Candi Prambanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
| Link = http://whc.unesco.org/en/list/642
}}
'''Candi Prambanan''' atau '''Candi Roro Jonggrang''' ({{lang-jv|ꦕꦤ꧀ꦝꦶ​ꦥꦿꦩ꧀ꦧꦤꦤ꧀|Candhi Prambanan}}) adalah kompleks [[candi]] [[Hindu]] terbesar di [[Indonesia]] yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk [[Trimurti]], tiga dewa utama Hindu yaitu [[Brahma]] sebagai dewa pencipta, [[Wishnu|Wisnu]] sebagai dewa pemelihara, dan [[Siwa]] sebagai dewa pemusnah/pelembur. Berdasarkan [[prasasti Siwagrha]] nama asli kompleks candi ini adalah '''Siwagrha''' ([[bahasa Sanskerta]] yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di ''garbagriha'' (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
 
Kompleks candi ini terletak di kecamatan [[Prambanan, Sleman|Prambanan]], Sleman, [[DI Yogyakarta]] dan kecamatan [[Prambanan, Klaten|Prambanan]], Kabupaten Klaten, [[Jawa Tengah]]<ref>[http://m.pdiperjuangan-jatim.org/index.php?mod=berita&id=6839 Prambanan, dari Mataram Kuno ke Indonesia Raya]</ref> kurang lebih 17 kilometer timur laut [[Yogyakarta]], 50 kilometer barat daya [[Surakarta]] dan 120 kilometer selatan [[Semarang]], persis di perbatasan antara [[provinsi]] [[Jawa Tengah]] dan [[DIY|Daerah Istimewa Yogyakarta]].<ref>[http://whc.unesco.org/en/list/642 Prambanan Temple Compounds – UNESCO World Heritage Centre]</ref> Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa [[Bokoharjo, Prambanan, Sleman|Bokoharjo]], Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa [[Tlogo, Prambanan, Klaten|Tlogo]], Prambanan, [[Klaten]].
 
Candi ini adalah termasuk [[Situs Warisan Dunia]] [[UNESCO]], candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.<ref>http://www.borobudurpark.co.id/prambanan-temple-complex.html</ref> Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.<ref>[http://www.indonesia-tourism.com/yogyakarta/prambanan-temple.html Prambanan Temple]</ref>
Baris 34:
=== Pembangunan ===
[[Berkas:Hindu Temple in Java, Indonesia.jpg|jmpl|lurus|Candi Prambanan di antara kabut pagi.]]
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh [[Rakai Pikatan|Sri Maharaja Rakai Pikatan]] sebagai tandingan candi Buddha [[Borobudur]] dan juga [[candi Sewu]] yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya [[dinasti Sanjaya|keluarga Sanjaya]] atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa [[Sailendra]] penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa [[Sailendra]] cenderung lebih mendukung [[Buddha]] aliran [[Mahayana]]. Hal ini menandai bahwa [[kerajaan Medang]] beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
 
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh [[Rakai Pikatan]] dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja [[Balitung|Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu]]. Berdasarkan [[prasasti Siwagrha]] berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa [[Siwa]], dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah '''Siwagrha''' (Sanskerta:''Shiva-grha'' yang berarti: 'Rumah Siwa') atau '''Siwalaya''' (Sanskerta:''Shiva-laya'' yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').<ref>Prasasti Siwagrha, [[Museum Nasional Indonesia]]</ref> Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah [[sungai Opak]] yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
 
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa [[arca]] Siwa di [[garbhagriha]] (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja [[Balitung]], sebagai arca pedharmaan anumerta dia.<ref>Soetarno, Drs. R. second edition (2002). "Aneka Candi Kuno di Indonesia" (Ancient Temples in Indonesia), pp. 16. Dahara Prize. Semarang. ISBN 979-501-098-0.</ref>
 
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja [[Daksa|Sri Maharaja Dyah Daksa]] dan [[Tulodong|Sri Maharaja Dyah Tulodong]], dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta [[brahmana]] dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab [[Weda]] dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau [[keraton]] kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di [[Dataran Kewu]].
 
=== Ditelantarkan ===
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke [[Jawa Timur]] oleh [[Mpu Sindok|Sri Maharaja Mpu Sindok]], yang mendirikan [[Wangsa Isyana|Wangsa Dinasti Isyana]]. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan hebat [[gunung berapi|Gunung]] [[Gunung Merapi|Merapi]] yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
 
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta [[arca]] [[Durga]] dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda [[Rara Jonggrang]]. Setelah perpecahan [[Kesultanan Mataram]] pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah [[Kesultanan Yogyakarta]] (Jogja) dan [[Kasunanan Surakarta]] (Solo).
 
=== Penemuan kembali ===
[[Berkas:Prambanan 1895.jpg|jmpl|ka|Reruntuhan candi Siwa di Kompleks Candi Prambanan segera setelah ditemukan.]]
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai kisah [[Rara Jonggrang]].
 
Baris 146:
== Arsitektur ==
[[Berkas:Prambanan Cross Section Shiva.svg|jmpl|ka|Penampang candi Siwa]]
Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra/Kitab Silpastra. Denah candi megikuti pola [[mandala]], sementara bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki nama asli ''Siwagrha'' dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci [[Mahameru]], tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan ranah, alam atau [[Loka]].
 
Seperti [[Borobudur]], Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:<ref>[http://konservasiborobudur.org/?p=11 Konservasi Borobudur] (in Indonesian)</ref>
* '''Bhurloka''' (dalam Buddhisme: ''[[Kamadhatu]]''), adalah ranah terendah makhluk yang fana; manusia, hewan, juga makhluk halus Hantu dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat dengn hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terlar dan kaki candi melambangkan ranah ''bhurloka''.
* '''Bwahloka''' (dalam Buddhisme: ''[[Rupadhatu]]''), adalah alam tegah, tempat orang suci, [[resi]], pertapa, dan [[dewata]] rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah ''bwahloka''.
* '''Swahloka''' (dalam Buddhisme: ''[[Arupadhatu]]''), adalah ranah trtinggi sekaligus tersuci tempat para [[dewa]] Hapsara Hapsari Bidadari bersemayam, juga disebut ''[[swargaloka]]''. Halaman dalam dan atap candi melambangkan ranah ''swahloka''. Atap candi-candi di kompleks Prambanan dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ''ratna'' ([[Sanskerta]]: permata), bentuk ''ratna'' Prambanan merupakan modifikasi bentuk [[wajra]] yang melambangkan intan atau halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ''ratna'' adalah sandingan Hindu untuk ''[[stupa]]'' Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
 
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya terdapat ''pripih'' (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan aksara bertuliskan [[Baruna]] (dewa laut) dan [[Parwata]] (dewa gunung). Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya berbentuk kura-kura, ular [[naga]] (kobra), [[padma]], altar, dan telur).<ref>[http://hanacaraka.com/CJLoroJonggrang.html Candi Lara Jonggrang]</ref>