Heinrich IV, Kaisar Romawi Suci: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 37:
Heinrich berusaha menguasai kembali tanah-tanah pertuanan raja yang lepas selama masa perwaliannya. Ia menugaskan pejabat-pejabat rendahan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan barunya, sehingga membuat gerah [[Kadipaten Sachsen]] dan [[Kadipaten Thüringen]]. Heinrich berhasil mengamankan kerusuhan di Kadipaten Sachsen pada tahun 1069, dan memadamkan pemberontakan [[Otto dari Nordheim]], seorang menak Sachsen, pada tahun 1071. Pengangkatan orang-orang dari kalangan rakyat jelata menjadi pejabat tinggi membuat para menak Jerman kehilangan muka. Banyak yang mengundurkan diri dari majelis istana. Heinrich bersikeras menjalankan hak prerogatifnya untuk mengangkat [[uskup]] dan [[abbas|abas]], sekalipun para [[Reformasi Gregorian|rohaniwan reformis]] mengecam tindakan tersebut sebagai praktik [[simoni]] (lelang jabatan gerejawi). [[Paus Aleksander II]] menyalahkan para penasihat Heinrich sebagai dalang di balik kebijakan-kebijakan Heinrich, dan [[ekskomunikasi|mengekskomunikasi]] mereka pada awal tahun 1073. Konflik Heinrich dengan [[Takhta Suci]] dan para adipati Jerman membuat kedududukannya menjadi lemah, sehingga [[Pemberontakan Sachsen|orang Sachsen berani mengobarkan pemberontakan terbuka]] pada musim panas tahun 1074. Dengan memanfaatkan perselisihan antara rakyat jelata dan para menak di Sachsen, Heinrich berhasil memaksa kaum pemberontak untuk menyerah pada bulan Oktober 1075.
 
Heinrich menjalankan kebijakan politik aktif di Italia, sehingga membuat gerah [[Paus Gregorius VII]], pengganti Paus Aleksander II. Sri Paus mencoba menggertak dengan ancaman ekskomuniskasi atas kejahatan simoni, tetapi Heinrich malah membujuk sebagian besar uskup Jerman untuk mengeluarkan pernyataan pada tanggal 24 Januari 1076 bahwa Sri Paus tidak terpilih secara sah. Sri Paus membalas dengan mengekskomunikasi Heinrich dan membebaskan para [[pangeran Kekaisaran Romawi Suci]] dari sumpah setia mereka kepada Heinrich. Menak-menak Jerman yang memusuhi Heinrich meminta Sri Paus menggelar sidang gelar perkara Heinrich di Jerman. Demi mencegah terlaksananya sidang tersebut, Heinrich melakukan perjalanan dari Jerman sampai ke kota [[Canossa]] di Italia untuk menghadap Sri Paus. [[Perjalanan menuju Canossa]] yang ia tempuh sebagai laku silih itu tidaklah sia-sia. Sri Paus tidak punya pilihan selain mengampuninya pada bulan Januari 1077. Seteru-seteru Heinrich di Jerman mengabaikan kenyataan bahwa Heinrich sudah diampuni Sri Paus dan memilih [[Rudolf dari Rheinfelden]] menjadi [[antiraja|Raja Jerman tandingan]] pada tanggal 14 Maret 1077. Mulanya Sri Paus bersikap netral dalam konflik antara Heinrich dan Rudolf, sehingga Heinrich berkesempatan mengukuhkan kedudukannya. Heinrich melanjutkan kebijakan mengangkat sendiri pejabat-pejabat tinggi gerejawi, sehingga sekali lagi diekskomunikasi Sri Paus pada tanggal 7 Maret 1080. Sebagian besar uskup di Jerman dan kawasan utara Italia tetap setia kepada Heinrich. Mereka memilih Uskup Agung Ravenna menjadi paus tandingan dengan nama [[Antipaus Klemens III|Klemens III]]. Rudolf dari Rheinfelden gugur dalam pertempuran, dan penggantinya, [[Hermann dari Salm]], hanya berdaulat di daerahKadipaten Sachsen saja. Mulai tahun 1081, Heinrich melancarkan serangkaian kampanye militer ke Italia, dan dinobatkan menjadi Kaisar Romawi Suci oleh Antipaus Klemens III di Roma pada tanggal 1 April 1084.
 
Sesudah Hermann dari Salm mangkat, Heinrich menundukkan daerahKadipaten Sachsen dengan bantuan para menak setempat pada tahun 1088. Ia melancarkan invasi ke wilayah kekuasaan [[Matilde dari Toskana]], sekutu utama Sri Paus di Italia, pada tahun 1089. Mathilde berhasil meyakinkan putra tertua Heinrich, [[Konrad II dari Italia|Konrad II]], untuk memerangi ayahnya sendiri pada tahun 1093. Persekutuan Matilde dengan [[Welf I, Adipati Bayern]], menghalangi kepulangan Heinrich ke Jerman sampai Heinrich berdamai dengan Welf pada tahun 1096. Sepeninggal Antipaus Klemens III, Heinrich tidak mendukung pemilihan paus tandingan baru, tetapi juga tidak berdamai dengan [[Paus Paskalis II]]. Pada tahun 1103, Heinrich memberlakukan ''[[Landfrieden|Reichsfriede]]'' (kerukunan hidup bernegara) di seantero wilayah Jerman. Ia dipaksa turun takhta oleh putra bungsunya, yang juga bernama [[Heinrich V, Kaisar Romawi Suci|Heinrich]], pada tanggal 31 Desember 1105. Ketika berusaha merebut kembali singgasana dengan bantuan para menak Lothringen, Heinrich jatuh sakit dan akhirnya wafat sebelum hukuman ekskomunikasinya dicabut. Peran besarnya dalam [[Kontroversi Penobatan|Kontroversi Investitur]], perjalanannya menuju Canossa, serta konfliknya dengan putra-putra maupun istrinya membuat Heinrich dikenal sebagai tokoh dengan reputasi yang kontroversial. Di satu pihak ia dipandang tidak lebih dari seorang tiran, sementara di lain pihak ia dikagumi sebagai penguasa teladan, pengayom kaum papa.
 
== Latar belakang ==
Heinrich adalah kepala monarki ketiga dari [[Dinasti Sali|wangsa Sali]], wangsa yang menguasai singgasana [[Kerajaan Jerman]] dari tahun 1024 sampai tahun 1125.{{sfn|Schutz|2010|p=113}} Pada abad ke-11, raja-raja Jerman juga berdaulat atas [[Kerajaan Italia (Kekaisaran Romawi Suci)|Italia]] dan [[Kerajaan Arles|Burgundia]], serta berhak menyandang gelar Kaisar Romawi Suci. Wangsa Sali yakin bahwa hak menyandang gelar Kaisar Romawi Suci membuat mereka pantas menjadi pemimpin segenap umat Kristen dan mengendalikan proses pemilihan paus di Roma.{{sfn|Barber|2004|pp=197–198}} Roma sesungguhnya didominasi para menak lokal, [[Daftar Conte Tusculum|Tusculani]] dan [[Crescentii|Crescenzi]], yang bersaing mengunggulkan orang-orang mereka menjadi calon paus.{{sfn|Fuhrmann|2001|pp=43–44}} Perseteruan kedua trah ningrat tersebut menimbulkan skandal-skandal yang berpuncak pada kemunculan tiga orang paus yang menjabat bersamaan pada tahun 1045, yakni [[Paus Benediktus IX]], [[Paus Silvester III]], dan [[Paus Gregorius VI]].{{sfn|Fuhrmann|2001|p=44}}{{sfn|Blumenthal|2010|p=56}} Demi mengakhiri [[skisma]], ayah Heinrich, [[Heinrich III, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Heinrich III]], berangkat ke Italia melintasi [[Alpen|Pegunungan Alpen]] dan menggelar [[Konsili Sutri|sinode di Sutri]] pada tanggal 20 Desember 1046.{{sfn|Schutz|2010|p=113}} Sinode memutuskan untuk memecat ketiga paus petahana dan mengangkat [[prelatus]] asal Jerman, Suidger, Uskup Bamberg, menjadi [[Paus Klemens II]].{{sfn|Blumenthal|2010|p=57}}
 
Kaisar Heinrich III sangat mengedepankan matra keimaman jabatan raja, merujuk kepada amalan mengurapi raja dengan minyak suci ketika dinobatkan, sama seperti para imam ketika ditahbiskan.{{sfn|Fuhrmann|2001|p=39}} Sebagai orang yang taat beragama, Kaisar Heinrich III memandang dirinya sebagai "[[Vikar Kristus|Wakil Kristus]]", insan yang diberi amanah untuk mewujudkan kemaslahatan negara maupun Gereja.{{sfn|Blumenthal|2010|p=49}} Warga Roma memberinya gelar ''[[patricius (Eropa pasca-Romawi)|Patricius]]'' (bangsawan) sebagai tanda pengakuan bahwa ia dan keturunannya berhak menjadi pemberi suara pertama dalam proses pemilihan paus.{{sfn|Schutz|2010|p=128}} Gelar baru ini memungkinkannya untuk memuluskan jalan bagi kaum rohaniwan Jerman menuju takhta kepausan.{{sfn|Fuhrmann|2001|p=45}} [[Paus Leo IX|Paus Leo IX]], paus ketiga yang berkebangsaan Jerman, berasal dari [[Lorraine|Lothringen]], provinsipraja yang menjadi basis utama para rohaniwan reformis. Kaum rohaniwan reformis bercita-cita memurnikan Gereja melalui penerapan kembali [[hukum kanon Gereja Katolik|hukum-hukum kanon]] kuno (atau yang diyakini kuno), dan Paus Leo IX dengan antusias mengusung gagasan-gagasan mereka di Roma. Ia melarang praktik simoni (lelang jabatan gerejawi) dan menganjurkan [[Selibat klerikal (Gereja Katolik)|amalan selibat bagi rohaniwan]].{{sfn|Blumenthal|2010|pp=64–65, 70–74}} Campur tangan kaisar dalam hal-ihwal gerejawi pada akhirnya tidak dapat dirukunkan dengan pendirian kelompok reformis mengenai "kemerdekaan Gereja" yang menghendaki lembaga-lembaga gerejawi hanya tunduk kepada Takhta Suci. Konflik antara kedua pendirian ini memuncak pada masa pemerintahan Heinrich IV, dan berkembang menjadi konfrontasi yang dikenal dengan sebutan "[[kontroversi Penobatan|Kontroversi Investitur]]".{{sfn|Barber|2004|pp=87–91}}
 
Baik Jerman, Italia, maupun Burgundia terdiri atas provinsipraja-provinsipraja semimerdeka yang masing-masing dikepalai seorang prelatus atau seorang menak nonrohaniwan.{{sfn|Robinson|2003|p=2}} Para prelatus (uskup atau abas) bukan hanya sekadar pemilik tanah yang kaya raya, mereka juga berperan besar dalam penyelenggaraan negara. Setahun sekali mereka wajib mempersembahkan hadiah kepada raja, dan secara berkala melaksanakan karya-karya bakti tertentu bagi kepentingan raja, antara lain memungut pajak dan menyalurkan santunan.{{sfn|Blumenthal|2010|p=36}} Para adipati adalah menak-menak nonrohaniwan yang paling berkuasa di Jerman. Mereka adalah panglima-panglima militer, tetapi juga bertanggung jawab menegakkan keadilan.{{sfn|Robinson|2003|pp=2–3}} Raja kadang-kadang merangkap jabatan adipati atau mengusahakan agar jabatan adipati dipegang para sentana, tetapi cepat atau lambat mereka harus mengisi jabatan-jabatan adipati yang lowong, karena daulat raja bergantung kepada dukungan menak-menak terkuat.{{sfn|Fuhrmann|2001|p=41}}
 
Menjelang akhir hayatnya, Kaisar Heinrich III berselisih dengan adipati-adipati yang berpengaruh. Tanpa seizin kaisar, [[Gottfried III, Adipati Lothringen|Gottfried Si Berewok]], [[Kadipaten Lorraine|Adipati Lothringen Hulu]], nekat memperistri [[Beatrix dari Lothringen|Beatrix dari Toskana]], seorang janda kaya. Kaisar Heinrich III juga membuat geram Adipati Sachsen, [[Bernhard II, Adipati Sachsen|Berhard II]], dengan mendukung seteru utama sang adipati, [[Adalbert dari Hamburg|Adalbert]], [[Keuskupan Agung Hamburg|Uskup Agung Hamburg]], menyerobot beberapa daerah di Kadipaten Sachsen.{{sfn|Fuhrmann|2001|pp=41–42}} Raja-raja wangsa Sali, yang mewarisi daerah-daerah pertuanan di Sachsen dari pendahulu mereka, [[Wangsa Ottonian|wangsa Otto]], kerap berkunjung ke Sachsen. Kunjungan-kunjungan yang berkepanjangan tersebut membuat gerah para menak Sachsen karena mereka menjadi lebih rentan digerecoki pemerintah pusat daripada para menak di daerahpraja-praja lain. Ketidaksukaan para menak Sachsen terhadap penguasa dari wangsa Sali meletuskan beberapa kali pemberontakan pada masa pemerintahan Heinrich IV.{{sfn|Leyser|1982|p=94}}
 
Negara-negara tetangga Kekaisaran Romawi Suci juga tidak kurang menimbulkan masalah. Kaisar Heinrich III melancarkan ekspedisi-ekspedisi penghukuman ke [[Kadipaten Bohemia]] dengan tujuan memaksa si adipati pembangkang, [[Bretislav I dari Bohemia|Bretislav I]], untuk bersumpah setia kepadanya. [[Péter dari Hongaria|Péter, Raja Hongaria]], yang naik takhta dengan bantuan Kaisar Heinrich III, juga bersumpah setia kepadanya, tetapi dimakzulkan pada tahun 1046. Kaisar Heinrich III menginvasi Hongaria, tetapi tidak berhasil menundukkan pengganti Péter, [[András I dari Hongaria|András I]].{{sfn|Hill|2020|pp=85, 94}}{{sfn|Schutz|2010|pp=125–126}} András mengangkat adiknya, [[Béla IV dari Hongaria|Béla]], menjadi calon penggantinya. Konflik-konflik antara András dan Béla, maupun antara putra-putra mereka, memuncak pada dasawarsa pertama masa pemerintahan Heinrich IV, dan memancing Jerman untuk memerangi Hongaria.{{sfn|Zupka|2016|pp=73–74}} Kaisar Heinrich III memperluas wilayah kekuasaannya dengan mendaulat negara-negara di kawasan selatan Italia, termasuk dua [[Wilayah (pembagian administratif)|praja kabupaten]] [[Orang Norman Italia|bangsa Norman]], [[Daftar conte Aversa|Aversa]] dan [[Kadipaten Puglia dan Calabria|Apulia]], pada tahun 1047.{{sfn|Schutz|2010|p=129}} Meskipun demikian, ketidakhadirannya di kawasan itu membatasi keberdayaannya meredam sepak terjang para petualang Norman, sehingga ia memutuskan untuk mewakilkan kepentingan-kepentingannya di kawasan selatan Italia kepada Sri Paus.{{sfn|Robinson|2003|pp=39–40}}
Baris 70:
Sekelompok menak Sachsen berkomplot untuk menjatuhkan Heinrich. Mereka khawatir, jika sudah cukup umur untuk memerintah sendiri, Heinrich akan melanjutkan kebijakan-kebijakan opresif mendiang ayahnya. Mereka membujuk [[Otto, Markgraf Nordmark|Otto dari Nordmark]], yang baru saja pulang dari pengasingan, untuk melancarkan kudeta. Dua orang kerabat Heinrich, [[Bruno II]] dan [[Egbert I, Markgraf Meissen|Egbert I dari Braunschweig]], menyerbu para anggota komplotan makar. Meskipun berhasil menewaskan Otto, Bruno terluka parah dalam aksi penyerbuan.{{sfn|Robinson|2003|p=63}}
 
Pada tahun 1057, Agnes mengangkat seorang menak kaya, Rudolf dari Rheinfelden, menjadi [[Adipati Schwaben]], dan mempercayakan pemerintahan Burgundia kepadanya.{{sfn|Fuhrmann|2001|p=57}}{{sfn|Vollrath|1995|p=52}}{{sfn|Robinson|2003|pp=33–34}} Gottfried Si Berewok mengambil alih pemerintahan daerahpraja [[Kadipaten Spoleto|Spoleto]] dan [[Marca Fermo|Kabupaten Fermo]], mungkin sekali atas dasar anugerah dari kepala negara Kekaisaran Romawi Suci.{{sfn|Robinson|2003|p=32}} Selentingan-selentingan tentang niat Gottfried untuk merebut takhta kekaisaran dengan bantuan Paus Stefanus IX tersiar di Italia, tetapi Sri Paus wafat tanpa diduga-duga pada tanggal 29 Maret 1058.{{sfn|Robinson|2003|p=33}}
 
Para menak Roma mendudukkan salah seorang dari antara mereka, [[Antipaus Benediktus X|Giovanni, Kardinal-Uskup Velletri]], di atas takhta kepausan tanpa berembuk terlebih dahulu dengan wakil-wakil Heinrich. Giovanni memutuskan menggunakan nama Benediktus X sebagai paus baru, tetapi [[Petrus Damianus]], [[Keuskupan Suburbikaris Ostia|Kardinal-Uskup Ostia]], menolak melantiknya, sementara sudah menjadi adat bahwa pelantikan paus baru merupakan kewenangan istimewa Uskup Ostia. Para kardinal bersidang di Firenze, tempat Paus Stefanus IX tutup usia, untuk membicarakan pemilihan pengganti mendiang Sri Paus. Mereka berencana memilih Uskup Firenze, [[Paus Nikolas II|Gerard]], menjadi paus baru, dan mengirim utusan ke Jerman untuk mengabarkan rencana mereka kepada Heinrich.{{sfn|Blumenthal|2010|pp=85–86}}{{sfn|Fuhrmann|2001|pp=52–53}} "Sesudah bermufakat dengan para [[pangeran Kekaisaran Romawi Suci|pangeran]]", Heinrich mengesahkan keterpilihan Gerard pada tanggal 7 Juni di [[Augsburg]].{{sfn|Robinson|2003|p=37}} Raja Hongaria, Andras I, juga mengirim perutusan ke Jerman pada bulan September 1058.{{sfn|Zupka|2016|p=73}} Andras ingin mengangkat [[Salomon, Raja Hongaria|Salomon]], putranya yang baru berumur lima tahun, menjadi putra mahkota, dan dengan demikian mengabaikan klaim adiknya untuk menjadi calon penggantinya.{{sfn|Zupka|2016|p=73}} Utusan-utusan Hongaria dan wakil-wakil Heinrich berhasil mencapai kata sepakat, dan kakak Heinrich, [[Judith dari Schwaben|Judith]], dipertunangkan dengan Salomon.{{sfn|Robinson|2003|p=37}}{{sfn|Zupka|2016|p=73}}