Jalur kereta api Dayeuhkolot–Majalaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k replaced: romusha → romusa |
|||
Baris 6:
Oleh karena itu, Belanda memutuskan untuk membangun jalur kereta api dari Bandung menuju Ciwidey dan Majalaya. Pembangunan lintas ini ditaksir menelan biaya sebesar ƒ1.776.000,00.<ref name=":0" /> Jalur kereta apinya sendiri terdiri atas segmen Cikudapateuh–Kopo (Soreang) dilanjut menuju Ciwidey dan dibuatkan pula jalur cabang dari Dayeuhkolot menuju Majalaya. Dalam ''verslag'' yang dibuat oleh [[Staatsspoorwegen]], jalur Dayeuhkolot–Majalaya dibuka pada tanggal 3 Maret 1922.<ref name="verslag" />
Jalur ini dinonaktifkan pada tahun 1942 karena sebagian komponen jalurnya dibongkar pekerja
=== Pembangunan ''shortcut'' Majalaya–Cicalengka ===
Asal-usul proyek pembangunan ''shortcut'' atau jalur pintas Majalaya–Cicalengka ini sangat kurang jelas. Meski begitu, Iman Subarkah menyatakan dalam bukunya yang berjudul ''Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita'' bahwasannya
pembangunan lintas ini dimaksudkan untuk menghubungkan [[Stasiun Majalaya]] yang berada di
daerah [[Bandung]] Selatan akan terkoneksi dengan daerah [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] melalui kereta api. Bahkan, ketika itu beliaulah yang diberi tugas untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan jalur ''shortcut'' ini.<ref>
Awalnya tahun 1942, Jepang sempat memiliki konsep akan adanya jalur ''shortcut'' yang menghubungkan Cicalengka dengan Majalaya tanpa harus memutar jauh melalui Bandung dan Dayeuhkolot. Akan tetapi, [[Jepang]] tidak kunjung merealisasikan niat tersebut. Hingga Juni 1945, Jepang mengerahkan ribuan tahanan perangnya yang berasal dari kamp di daerah Cimahi ke Majalaya dengan menggunakan kereta api. Seluruh tahanan tersebut terdiri atas anak laki-laki dan pria dewasa yang sebagian besar berasal dari [[Belanda|Negeri Kincir Angin]]. Pengerahan tahanan perang ini tak lain dan tak bukan ditujukan untuk membangun jalur pintas kereta api Cicalengka–Majalaya. Pembangunan jalur pintas ini awalnya dimulai dari [[Stasiun Majalaya|Majalaya]]. Selang beberapa minggu kemudian, Jepang mengerahkan tahanan perang lagi di Cicalengka. Disana, mereka mulai membangun tanggul-tanggul di area persawahan untuk dijadikan ''railbed''.<ref name="Jan de Bruin">{{Citebook|title=Het Indische Spoor In Oorlogstijd De spoor- en tramwegmaatschappij in Nederlands-Indië in de vuurlinie 1873-1949|first=Jan de|last=Bruin|year=2003|publisher=Uquilair B.V.|page=122-?}}</ref>
|