Sidratul Muntaha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 4 perubahan teks terakhir (oleh Ibra Bintang, 182.0.180.228, 115.178.202.144 dan Sonic Speedy) dan mengembalikan revisi 14942299 oleh Veracious
Baris 30:
Dikatakan pula bahwa Muhammad telah melihat Allah yang berupa [[cahaya]] atau hanya tertutup dengan cahaya.<ref>Dari Abu Dzar, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah: "Apakah paduka melihat Tuhan paduka?". Ia menjawab: "Hanya cahaya. Bagaimana mungkin aku dapat melihat Allah?" Hadits riwayat [[Imam Muslim|Muslim]] (178.1), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".</ref><ref>Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: "Seandainya aku melihat Rasulullah, pasti aku akan menanyainya." Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya: "Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian dia jawab: 'Aku telah melihat cahaya'." Hadits riwayat [[Imam Muslim|Muslim]] (178.2), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".</ref><ref>''Syarh Nawawi tahqiq Khalil Ma'mun Syiha'' III/15 no.442 dan juga no. 443</ref>
 
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah dia melihat-Nya dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang berpendapat bahwa dia pernah melihat-Nya dengan mata hati antara lain al-Baihaqi, al-Hafizh [[Ibnu Katsir]] dalam Tafsirnya, dan [[Syaikh al-Albani]] dalam ''tahqiqnya'' terhadap ''[[Syarah]] Aqidah ath-Thahawiyah''. Salah satu argumentasi mereka adalah hadits yang telah dikutip di atas. Jadi, menurut riwayat yang shahih, adalahyang Nabi Muhammad lihat hanyalah cahaya yang menghalangi antara dirinya dengan Allah.
 
=== Mendapatkan perintah salat ===