Perempuan Tanah Jahanam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan pemilihan kata dan alur
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler mengosongkan halaman [ * ]
Baris 38:
'''''Perempuan Tanah Jahanam''''' (sebelumnya berjudul '''''Impetigore''''') adalah [[film horor|film hantu]] [[thriller]] [[Indonesia]] yang dirilis pada [[17 Oktober]] [[2019]] disutradarai dan ditulis oleh [[Joko Anwar]].
 
Maya dan Dini adalah dua sahabat karib yang sama sama bekerja sebagai petugas tol. Suatu malam, Maya bercerita kepada Dini melalui telfon tentang seorang pengemudi misterius yang selalu melintas setiap malam dengan tatapan tajam yang tentu saja membuat Maya takut. Ditengah percakapan, pengemudi misterius yang mereka bicarakan kembali melintasi tol dan mengamati Maya.
== Alur ==
Maya yang merasa ada sesuatu yang tidak beres kemudian memberitahu Dini. Setelah melintas, pengemudi itu berhenti di tepi jalan untuk kembali ke pos Maya dengan beberapa pertanyaan.
Di tol, Maya dan Dini yang bekerja sebagai petugas tol saling berbicara satu dan lain sembari menjalankan pekerjaan mereka. Maya mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari seorang pengemudi berkali-kali. Pengemudi itu kembali mendatangi tol yang sama dan Maya melihat sesuatu yang tidak beres. Pengemudi itu membawa golok dan Maya melarikan diri ke luar. Pengemudi itu berhasil melukai Maya dengan golok itu, walau akhirnya ditembak mati polisi.
 
Sesaat setelahnya, pengemudi itu kembali ke mobil mengambil sebilah golok dan berusaha menyerang Maya. Histeris, Maya berupaya melarikan diri ke luar pos. Pengemudi itu berhasil melukai Maya di bagian paha dengan golok, sebelum akhirnya polisi menembak matinya.
Maya dan Dini akhirnya berhenti bekerja sebagai petugas tol dan memilih membuka usaha penjualan pakaian yang tidak berlangsung dengan baik. Maya akhirnya berniat melawat ke kediaman orang tuanya di Desa Harjosari, yang juga diikuti Dini. Ketika Maya sedang buang air kecil di kakus, ia mendapati secarik kertas yang muncul dari luka sayatan golok itu.
 
3 Bulan kemudian, Maya dan Dini akhirnya berhenti bekerja sebagai petugas tol dan memilih berjualan pakaian di Los Pasar yang ternyata sepi pembeli. Menghadapi kesulitan keuangan, Maya akhirnya berpikir untuk mencari keluarganya di Desa Harjosari, dengan harapan dapat menemukan peninggalan berharga orang tuanya yang bisa dijadikan uang.
Maya dan Dini harus mengikuti perjalanan semalam suntuk untuk transit ke terminal di kawasan itu. Dalam perjalanan itu, Maya akhirnya mengetahui dari penumpang lain bahwa kertas yang didapatnya di kakus itu adalah jimat. Maya juga mendapati tiga anak perempuan yang terus muncul sepanjang perjalanan. Di terminal, tidak banyak orang yang mengetahui Desa Harjosari, jadi mereka terpaksa harus membayar mahal seorang pengemudi delman yang mengetahui desa itu hanya agar bisa mencapai desa itu walau memakan waktu berjam-jam. Mereka meminta diturunkan di rumah kepala desa, Ki Saptadi.
 
Ketika Maya sedang buang air kecil di toilet pasar, ia mendapati secarik kertas yang muncul dari luka sayatan golok malam itu. Maya kemudian memotret kertas itu lalu membuangnya ke toilet.
Di rumah itu, mereka yang menyamar sebagai mahasiswi yang melakukan penelitian di desa itu bertanya kepada Nyi Misni yang saat itu hanya satu-satu orang yang berada di rumah itu. Saptadi sering bepergian ke desa lain untuk melakukan pekerjaannya yang lain yaitu dalang. Mereka kemudian menempati sebuah rumah kosong yang dahulunya adalah rumah orang tua Maya. Tak lama setelah menempati rumah itu, mereka mendapati sesuatu yang tidak wajar di desa itu, bayi yang setiap hari meninggal setelah dilahirkan.
 
Tiba saatnya Maya dan Dini memulai perjalanan mereka ke desa Harjosari, menempuh perjalanan transit di terminal kawasan itu. Dalam perjalanan, Maya berkenalan dengan seorang dosen Sastra bahasa Rusia, yang ternyata juga tahu hal-hal gaib. Melalui pria itu, Maya akhirnya mengetahui kertas yang di dalam kulitnya itu merupakan jimat pelindung dari makhluk halus yang ditulis dalam bahasa jawa kuno. Menurutnya, jimat itu dibuat oleh orang yang sangat 'Jahat' (penganut ilmu hitam). Di sepanjang jalan Maya dikejutkan oleh 3 gadis kecil yang terus menerus muncul.
Dini dijebak dua orang itu dan dibawa ke hutan. Dini akhirnya dikuliti dan kulitnya dijadikan wayang kulit.
 
Setibanya di terminal, Maya mengalami kesulitan sebab tidak banyak penarik delman yang mengetahui Desa Harjosari. Beruntung ada salah satu penarik delman yang bersedia mengantar mereka walau harus membayar mahal. Setibanya di sana, mereka disambut tatapan dingin warga sekitar. Maya kemudian meminta diturunkan di rumah kepala desa Harjosari, Ki Saptadi yang sekaligus seorang Dalang terkenal
Ratih menjelaskan bahwa ada seseorang yang tetap dibiarkan hidup walau menanggung penyakit kulit di sekujur tubuhnya seumur hidup. Ia hidup sebatang kara di sebuah pondok di hutan. Mereka mengunjungi pondok itu.
 
Setibanya di rumah itu, Maya dan Dini tidak dapat bertemu dengan Ki Saptadi melainkan hanya bertemu seorang wanita tua bernama Nyi Misni (ibu dari Ki Saptadi). Untuk menghindari kecurigaan, Maya mengaku sebagai mahasiswi yang sedang melakukan penelitian kesenian, khususnya profesi dalang wayang kulit. Saptadi sering bepergian ke desa lain untuk melakukan pekerjaan lain, yaitu sebagai dalang wayang kulit.
Donowongso membantai pemain wayang lain serta istrinya dengan golok yang sudah ia persiapkan sejak lama. Saptadi kemudian membunuh Donowongso dengan menyayat lehernya menggunakan golok yang sama.
 
Mereka kemudian menginap di rumah peninggalan orang tua Maya yang sangat besar. Saat malam, Maya sering mendengar suara bising tak berwujud yang membuatnya tak nyaman. Dalam kurun waktu dua hari, mereka menyaksikan hal yang tak wajar di desa itu. Setiap hari, warga memakamkan bayi yang meninggal setelah dilahirkan.
Maya akhirnya mendapati bayi yang dilahirkan itu selalu dalam keadaan tanpa kulit sehingga ditenggelamkan ke dalam baskom berisi air hingga tewas. Ratih langsung menutup mulut Maya yang panik dan membawa lari ke rumahnya. Maya bersembunyi di bawah meja makan. Dua orang mendatangi rumah itu. Mereka awalnya mencari Maya, tetapi kemudian berniat melecehkan Ratih. Ratih mengancam dengan menyayat pahanya dan menodongkan pisaunya ke orang itu, mengancam bunuh diri. Mereka langsung pergi.
 
Maya dan Dini memberanikan diri untuk mendatangi kerumunan warga tersebut dan bertemu langsung dengan Ki Saptadi. Ki Saptadi dan warga lain mulai curiga. Saat Maya keluar untuk mencari makan, Dini didatangi oleh dua orang warga suruhan Ki Saptadi dan bercerita kalau rumah tua ini punya pewaris tunggal, anak perempuan bernama Rahayu. Saat itu juga, Dini mengaku bahwa dirinya adalah Rahayu sang pewaris rumah tua ini. Dini kemudian dijebak dua orang itu dan dibawa ke hutan. Dini akhirnya dibawa ke tempat penyembelihan, di mana sudah ada Ki Saptadi dan Nyi Misni. Dini dibunuh lalu dikuliti oleh Nyi Misni untuk kemudian kulitnya dijadikan Wayang Kulit.
Maya menceritakan bahwa suami Ratih berusaha membunuhnya sebelum akhirnya ditembak mati di kepala oleh polisi. Orang di motor berbicara dengan banyak warga sebelum akhirnya ditembak mati.
 
Maya berusaha mencari informasi dari warga sekitar, salah satunya pada Ratih, wanita pemilik warung makan. Ia menjelaskan bahwa rumah tua itu dulunya dihuni oleh Pria bernama Donowongso, juragan sekaligus dalang yang melakukan perjanjian dengan iblis agar anaknya yang lahir tanpa kulit bisa sembuh. Sejak itu, seluruh bayi yang lahir di desa terlahir tanpa kulit. Namun ada seseorang yang dibiarkan hidup dengan kondisi mengenaskan tanpa kulit, dan saat ini hidup sebatang kara di sebuah pondok di tengah hutan. Donowongso yang menjadi gila kemudian membantai pemain wayang lain serta istrinya, Nyai Shinta dengan golok yang sudah ia persiapkan sejak lama. Ki Saptadi yang datang saat itu, kemudian membunuh Donowongso dengan menyayat lehernya menggunakan golok yang sama.
Salah seorang hantu anak perempuan memasuki tubuhnya dan sekelebat kilas balik ditampilkan.
 
Merasa putus asa dalam usahanya mencari sahabatnya, Maya akhirnya ikut menyaksikan proses persalinan salah satu warga dengan cara sembunyi sembunyi. Di balik lubang dinding, Maya menyaksikan bayi itu terlahir tanpa kulit. Bayi malang itu kemudian ditenggelamkan ke dalam baskom berisi air hingga tewas atas perintah Ki Saptadi.
Maya kemudian mengajak Ratih ke rumah tua itu dan menggali lantai tanah di rumah itu. Mereka mendapati tulang-belulang anak perempuan dan menggabungkannya bersama ketiga wayang kulit manusia itu ke dalam sebuah kotak, yang kemudian dikuburkan kembali.
 
Tanpa sengaja Maya menimbulkan suara yang membuatnya hampir tertangkap. Ratih langsung menutup mulut Maya yang panik dan membawanya bersembunyi ke rumahnya. Ternyata Ratih sudah tahu bahwa Maya adalah 'Anak Terkutuk' yang dicari-cari. Ratih meminta Maya tidak perlu takut padanya karena dia berbeda dengan 'mereka'. Menurutnya, membunuh Maya hanya akan memunculkan kutukan baru. Maya sangat terkejut saat mengetahui bahwa Ratih adalah istri pengemudi misterius yang terbunuh 3 bulan lalu. Saat mendengar warga mendekati rumah Ratih, Maya kemudian bersembunyi di bawah meja makan. Dari mereka, Maya mengetahui bahwa Dini telah tewas terbunuh dan kulitnya dijadikan wayang kulit. Mereka telah membunuh orang yang salah, itulah mengapa kutukan belum hilang dari desa itu. Naas, salah satu warga kemudian berupaya memperkosa Ratih. Ratih mengancam dengan menyayat pahanya dan menodongkan pisaunya, mengancam bunuh diri. Merekapun pergi meninggalkan rumah.
Sementara itu, Misni dan warga mendapati Maya berada di rumah itu, sehingga Ratih diminta melarikan diri. Maya mengancam mereka dengan sekop, tetapi seseorang memukul kepala Maya dari belakang, sehingga Maya akhirnya pingsan dan digantung terbalik di hutan. Ratih yang melarikan diri mendapati Maya sedang dihukum warga. Sementara Maya berteriak-teriak minta dibebaskan, Saptadi bersiap-siap membunuh Maya. Maya akhirnya mengakui dirinya adalah bayi pertama yang lahir tanpa kulit di desa itu. Misni yang panik dengan penjelasan Maya mulai mengancam membunuh Maya secepat mungkin. Saptadi yang tersadar dengan penjelasan Maya segera menghentikan upaya ibunya dan akhirnya bunuh diri dengan menyayat leher lewat pisau yang direbutnya dari ibunya. Tidak terima dengan anaknya yang tewas bunuh diri, Misni ikut melakukan tindakan serupa. Sementara itu, seorang wanita mendatangi kerumunan warga dan melaporkan anak yang dilahirkan wanita lainnya pada saat yang sama sehat, sehingga kutukan yang berlaku selama dua puluh tahun telah sirna. Ratih yang berada di situ meminta Maya melarikan diri dari desa itu dan Maya akhirnya menumpang truk ke kota.
 
Di tengah hutan saat berupaya kabur, Maya kemudian menghubungi penarik delman yang dulu mengantarkannya ke desa, membawa pertolongan. Maya kemudian meminta maaf kepada Ratih, dan menceritakan bahwa suami Ratih telah tewas ditembak polisi karena berusaha membunuhnya. Ratih yang shock kemudian meninggalkan Maya.
Setahun kemudian, sepasang suami-istri yang gembira dengan kelahiran mereka. Sang istri ingin kencing, tetapi bayinya malah diserang penampakan Nyi Misni hingga mengalami keguguran.
 
Setibanya di Desa, si penarik delman merasa ada yang tidak beres dengan gelagat polisi yang rupanya bersekongkol dengan warga desa untuk membunuh Maya. Ia pun berusaha Melawan, namun malah ditembak mati oleh si polisi (yang ternyata adalah warga asli desa tersebut yang juga memang sedang mengejar Maya). Maya yang putus asa takkan bisa keluar dari desa hidup-hidup karena tak ada lagi Ratih yang bisa membantunya, akhirnya berhasil meloloskan diri ke jalan raya.
 
Di sana, Maya ditolong seorang supir pick up, namun mengalami kecelakaan setelah supir diganggu salah satu hantu gadis kecil. Salah seorang hantu gadis kecil kemudian merasuki tubuh Maya dan memperlihatkan seluruh kejadian sebenarnya di masa lampau. Hantu gadis kecil kemudian memberitahu Maya cara mengakhiri kutukan tersebut.
 
Maya kemudian diselamatkan lagi oleh Ratih. Maya lalu mengajak Ratih kembali ke rumah tua milik Nyi Misnih, mencari kotak berisi wayang kulit dan masuk ke ruang bawah tanah tempat ketiga gadis kecil itu dulu dikuburkan. Saat menggali lantai tanah di rumah itu mereka mendapati tulang-belulang ketiga gadis kecil yang hilang. Maya dan Ratih kemudian menyatukan kerangka dan wayang kulit ketiga gadis kecil tersebut dan menguburkan mereka secara layak.
 
Sementara itu, Nyi Misni dan warga memergoki Maya dan Ratih bersembunyi di rumah orang tuanya. Terungkap bahwa Nyi Misni adalah seorang pembantu yang dinodai oleh Tuannya, yaitu Ayah Donowongso. Saat Saptadi lahir, Nyi Misni tetap menyembunyikan hal ini dari Tuannya. Saat beranjak dewasa, Ki Saptadi menjalin cinta dengan Nyai Shinta yang merupakan gadis tercantik di desa. Mereka berdua harus berpisah karena Nyai Shinta dipaksa untuk menikah dengan Donowongso.
 
Suatu hari Nyi Misni menyaksikan perbuatan terlarang antara Saptadi dan Nyai Shinta. Ia sangat murka saat mengetahui Nyai Shinta mengandung anak Saptadi. Nyi Misni kemudian menghapus ingatan Saptadi terhadap Nyai Shinta. Tak puas, ia pun memberi kutukan bayi di dalam kandungan Nyai Shinta agar segera lenyap sebelum lahir. Sayang... Maya, alias Rahayu yang merupakan buah cinta terlarang Nyai Shinta dan Ki Saptadi tetap lahir walau dalam kondisi tanpa kulit.
 
Nyi Misni jugalah yang bertanggung membuat Donowongso menggila sehingga membantai semua orang termasuk istrinya sendiri. Dia pula yang memberi jimat agar roh ketiga gadis kecil yang dibunuh tidak mendekati Maya (untuk mengungkap rahasia keji Nyi Misni) dan membawa Maya a.k.a Rahayu kecil keluar dari desa.
 
Maya yang Murka mengetahui semuanya, kemudian mengancam warga yang akan menangkapnya dengan sekop, tetapi seseorang memukul kepala Maya dari belakang, sehingga Maya akhirnya pingsan dan digantung terbalik di hutan pembantaian.
 
Maya berteriak memohon kepada Ki Saptadi untuk dibebaskan, Saat Saptadi bersiap-siap membunuh Maya, Maya akhirnya mengatakan bahwa dialah bayi pertama yang lahir tanpa kulit di desa itu.
 
Misni yang mulai panik dengan penjelasan Maya mulai mengambil sebuah pisau untuk membunuh Maya secepat mungkin. Ratih tiba-tiba muncul membawa bayi yang baru saja dilahirkan wanita lainnya dalam keadaan sehat.
 
Maya mengatakan, bahwa dialah darah daging Saptadi dan Nyai Shinta yang dikutuk oleh neneknya sendiri. Nyi Misni jugalah yang bertanggung jawab atas perbuatannya menghapus ingatan Saptadi tentang Nyai Shinta. Saptadi yang tersadar dengan semua ucapan Maya merasa sangat malu dengan dosa yang dilakukan Ibunya. Ia berusaha melindungi anaknya saat Nyi Misni mendekat untuk segera menghabisi Maya. Saptadi akhirnya bunuh diri dengan menyayat lehernya sendiri dengan pisau yang direbutnya dari ibunya.
 
Tak bisa menerima kenyataan anak semata wayangnya tewas, Misni ikut melakukan tindakan serupa.
 
Ratih berlari melepaskan ikatan Maya dan memintanya melarikan diri dari desa itu. Maya meyakinkan Ratih untuk ikut dengannya tapi Ratih menolak dan mengatakan 'di manapun sama saja buatku'. Seluruh warga bersuka cita atas musnahnya kutukan mengerikan tersebut. Maya, dengan menumpang truk sayur meninggalkan tanah jahanam tersebut.
 
Setahun kemudian, Sang Polisi (pembunuh si penarik delman) dan istrinya sedang menantikan kelahiran anak pertamanya. Istrinya yang sedang berada di kamar mandi kemudian melihat penampakan Nyi Misni di dalam cermin dan menjerit histeris. Saat si polisi datang, ia menyaksikan istrinya terduduk berlumuran darah, terus menjerit. Naas, bayi yang baru saja dilahirkannya dimakan hidup-hidup oleh Nyi Misni.
 
== Pemeran ==