab disangkanya bangunan tersebut tidak ada penghuninya. Sejak itu pula orang Nagara Tengah mengucap sumpah tidak akan makan daging perkutut.
 
Berdasarkan kejadian kejadian tersebut orang Nagara Tengah timbul 4 macam sumpah :
 
- Satu : Sumpah tidak akan memakan daging belut besar (Lubang) sampai 7 turunan
 
- Dua : Sumpah tidak akan memakan daging menjangan (Mencek)
 
- Tiga : Sumpah tidak akan memakan oyong
 
- Empat : Sumpah tidak akan memakan daging burung perkutut (Tikukur)
 
Sumpah tersebut hanya berlaku sampai 7 (tujuh) turunan.
Baris 357:
Nagara Tengah mengalami perang dengan Mataram pada akhir tahun '''1595 M '''dan dikejar kejar Mataram awal Tahun '''1596 M'''.
 
Dalem Nagara Tengah dikejar kejar oleh Mataram selama setengah Tahun lebih. Ketika semuanya kembali ke Kadaleman keadaan di Kadaleman sudah berbeda sekali dengan keadaan sebelum ditinggalkan. Bangunan yang ditinggalkan banyak yang rusak seperti : Atap bocor, dimakan rayap. Selanjutnya datang surat dari Sultan Mataram ke semua Kadaleman menetapkan diantaranya Nagara Tengah jadi bawahan Mataram tiap tahun pada bulan Suro (Muharam) harus mengirim Caos Upeti kepada Mataram. Caos upeti dari Nagara Tengah yang sangat penting sekali adalah tanduk Kijang.
 
Dalem Galuh Sang Adipati Panaekan oleh Sultan Mataram diangkat menjadi Bupati – Wedana, sedangkan Dalem yang lainya disebut Bupati – Lurah. Hampir setiap bulan Dalem Nagara Tengah suka berburu Kijang yang tanduknya dikumpulkan untuk Caos Upeti ke Sultan Mataram. Waktu Dalem Nagara Tengah berburu Kijang ke sebelah barat '''Gunung Kakapa''' dekat Cipinaha (Batas Kadaleman Nagara Tengah dan Sukakerta). Waktu itu apabila ada kijang yang diburu oleh orang Nagara Tengah lari masuk ke Daerah Sukakerta tidak boleh terus dikejar oleh orang Nagara Tengah. Begitu juga sebaliknya. Disebuah bukit Dalem Nagara Tengah membuat tempat peristirahatan disebelah timur hulu sungai Cipinaha, tempat itu sekarang masuk ke wilayah Desa Cisarua Kecamatan Cineam.
Baris 385:
Peninggalan. ''' Makam Dalem Citatah'''
 
'''Sultan Mataram Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo Angabehi Sutawijaya '''Tahun '''1601 M '''diganti oleh '''Masjolang. '''Nagara Tengah masih tetap bawahan Mataram. Tahun 1602 M Kyai Anggamalang diganti oleh Kyai Kapi Ibrahim. Anggamalang masih tetap jadi Hakim Leuwi Panareban, kediamanya sebelah selatan leuwi Panareban yang di sebut Cidarma. Oleh karena di Nagara Tengah belum ada Jaksa yang Mahir perkara hukuman, masih tetap memakai Hakim Adat ditenggelamkan di leuwi Panareban. Penghulu Raden Kyai Kapi Ibrahim mempunyai putra 6 :
 
'''1. Kyai Kapi Ibrahim II'''
Baris 409:
Penyebaran Agama Islam oleh Penghulu dan Kyai dilaksanakan dengan menggunakan Seni Terbang, Angklung, dan Dog-dog. Sebagai alat penghibur anak-anak kalau digusaran dan sunatan, diramaikan supaya merasa gembira sehingga anak-anak yang belum digusaran atau di sunat menjadi tertarik. Jaman dahulu anak perempuan biasa di gusaran, kalau anak laki-laki di gusaran dan disunat
 
Kegiatan olahraga ujungan masih terus dilaksanakan tempatnya di Gunung Hujung. Tiap tahun biasa memilih orang yang terkuat dari rakyat Kadaleman. Pandai besi di Sayung terus berjalan supaya petani mudah mendapatkan perkakas pertanian, pertukangan kayu supaya mudah mendapatkan perabotnya seperti : baliung, tatah, pasak besi dan lainya. waktu itu belum ada yang disebut sugu, gergaji, atau rimbas.
 
Untuk mejaga keamanan Negara Kadaleman Dalem mengangkat Jagabaya '''Dalem Paganjuran '''yang ditempatkan di sebelah selatan kedeiaman Kyai Raga Sumingkir. Dalem Paganjuran setelah meninggal dimakamkan di daerah yang sekarang bernama Kamung Sindang Karsa Desa Rajadatu Kecamatan Cineam.
Baris 417:
Untuk memajukan daerah Dalem Aria Kusumah mengangkat Kepala Cutak / Wedana yang disebut Dalem Sumur. Dinamai Dalem Sumur karena mempunyai Sumur yang airnya bersih sekali, meskipun kemarau panjang sumur tersebut tidak pernih kering. Rakyat banyak yang menggunakan Sumur tersebut.
 
Dalem Sumur mempunyai putra 7 yaitu :
 
'''1. Raden Kertamanggala'''
Baris 455:
Sang Adipati Panaekan berusaha supaya jangan terjadi berontak dengan saudara sampai ada kejadian yang menjadi korban jiwa.usahanya Sang Adipati Panaekan Rakyat bisa reda terus aman.
 
'''Tahun 1618 M '''Sang Adipati Panaekan pindah dari Galuh ke Nagara Tengah, mulai waktu itu Nagara Tengah disebut '''Garaterngah.''' Di Galuh tidak ada lagi Dalem, wilayah Kadaleman Garatengah jadi luas sebab Galuh disatukan dengan Nagara Tengah. Sang Adipati Panaekan masih tetap jadi Bupati Wedana sebagai Penasihat Dalem di Wilayah Galuh. Sang Adipati Panaekan mempunyai dua pengiring yaitu :
 
'''1. Raden Pandji Boma'''
Baris 471:
Kyai Anggamalang sesudah berhenti jadi Hakim Leuwi Panareban kediamanya tidak memilih pindah ke Garatengah tapi tetap di Cidarma. Sesudah meninggal dimakamkan pada sebuah bukit yang tanahnya merah yang disebut '''Pasir Abang.''' Di Kampung Cikanyere waktu itu ada seorang penyadap Aren namanya '''Abas''', orang tersebut kalau mencari kayu bakar tidak berani sampai ke bukit yang tanahnya merah tersebut malahan oleh Abas orang lain pun tidak diperbolehkan untuk mengambil kayu bakar pada bukit itu. Yang akhirnya Pasir Abang tersebut diberi nama '''Pasir Abas.'''
 
Sebagai Catatan :
 
-Tahun 1915 ke Kecamatan Cineam ada seorang '''Kalasir''' (Yang biasa menetapkan nomor – persil dan nama Blok tanah), oleh orang Cikanyere Pasir Abang diusulkan supaya diberi nama Blok Pasir Abas.
Baris 487:
Tahun 1625 Dalem Garatengah diganti oleh '''Raden Dipati Imbanagara'''. Dalem itu oleh Sultan Mataram ditunjuk dijadikan Bupati Wedana, jadi penasihat Dalem diwilayah Galuh menggantikan Sang Adipati Panaekan.
 
Dipati Imbanagara mempunyai isteri bernama '''Nyi Gedeng Adi Larang (Putra Sunan Bandu Jaya) '''Sumedang larang, Sumedang. Mempunyai putra 2 bernama :
 
'''1. Mas Bongsar atau Raden Jayanagara (Raden Yogaswara)'''
Baris 557:
'''GERET TENGAH'''
 
a. -Kadalemanya disebut : '''Nagaratengah'''
 
Jaman Dalemnya : '''1. Raden Aria Pandji Subrata (Dalem I)'''
 
''' Tahun 1583 – 1591 M.'''
Baris 571:
''' Tahun 1611 – 1618 M.'''
 
b. -Kadalemanya disebut : '''Garatengah'''
 
Setelah Galuh disatukan dengan Nagaratengah dan Pusat Kadalemanya berada di Nagaratengah. Yang memimpin Kadaleman yaitu :
 
'''1. Sang Adipati Panaekan (1618 – 1625 M)'''
Baris 583:
'''Tahun 1636 M.'''
 
c. -Kadalemanya disebut : '''Geret tengah'''
 
Setelah Kadaleman Garatengah pindah ke Imbanagara Tahun 1642 M,
Baris 595:
Kyai Kapiyudin membuat Pesantren disebelah utara Sungai Cihapitan. Setelah meninggal Kyai Kapiyudin dimakamkan di daerah '''Kembang Gadung''' Kampung Negla Desa Cijulang Kecamatan Cineam berdekatan dengan Makam Kyai Kapi Ibrahim.
 
Peninggalan : '''Makam Kyai Kapi Ibrahim dan Kyai Kapiyudin'''
 
Putra penghulu Kyai Abdul Rokhaniah yang bernama '''Raden Subakerta''' dan Isterinya '''Nyi Raden Tiru''' setelah Ayahnya meninggal dari Geret Tengah pindah ke daerah yang disebut '''Babakan''' sekarang.
Baris 601:
Setelah meninggal Raden Subakerta dan Nyi Raden Tiru dimakamkan di '''Lebak Lipung''' masuk Dusun Kertaharja Desa Ciampanan Kecamatan Cineam sekarang.
 
Peninggalan : ''' Makam Raden Subakerta (Putu Kyai Anggamalang)'''
 
Peninggalan : '''Makam Nyi Raden Tiru (Mantu Kyai Abdul Rokhaniah)'''
 
Sedangkan saudara Raden Subakerta yang bernama '''Raden Subamanggala''' tidak ikut pindah ke babakan tapi pindah ke daerah '''Cisangkir''' wilayah Cibeureum.