Bahan bakar hayati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Bioalkohol: bentuk baku
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: ethanol → etanol (13)
Baris 43:
Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah [[ethanol]], dan yang kurang umum adalah [[prapan-1-ol|propanol]] dan [[butanol]], diproduksi dengan aksi [[mikroorganisme]] dan [[enzym]] melalui fermentasi gula atau ''starch'', atau selulosa. [[Biobutanol]] sering kali dianggap sebagai pengganti langsung [[bensin]], karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.
 
[[Butanol]] terbentuk dari [[Clostridium acetobutylicum|fermentasi ABE]] (aseton, butanol, etanol) dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung" dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin).<ref>[http://www.butanol.com/ ButylFuel,LLC Main Page<!-- Bot generated title -->]</ref> Dan lebih tidak menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanoletanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada. [[Dupont]] dan [[BP]] bekerja sama untuk menghasilkan butanol.
 
[[Bahan bakar etanol]] merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama [[bahan bakar etanol di Brasil]]. [[Bahan bakar alkohol]] diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari [[gandum]], [[jagung]], [[bit gula]], [[tebu]], [[molasses]] dan gula atau amilum yang dapat dibuat [[minuman beralkohol]] (seperti [[kentang]] dan sisa [[buah]], dll). Produksi etanol menggunakan digesti [[enzim]] untuk menghasilkan gula dari amilum, [[fermentasi]] gula, [[distilasi]] dan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (sering kali menggunakan [[gas alam]]).
Baris 49:
Produksi [[etanol selulosa]] menggunakan [[tanaman non-pangan]] atau produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan.
 
Memproduksi [[etanol]] dari [[selulosa]] merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi [[glukosa]] (gula). Dalam laboratorium [[ethanol selulosik]], banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanoletanol.
 
Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan [[teknik genetika]] [[DNA rekombinan]] yang mencoba untuk mengembangkan [[enzym]] yang dapat memecah kayu lebih cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruh [[tanaman]], yang dapat mengakhiri produksi [[oksigen]] yang dilepaskan oleh proses [[fotosintesis]] tumbuhan.
 
EthanolEtanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti [[bensin]]; ethanoletanol dapat dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi menggunakan campuran ethanoletanol sampai 15% dengan bensin. Bensin dengan ethanoletanol memiliki angka [[oktan]] yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.
 
[[Bahan bakar etanol]] memiliki [[BTU]] yang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanoletanol dan pembakaran lambat untuk mencegah [[pra-ignisi]] yang merusak (knocking).
 
EthanolEtanol sangat [[korosif]] terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, [[aluminium]], dan [[ruang pembakaran]]. Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat. Untuk campuran ethanoletanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.
 
EthanolEtanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar ethanoletanol ke konsumen.
 
Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi [[kendaraan bahan bakar fleksibel]], yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol.
 
Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi [[bahan bakar etanol]] dapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanoletanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada [[karburator]] dan komponen dari besi).
 
<!--
Baris 99:
 
Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang dikembangkan seperti [[biohidrogen]], [[biometanol]], [[DMF]], Bio-DME, [[Fischer-Tropsch]] diesel, biohydrogen diesel, alkohol campuran dan diesel kayu. Produksi [[cellulosic ethanol]] mempergunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan atau produk buangan yang tidak bisa dimakan.
Memproduksi etanol dari selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis yang sulit untuk dipecahkan. Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi) memakan rumput lalu menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan enzim yang lamban untuk menguraikannya menjadi glukosa (gula). Di dalam labolatorium cellulosic ethanoletanol, berbagai proses eksperimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal yang sama, lalu gula yang dihasilkan bisa difermentasi untuk menjadi bahan bakar etanol. Para ilmuwan juga sedang bereksperimen dengan sejumlah organisme hasil [[rekayasa genetik]] [[penyatuan kembali DNA]] yang mampu meningkatkan potensi biofuel seperti pemanfaatan tepung [[Rumput]] Gajah (Panicum virgatum).<ref>{{id}} [http://jurnal.kesimpulan.com/2011/10/transfer-gen-mutan-jagung-ke-rumput.html Jurnal KeSimpulan.com - Transfer Gen Mutan Jagung ke Rumput Gajah Untuk Biofuel]</ref>
 
Jerami tanaman minyak biji Rapa sebagai salah satu sumber energi alternatif penting dimasa depan. Jerami minyak biji Rapa kebanyakan tidak lagi digunakan petani, hanya sebagai kompos dan tempat tidur hewan ternak. Tetapi dengan memanfaatkan jerami minyak biji Rapa akan menghasilkan energi alternatif Biofuel terbarukan. Ilmuwan dari Institute of Food Research mencari cara, bagaimana mengubah jerami dari minyak biji Rapa menjadi energi alternatif biofuel. Penemuan awal menunjukkan bagaimana proses pembuatan biofuel bisa diproduksi lebih efisien, serta bagaimana meningkatkan produksi jerami minyak biji Rapa dapat ditingkatkan. Jerami dari tanaman seperti gandum, barley, dan minyak biji Rapa dipandang sebagai sumber potensial energi biomassa untuk meningkatkan produksi biofuel generasi kedua. Setidaknya produksi di Inggris mencapai sekitar 12 juta ton jerami minyak biji Rapa. Dalam kenyataannya, minyak biji Rapa banyak digunakan untuk tempat tidur hewan ternak dan kompos dan pembangkit energi. Jerami berisi campuran gula yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif biofuel, dimana dalam penggunaannya tidak bersaing dengan produksi pangan melainkan merupakan solusi berkelanjutan dalam hal pemanfaatan limbah. Gula yang ada pada jerami tidak dapat diakses oleh enzim yang membebaskannya agar dapat dikonversi menjadi energi alternatif biofuel, sehingga perawatan sebelum pengelolaan jerami akan sangat diperlukan.