Kereta rel listrik JR East seri 103: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Farrell010427 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 23:
 
== Sejarah ==
KRL ini adalah [[kereta rel listrik]] buatan [[Jepang]] tahun 1964 yang beroperasi di lintas [[Jabodetabek]]. KRL ini pernah menjadi KRL dengan populasi terbanyak di Jepang, dan masih merupakan rekor selama ini. KRL ini berteknologi [[rheostat]], yaitu teknologi yang saat itu masih umum, karena belum ada teknologi ''Chopper'' maupun ''Variable Voltage Variable Frequency'', dengan ''thryristor Gate Turn-Off'' (VVVF-GTO) maupun ''Insulated Gate Bipolar Transistor'' (VVVF-IGBT). Walaupun demikian, teknologi ''resistor control'' telah ada pada saat itu. Pada awalnya KRL ini tidak ber-AC, sama seperti KRL lainnya di Jepang pada saat itu, tetapi sejak tahun 1988, AC pun mulai dipasang untuk meningkatkan kenyamanan penumpang.
 
Pada awalnya KRL ini tidak ber-AC, sama seperti KRL lainnya di Jepang pada saat itu, tetapi sejak tahun 1988, AC pun mulai dipasang untuk meningkatkan kenyamanan penumpang.
=== Awal Masa Kedinasan (2004-2008) ===
 
Pada tahun 2000, saat itu tiba KRL AC untuk pertama kalinya dari Jepang (Toei seri 6000), dan KRL Ekspres AC ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, setelah sebelumnya KRL non-AC banyak yang mulai menurun kondisinya dan lekat dengan kondisi yang buruk, seperti banyaknya penumpang di atap ([[atapers]]). Setelah kedatangan KRL Toei seri 6000, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Jabotabek yang sedang membutuhkan lebih banyak KRL AC pun mengimpor KRL ini dari JR East, tepatnya pada tahun 2004, sebanyak 16 kereta. KRL ini awalnya beroperasi di Jalur Musashino sebelum dikirim ke Jakarta, dan masing-masing rangkaiannya terdiri dari 8 kereta meskipun rangkaian yang dikirim ke Indonesia sudah diperpendek menjadi 4 kereta dalam satu rangkaian, sehingga total ada 4 rangkaian kereta yang beroperasi di Indonesia.
=== Pengoperasian di Indonesia (2004-2016) ===
 
==== Awal Masa Kedinasan (2004-2008) ====
Pada tahun 2000, saat itu tiba KRL AC untuk pertama kalinya didatangkan dari Jepang (Toei seri 6000), dan KRL Ekspres AC ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, setelah sebelumnya KRL non-AC banyak yang mulai menurun kondisinya dan lekat dengan kondisi yang buruk, seperti banyaknya penumpang di atap ([[atapers]]). Setelah kedatangan KRL Toei seri 6000, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Jabotabek yang sedang membutuhkan lebih banyak KRL AC pun mengimpor KRL ini dari JR East, tepatnya pada tahun 2004, sebanyak 16 kereta. KRL ini awalnya beroperasi di Jalur Musashino sebelum dikirim ke Jakarta, dan masing-masing rangkaiannya terdiri dari 8 kereta meskipun rangkaian yang dikirim ke Indonesia sudah diperpendek menjadi 4 kereta dalam satu rangkaian, sehingga total ada 4 rangkaian kereta yang beroperasi di Indonesia.
 
KRL JR seri 103 merupakan KRL tertua yang dimiliki Jepang pada saat KRL ini dibeli untuk dikirim ke Indonesia, dengan rangkaian yang pertama kali dibuat pada tahun 1964, sehingga pembelian KRL tipe ini tidak banyak, karena dianggap terlalu kuno dan tidak efisien jika membeli KRL yang berbody Mild Steel dan berteknologi Rheostat, sehingga pada pembelian berikutnya, KRL yang dibeli adalah KRL Tokyu seri 8000 dan 8500.
Baris 32 ⟶ 36:
[[Indonesia]] membeli kereta ini untuk melayani beberapa rute KA [[Jabodetabek]]. KRL ini mulai beroperasi pada akhir tahun 2004, langsung menggunakan livery JR East Musashino Line, yang merupakan livery bawaan dari Jepang, namun dengan pemasangan cowcatcher terlebih dahulu. KRL ini mulai digunakan untuk layanan [[Kereta api Bojonggede Ekspres|Bojonggede Ekspres]] dan [[Kereta api Depok Ekspres|Depok Ekspres]] pada jalur Bogor, di jalur Serpong sebagai Sudirman Ekspres, dan juga di jalur Tangerang sebagai Benteng Ekspres. Namun, akibat bertambahnya jumlah penumpang, KRL ini pun mulai ditemani dengan KRL Tokyu 8000 yang saat itu telah memiliki 8 kereta per rangkaian mulai tahun 2005. KRL ini pun mulai difokuskan di rute Serpong dan [[Tangerang]] yang jumlah penumpangnya tidak terlalu banyak. KRL ini dikenal sebagai salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek, khususnya dengan keadaan KRL Ekspres yang tidak begitu penuh yang menambah dinginnya KRL ini. Pada tahun 2007, KRL ini pun dicat dengan warna kuning-orange.
 
==== Masa-masa Kedinasan (2009-2013) ====
Pada tahun 2009, KRL ini dicat dengan warna biru tua-biru muda, sebagai KRL pertama yang menjalani pemeliharaan akhir lengkap (PAL) di Dipo KRL Depok. Setelah itu, KRL ini sempat dioperasikan untuk layanan Ekonomi AC Tanahabang - Depok untuk rangkaian kaca tinggi dengan 2 rangkaian digabung menjadi satu, dan rangkaian kaca rendah beroperasi sebagai KRL Ekspres di jalur Tangerang dengan formasi 1 set, juga terkadang KRL ini dioperasikan di Jalur Bekasi/Bogor. Di era inilah juga, KRL ini harus menghadapi penuhnya penumpang khususnya pada saat berdinas sebagai KRL Ekonomi AC, dan pada jam sibuk seringkali pintu KRL ini diganjal oleh penumpang, sama seperti KRL AC lainnya.
 
Baris 39 ⟶ 43:
Sejak 2012-13, karena kerusakan dan kesulitan suku cadang, rangkaian E20 dan E27 tidak bisa dioperasikan, sehingga rangkaian kereta yang tersisa akhirnya hanya 2 rangkaian, yaitu rangkaian E21 dan E22. (Rangkaian E21 merupakan rangkaian kaca rendah dan E22 kaca tinggi). Namun akhirnya rangkaian E21 dan E22 digabung sehingga dalam 1 rangkaian terdapat 8 kereta.
 
==== Akhir masa kedinasan (2014-2016) ====
Sejak 2014, rangkaian ini akhirnya menggunakan livery KCJ namun dengan logo PT KAI, yang ternyata merupakan livery terakhirnya selama berdinas di Indonesia. KRL ini sejak menjalani pemeliharaan akhir lengkap (PAL) pada tahun 2014 sempat berdinas pada rute yang jauh seperti di jalur Bogor, Bekasi, dan Serpong, namun akhirnya KRL ini sejak tahun 2015 lebih sering beroperasi sebagai KRL feeder, biasanya pada rute Manggarai - Duri PP maupun Jakarta Kota - Kampung Bandan PP.