Maria Walanda Maramis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Penambahan daftar referensi
Baris 26:
Maria lahir di Kema, sebuah desa kecil yang sekarang berada di kabupaten [[Minahasa Utara]], Kecamatan Kema (hasil pemekaran Kecamatan Kauditan) provinsi [[Sulawesi Utara]]. Orang tuanya adalah Andries Maramis dan Sarah Rotinsulu. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara di mana kakak perempuannya bernama Antje dan kakak laki-lakinya bernama [[Alexander Andries Maramis]] yang terlibat dalam pergolakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi menteri dan duta besar dalam pemerintahan Indonesia pada mulanya.
 
Maria menjadi yatim piatu pada saat ia berumur enam tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal dalam waktu yang singkat. Paman MaramisMaria yaitu Rotinsulu yang waktu itu adalah ''Hukum Besar'' di Maumbi membawa Maramis dan saudara-saudaranya ke Maumbi dan mengasuh dan membesarkan mereka di sana. MaramisDari kepindahan itu, ia juga bergaul dengan kaum terpelajar misalnya seorang pendeta bernama Ten Hoeve<ref name=":0">{{Cite book|title=Meneladani Keteladanan Kaum Wanita|last=Warsidi|first=E.|date=2007|publisher=Yudhistira Ghalia Indonesia|isbn=9789790191235|location=|pages=|url-status=live}}</ref>. Maria beserta kakak perempuannya dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi. Sekolah itu mengajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah. Ini adalah satu-satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maramis dan kakak perempuannya karena perempuan pada saat itu diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga.
 
== Dorongan Bumi Minahasa ==
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 terbagi banyakmenjadi klan8 kelompok etnis (walak)<ref>{{Cite book|url=https://fib.ui.ac.id/wp-content/uploads/sites/120/2019/06/Weg-tot-het-oosten-PSB.fix_.pdf#page=86|title=Weg Tot Het Oosten: Afscheidsbundel voor Kees Groeneboer|last=Suprihatin|first=C. T.|last2=Yusuf|first2=M.|date=2019|publisher=Program Studi Belanda Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia|isbn=978-602-9054-58-3|editor-last=Grave|editor-first=J.|location=Depok|pages=|url-status=live}}</ref> yang berada dalam proses ke arah satu unit geopolitik yang disebut [[Minahasa]] dalam suatu tatanan kolonial [[Hindia Belanda]]. Sejalan dengan hal ini [[Hindia Belanda]] mengadakan perubahan birokrasi dengan mengangkat pejabat-pejabat tradisional sebagai pegawai pemerintah yang bergaji dan di bawah kuasa seorang residen.<ref>David E.F.Henley, Nationalism and Regionalism in a Colonial Context: Minahasa in the Dutch East Indies, KITLV Press, 1996.</ref> Komersialisasi agraria melahirkan perkebunan-perkebunan kopi dan kemudian kopra membuat ekonomi ekspor berkembang pesat, penanaman modal mengalir deras, dan kota-kota lain tumbuh seperti [[Tondano]], [[Tomohon]], [[Kakaskasen]], [[Sonder]], [[Romboken]], [[Kawangkoan]], dan [[Langowan]].<ref>RZ.Leirissa, "Copracontracten: An Indication of Economic Development in Minahasa During the Colonial Period" dalam J.Th.Linbad (ed.), Historical Foundations of A National Economy in Indonesia 1890s-1990, Amsterdam, hal.265-277.</ref>
 
== PIKAT ==
Setelah pindah ke Manado, Maramis mulai menulis opini di surat kabar setempat yang bernama ''Tjahaja Siang''. Dalam artikel-artikelnya, ia menunjukkan pentingnya peranan ibu dalam keluarga di mana kewajiban ibu untuk mengasuh dan menjaga kesehatan anggota-anggota keluarganya. Ibu juga yang memberi pendidikan awal kepada anak-anaknya.
 
Menyadari wanita-wanita muda saat itu perlu dilengkapi dengan bekal untuk menjalani peranan mereka sebagai pengasuh keluarga, Maramis bersama beberapa orang lain mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada tanggal [[8 Juli]] [[1917]]. Tujuan organisasi ini adalah untuk mendidik kaum wanita yang tamat sekolah dasar<ref dalamname=":0" hal-hal rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, dan sebagainya/>.
 
Melalui kepemimpinan Maramis di dalam PIKAT, organisasi ini bertumbuh dengan dimulainya cabang-cabang di Minahasa, seperti di Maumbi, Tondano, dan Motoling. Cabang-cabang di Jawa juga terbentuk oleh ibu-ibu di sana seperti di [[Batavia]], [[Bogor]], [[Bandung]], [[Cimahi]], [[Magelang]], dan [[Surabaya]]. Pada tanggal [[2 Juni]] [[1918]], PIKAT membuka sekolah [[Manado]]. Di sekolah ini mereka diajari hal-hal rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, dan sebagainya<ref name=":0" />. Maramis terus aktif dalam PIKAT sampai pada kematiannya pada tanggal [[22 April]] [[1924]]. Di sekolah ini,
 
Untuk menghargai peranannya dalam pengembangan keadaan wanita di Indonesia, '''Maria Walanda Maramis''' mendapat gelar ''Pahlawan Pergerakan Nasional'' dari pemerintah Indonesia pada tanggal [[20 Mei]] [[1969]].
Baris 45:
== Kehidupan keluarga ==
[[Berkas:Maria Walanda Maramis 1999 Indonesia stamp.jpg|jmpl|Perangko Maria Walanda Maramis keluaran tahun 1999]]
Maramis menikah dengan Joseph Frederick CaselungCalusung Walanda, seorang guru bahasa pada tahun 1890. Setelah pernikahannya dengan Walanda, ia lebih dikenal sebagai '''Maria Walanda Maramis'''. Mereka mempunyai tiga anak perempuan. Dua anak mereka dikirim ke sekolah guru di Betawi ([[Jakarta]]). Salah satu anak mereka, Anna Matuli Walanda, kemudian menjadi guru dan ikut aktif dalam PIKAT bersama ibunya.
 
== Referensi ==