Pandangan agama tentang masturbasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 5 books for Wikipedia:Pemastian (20210209)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot
Baris 22:
Berbicara tentang kaum [[Gnostik]] Mesir terkait pengalaman dia sebelumnya dengan mereka, [[Epifanius dari Salamis]] (310/320 – 403), seorang [[Doktor Gereja]] dan Bapa Gereja Bizantin, menyatakan dalam ''[[Panarion]]'' atau ''Tabut Obat-obatan'' karyanya:
<blockquote>Mereka melakukan tindakan-tindakan genital, tetapi menghindari perkandungan anak-anak. Bukan untuk menghasilkan keturunan, tetapi untuk memuaskan nafsu, mereka asyik dengan penyalahgunaan.<ref name="Noonan"/></blockquote>
[[John T. Noonan Jr.]] mengatakan bahwa kaum Gnostik yang dideskripsikan oleh Epifanius mempraktikkan "tindakan-tindakan seksual non prokreatif" sebagai pusat dalam ritus-ritus keagamaan mereka. Epifanius menyebut praktik-praktik tersebut, yang meliputi coitus interruptus, masturbasi, dan tindakan homoseksual, sebagai "ritus-ritus dan upacara-upacara iblis".<ref name="Noonan">{{en}} {{cite book|last1=Noonan, Jr.|first1=John T.|title=Contraception: A History of Its Treatment by the Catholic Theologians and Canonists|date=2012|publisher=Harvard University Press|isbn=0674070267|pages=95–98|edition=Enlarged}}</ref> [[Shenoute]] (348-466), tokoh Bizantin lainnya yang dipandang sebagai seorang santo dalam [[Gereja Ortodoks Oriental]], memandang masturbasi sebagai suatu pelanggaran seksual<ref>{{en}} {{cite book|last1=Schroeder|first1=Caroline T.|title=Monastic Bodies: Discipline and Salvation in Shenoute of Atripe|date=2013|publisher=University of Pennsylvania Press|isbn=0812203380|page=36}}</ref> dan suatu "aktivitas seksual terlarang yang sesungguhnya".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Krawiec|first1=Rebecca|title=Shenoute and the Women of the White Monastery: Egyptian Monasticism in Late Antiquity|url=https://archive.org/details/shenoutewomenwhi00kraw|date=2002|publisher=Oxford University Press|isbn=0198029616|pages=[https://archive.org/details/shenoutewomenwhi00kraw/page/n38 26],189}}</ref>
 
Para akademisi seperti Robert Baker dan Simon Lienyueh Wei meyakini bahwa [[Agustinus dari Hippo]] (354–430), seorang Doktor Gereja dan Bapa Gereja Latin, memandang masturbasi sebagai suatu dosa.<ref>{{en}} {{cite book|last1=Baker|first1=Robert|editor1-last=Shelp|editor1-first=Earl E.|title=Sexuality and Medicine: Volume II: Ethical Viewpoints in Transition|date=2012|publisher=Springer Science & Business Media|isbn=940153943X|page=101|chapter=The Clinician as Sexual Philosopher}}</ref><ref name="Sauer"/><ref name="Cain"/> Akademisi lainnya, Merry E. Wiesner-Hanks dan Carly Daniel-Hughes, mengatakan bahwa Agustinus mengutuk semua aktivitas seksual yang bertentangan dengan prokreasi termasuk tindakan seksual dan masturbasi—atau "kenikmatan soliter".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Wiesner-Hanks|first1=Merry E.|title=Gender in History: Global Perspectives|date=2011|publisher=John Wiley & Sons|isbn=1444351729|page=123|edition=2}}</ref><ref name="Carly">{{en}} {{cite book|last1=Daniel-Hughes|first1=Carly|editor1-last=Boisvert|editor1-first=Donald L.|editor2-last=Johnson|editor2-first=Jay Emerson|title=Queer Religion, Volume 1|date=2012|publisher=ABC-CLIO|isbn=0313353581|pages=104, 111|chapter=Same-Sex Desire in Early Christianity}}</ref> Carly mengatakan bahwa Agustinus juga memandang "masturbasi bersama" sebagai "persetubuhan yang tidak alamiah" berdasarkan Roma 1.<ref name="Carly"/> [[Isidorus dari Sevilla]], Doktor Gereja dan Bapa Gereja Latin lainnya, memandang masturbasi sebagai suatu perilaku "banci",<ref>{{en}} {{cite book|author1=Saint Isidore of Seville|editor1-last=Sharpe|editor1-first=William D.|title=Isidore of Seville: The Medical Writings|publisher=American Philosophical Society|page=33|edition=1964}}</ref><ref name="Salisbury">{{en}} {{cite book|last1=Salisbury|first1=Joyce E.|title=Church Fathers, Independent Virgins|date=1992|publisher=Verso|isbn=0860915964|page=22}}</ref> kendati para penulis penitensial awal tampaknya tidak sepenuhnya setuju dengan dia.<ref>{{en}} {{cite book|author1=Vern L. Bullough|title=Viator, Volume 4|date=1973|publisher=University of California Press|isbn=0520023927|page=496|chapter=Medieval Medical and Scientific Views of Women}}</ref> Dalam ''[[Etymologiae]]'' karyanya ({{c.}} 600–625), Isidorus berpendapat bahwa melalui masturbasi seseorang mempermalukan "energi seksnya dengan tubuhnya yang lemah".<ref name="Salisbury"/>
Baris 32:
Bagaimanapun, Brundage menulis dalam bukunya bahwa Kasianus memandang "masturbasi dan kecemaran nokturnal sebagai isu-isu sentral dalam moralitas seksual dan mencurahkan banyak perhatian pada kedua hal itu". Kasianus memandang "[[mimpi basah|emisi nokturnal]]" sebagai suatu masalah yang sangat penting karena merupakan suatu indikasi adanya "[[hawa nafsu|nafsu]] badani" dan, apabila seorang [[rahib]] masih belum berhasil mengatasinya, "kehidupan rohaninya dan keselamatannya mungkin berada dalam bahaya".<ref name="Brundage2009_p109"/> Dalam ''Conlationes'', Kasianus menggunakan kata "kenajisan" (''immunditia'', sebagaimana tertulis dalam Kolose 3:5) sebagai suatu istilah yang setara untuk menyebut masturbasi maupun emisi nokturnal, dengan tegas memandang masturbasi sebagai suatu bentuk "pelampiasan seksual" yang tidak dapat diterima.<ref>{{en}} {{cite book|last1=Stewart|first1=Columba|author-link=Columba Stewart|title=Cassian the Monk|date=1998|publisher=Oxford University Press|isbn=0195354354|pages=67,185}}</ref> Dalam ''De institutis coenobiorum'', ia memberikan penekanan khusus pada "dosa percabulan, yang mencakup masturbasi dan berfantasi seksual".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Berry|first1=Christopher J.|title=The Idea of Luxury: A Conceptual and Historical Investigation|date=1994|publisher=Cambridge University Press|isbn=0521466911|page=97}}</ref> Brundage melihat Sesarius menganut pandangan yang sama seperti Kasianus. Dalam ''Khotbah-Khotbah'' karyanya, Sesarius memandang "setiap kerinduan seksual, untuk mengatakan tidak pada stimulasi diri yang disengaja, suatu dosa yang serius dan menempatkannya setara dengan perzinaan ataupun pengumbaran yang berlebihan dalam hubungan seks oleh pasangan suami-istri".<ref name="Brundage2009_p109"/> Menurut Simon Lienyueh Wei, sebagaimana dikutip oleh beberapa akademisi, Yohanes Kasianus dan Agustinus dari Hippo berpendapat bahwa adalah dosa apabila emisi tersebut merupakan akibat dari "suatu pengalaman ataupun pembangkitan kenangan menyenangkan yang penuh nafsu"; apabila di luar hal-hal itu maka dipandang sebagai "suatu fungsi jasmaniah".<ref name="Sauer"/><ref name="Cain">{{en}} {{cite book|last1=Cain|first1=Andrew|title=The Greek Historia Monachorum in Aegypto: Monastic Hagiography in the Late Fourth Century|date=2016|publisher=Oxford University Press|isbn=0191075809|page=257}}</ref>
 
Mark W. Elliott mengatakan bahwa [[Paus Gregorius I]] ({{c.}} 540 – 604)—umumnya dikenal sebagai Gregorius Agung, seorang Doktor Gereja dan Bapa Gereja Latin—memandang Imamat 15, yang membahas kecemaran ritual, menyajikan "aturan-aturan bagi ''semua'' di dalam komunitas gereja dengan menghubungkan emisi dengan yang berasal dari hubungan seksual, bukannya interpretasi terdahulu 'emisi nokturnal' monastik. ... Ia, bagaimanapun, menetapkan bahwa emisi-emisi ''nokturnal''—apabila disebabkan karena sakit ataupun luapan secara alamiah—tidak menjadi soal bagi kekudusan, tetapi merupakan persoalan jikalau terdapat persetujuan (yaitu masturbasi)."<ref>{{en}} {{cite book|last1=Elliott|first1=Mark W.|year=2012|chapter=Leviticus 15|chapterurl=https://books.google.com/books?id=_ARNAwAAQBAJ&pg=PA148&dq=leviticus+masturbation+gregory&hl=nl&sa=X&ei=18CLVbyuIYSCzAO46IqACg&ved=0CCgQ6AEwAQ#v=onepage&q=leviticus%20masturbation%20gregory&f=false|title=Engaging Leviticus: Reading Leviticus Theologically with Its Past Interpreters|location=Eugene, OR|publisher=Cascade Books, Wipf and Stock Publishers|page=148|isbn=9781610974110|oclc=773015476}}</ref> Dengan menyejajarkan menstruasi pada kaum wanita dengan "hilangnya [[Semen (reproduksi)|semen]] tanpa kesengajaan", Gregorius menyatakan bahwa "luapan secara alamiah" tidak menghalangi kaum awam dan klerus untuk berpartisipasi dalam [[Ekaristi]].<ref>{{en}} {{cite book|last1=McCracken|first1=Peggy|title=The Curse of Eve, the Wound of the Hero: Blood, Gender, and Medieval Literature|url=https://archive.org/details/curseofevewoundo0000mccr|date=2003|publisher=University of Pennsylvania Press|isbn=0812237137|page=[https://archive.org/details/curseofevewoundo0000mccr/page/3 3]}}</ref>
 
Kanon 8 [[Sinode Victory]] dari abad ke-6 memberlakukan [[penitensi|silih]] pada orang "yang [berhubungan] di antara paha-pahanya, [tiga] tahun. Namun, jika dengan tangannya sendiri atau tangan orang lain, dua tahun."<ref name="Crompton">{{en}} {{cite book|last1=Crompton|first1=Louis|title=Homosexuality and Civilization|url=https://archive.org/details/homosexualityciv00crom|date=2003|publisher=Harvard University Press|isbn=0674030060|page=[https://archive.org/details/homosexualityciv00crom/page/155 155]}}</ref> Tindakan-tindakan itu mengacu pada "masturbasi bersama" dan "percabulan femoralis".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Damian|first1=Peter|title=Book of Gomorrah|date=2010|publisher=Wilfrid Laurier University Press|isbn=1554586631|page=29|others=Translated with an Introduction and Notes by Pierre J. Payer}}</ref> Perangkat aturan tertua lainnya yang juga menetapkan [[penitensi]] atau silih untuk masturbasi yaitu ''Petikan-petikan dari Kitab [[Santo David|St. David]]''<ref name="Denton">{{en}} {{cite book|last1=Denton|first1=Chad|title=The War on Sex: Western Repression from the Torah to Victoria|date=2014|publisher=McFarland|isbn=0786495049|pages=97–99}}</ref> dan Kanon-Kanon dari [[Yohanes IV dari Konstantinopel|Yohanes IV]].<ref>{{en}} {{cite book|editor1-last=Balmain|editor1-first=Colette|editor2-last=Drawmer|editor2-first=Lois|title=Something Wicked this Way Comes: Essays on Evil and Human Wickedness|date=2009|publisher=Rodopi|isbn=9042025506|pages=155, 160}}</ref><ref>{{en}} {{cite book|last1=Morris|first1=Stephen|title=When Brothers Dwell in Unity: Byzantine Christianity and Homosexuality|date=2015|publisher=McFarland|isbn=0786495170|pages=79–80, 93}}</ref> Setelah itu, banyak [[penitensial]] awal, seperti Penitensial [[Finnian dari Clonard|Finnian]], Penitensial [[Kolumbanus]], [[Penitensial Cummean]], ''[[Paenitentiale Theodori]]'', ''[[Paenitentiale Bedae]]'', dan kedua "sinode Santo Patrisius", memberlakukan penitensi-penitensi dengan kadar berat yang beragam untuk perbuatan masturbasi (sendiri ataupun bersama orang lain) pada kaum monastik maupun kaum awam.<ref name="Thatcher"/>{{rp|299}}<ref name="Sauer">{{en}} {{cite book|last1=Sauer|first1=Michelle M.|title=Gender in Medieval Culture|date=2015|publisher=Bloomsbury Publishing|isbn=1441121609|pages=76–78}}</ref><ref name="Crompton"/><ref name="Denton"/><ref>{{en}} {{cite book|last1=Frantzen|first1=Allen J.|author-link=Allen Frantzen|title=Before the Closet: Same-Sex Love from "Beowulf" to "Angels in America"|date=2000|publisher=University of Chicago Press|isbn=0226260925|pages=150, 157–158}}</ref><ref>{{en}} {{cite journal|last1=Bitel|first1=Lisa|title=Sex, Sin, and Celibacy in Early Christian Ireland|journal=Proceedings of the Harvard Celtic Colloquium|date=1987|volume=7|page=65|publisher=Department of Celtic Languages & Literatures, Harvard University}}</ref>
 
==== Ortodoksi Timur ====
Baris 69:
Menurut ajaran Gereja, penggunaan secara sengaja kemampuan seksual di luar pernikahan adalah berlawanan dengan tujuan utama prokreasi ([[reproduksi]]) serta penyatuan suami dan istri di dalam [[Sakramen Perkawinan (Gereja Katolik)|Sakramen Perkawinan]].<ref>{{en}} {{cite web|title=Casti Connubii|url=http://www.vatican.va/holy_father/pius_xi/encyclicals/documents/hf_p-xi_enc_31121930_casti-connubii_en.html|author=[[Pope Pius XI]]|date=1930-12-31|accessdate=2009-07-23}}</ref> Selain itu, Gereja mengajarkan bahwa semua aktivitas seksual lainnya—termasuk masturbasi, [[Gereja Katolik Roma dan homoseksualitas|tindakan homoseksual]], sodomi, segala jenis seks di luar ataupun sebelum perkawinan ([[fornikasi|percabulan]]), dan penggunaan segala bentuk [[Pandangan Kristen tentang kontrasepsi|kontrasepsi]] atau [[Agama dan pengaturan kelahiran|pengaturan kelahiran]]—adalah sedemikian bertentangan dengan keteraturan,<ref name="Cardinal2005"/> karena hal-hal demikian tidak sesuai dengan [[tatanan alam (filsafat)|tatanan alam]], tujuan, dan akhir dari seksualitas.<ref>{{en}} {{cite web|title=Humanæ Vitæ|author=[[Pope Paul VI]]|date=1968-07-25|url=http://www.vatican.va/holy_father/paul_vi/encyclicals/documents/hf_p-vi_enc_25071968_humanae-vitae_en.html|accessdate=2009-07-23}}</ref> Untuk menyusun suatu penilaian yang seimbang terkait tanggung jawab moral orang yang melakukannya dan untuk melakukan bimbingan pastoral, perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti emosi yang belum dewasa, kekuatan dari kebiasaan masa lalu, kondisi kecemasan atau juga faktor-faktor psikis maupun sosial lain, yang dapat mengurangi tanggung jawab moril bahkan ke tingkatan paling minim.<ref>{{en}} {{cite web|title=Catechism of the Catholic Church|editor=[[Vatican Publishing House|Libreria Editrice Vaticana]]|accessdate=2009-07-23|work=2352|url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p3s2c2a6.htm#2352}}</ref>
 
Menurut Richard A. Spinello, [[Paus Yohanes Paulus II]] tidak mengatakan bahwa masturbasi adalah selalu amoral karena "tindakan fisik itu sendiri adalah salah dan berlawanan dengan keteraturan". Ia tidak melihat tindakan fisik sebagai satu-satunya dasar untuk penilaian moral. Dalam ensiklik ''[[Veritatis splendor]]'', Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa "moralitas tindakan manusia" dinilai dengan mempertimbangkan apa yang dipilih seseorang secara rasional berdasarkan "kehendak yang disengaja", dan berdasarkan tujuan yang mengiringinya. Dalam ensikliknya, ia menulis: "Agar dapat memahami objek suatu tindakan yang mengidentifikasi tindakan itu secara moril, perlulah menempatkan diri sendiri dalam perspektif orang yang melakukannya."<ref>{{en}} {{cite book|last1=Spinello|first1=Richard A.|title=The Genius of John Paul II: The Great Pope's Moral Wisdom|date=2006|publisher=Sheed & Ward|isbn=1461635403|pages=194–195}}</ref> Masturbasi belum tentu mendatangkan dosa yang serius, atau [[dosa berat]], tetapi tidak dapat dikatakan bahwa masturbasi bukanlah "materi serius" ataupun "sama sekali salah".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Lawler|first1=Ronald David|last2=Boyle|first2=Joseph M.|last3=May|first3=William E.|author3-link=William E. May|title=Catholic Sexual Ethics: A Summary, Explanation & Defense|url=https://archive.org/details/catholicsexualet00lawl|date=1998|publisher=Our Sunday Visitor Publishing|isbn=0879739525|pages=182–184[https://archive.org/details/catholicsexualet00lawl/page/182 182]–184}}</ref> Joseph Farraher berkesimpulan bahwa masturbasi mendatangkan [[dosa ringan]] dalam kasus "tindakan itu dilakukan dengan hanya kesadaran parsial atau hanya pilihan parsial kehendak", atau, dalam kata-kata [[John F. Harvey|Harvey]], "tidak ada dosa yang serius ... saat tidak dalam keadaan sadar, seperti ketika seseorang setengah terjaga, atau setengah tertidur, atau juga ketika seseorang hanyut dalam hasrat tiba-tiba dan mendapati dirinya melakukan perbuatan itu meski kehendaknya melawan".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Genovesi|first1=Vincent J.|title=In Pursuit of Love: Catholic Morality and Human Sexuality|date=1996|publisher=Liturgical Press|isbn=0814655904|pages=322–323}}</ref>
 
Dalam upayanya menjelaskan ''[[Teologi Tubuh]]'' dari Paus Yohanes Paulus II, Anthony Percy menuliskan dalam bukunya bahwa "[[Pandangan agama tentang pornografi|pornografi]] dan masturbasi merupakan penghancuran makna simbolis dan [[perkawinan|nupsial]] dari tubuh manusia. ... Allah memberikan energi erotis kepada semua laki-laki dan perempuan. Kita menyebutnya gairah seks. Hal ini baik serta merupakan bagian dari daya tarik antara laki-laki dan perempuan, yang dengan sendirinya membentuk bagian dari makna nupsial tubuh. Oleh karenanya, energi seksual perlu menemukan penyalurannya dalam [[kasih (kebajikan)|kasih]], bukan [[hawa nafsu|nafsu]]. ... Dalam masturbasi, energi erotis itu dihidupkan pada diri sendiri. ... Dengan demikian, masturbasi merupakan suatu simbol kesendirian, bukan kasih."<ref>{{en}} {{cite book|last1=Percy|first1=Anthony|title=Theology of the Body Made Simple: An Introduction to John Paul II's 'Gospel of the Body'|date=2005|publisher=Gracewing Publishing|isbn=0852446683|pages=63–64}}</ref> Jeffrey Tranzillo menambahkan dengan penjelasannya: "Setiap kali laki-laki dan perempuan memanfaatkan tubuhnya untuk menyimulasikan kasih ataupun autentisitas untuk alasan-alasan yang akhirnya melayani diri sendiri dan karenanya merusak diri sendiri maupun orang lain, mereka memalsukan bahasa tubuh yang diciptakan untuk berbicara. Itulah yang mendasari dosa perzinaan." Ia mengatakan bahwa "penyalahgunaan tubuh semacam itu juga mendasari dosa-dosa seksual lain seperti kontrasepsi, masturbasi, percabulan, dan tindakan-tindakan homoseksual".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Tranzillo|first1=Jeffrey|title=John Paul II on the Vulnerable|date=2013|publisher=The Catholic University of America Press|isbn=0813220114|page=169}}</ref>
Baris 76:
Menurut [[Brian F. Linnane]], "sampai abad ke-20, norma-norma moral yang sesungguhnya dalam hal perilaku seksual adalah sama bagi kalangan [[Protestan]] maupun Katolik Roma, kendati justifikasi atas norma-norma ini mungkin, ..., cukup berbeda. ... Bagi kedua kelompok tersebut, ungkapan seksual terbatas pada perkawinan seumur hidup, monogami, heteroseksual. Seks pranikah, perzinaan, hubungan homoseksual, masturbasi, dan penggunaan alat pengendalian kelahiran, semuanya dilarang oleh gereja-gereja Kristen".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Linnane|first1=Brian F.|editor1-last=Espín|editor1-first=Orlando O.|editor2-last=Nickoloff|editor2-first=James B.|title=An Introductory Dictionary of Theology and Religious Studies|date=2007|publisher=Liturgical Press|isbn=0814658563|page=419|chapter=Sexual Ethics}}</ref> Adrian Thatcher mengatakan bahwa kalangan Protestan secara historis memandang masturbasi sebagai suatu dosa, walaupun mereka "merujuk langsung pada Alkitab bilamana memungkinkan".<ref name=Thatcher_GSG/>
 
Para reformis Protestan seperti [[Martin Luther]] dan [[Yohanes Calvin]] mengutuk masturbasi dalam karya-karya tulis mereka.<ref>{{en}} {{cite book|editor1-last=Clement|editor1-first=Priscilla Ferguson|editor2-last=Reinier|editor2-first=Jacqueline S.|title=Boyhood in America: A - K., Volume 1|date=2001|publisher=ABC-CLIO|isbn=1576072150|page=431}}</ref> Dengan mengacu pada pelanggaran [[Onan]] untuk mengidentifikasi bahwa masturbasi adalah dosa, dalam ''Komentar tentang Kitab Kejadian'' karyanya, Calvin mengajarkan bahwa "menumpahkan [[semen (reproduksi)|semen]] secara sengaja di luar persetubuhan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah suatu hal yang mengerikan. Dengan sengaja menarik [penis] dalam hubungan seks supaya semen tersebut {{interp|orig=jatuh di tanah|terbuang}} adalah dua kali lipat mengerikannya."<ref name=Thatcher_GSG>{{en}} {{cite book|last1=Thatcher|first1=Adrian|title=God, Sex, and Gender: An Introduction|date=2011|publisher=John Wiley & Sons|isbn=1405193697|pages=184–185}}</ref><ref>{{en}} {{cite book|last1=Reilly|first1=Kevin|editor1-last=Laderman|editor1-first=Gary|editor2-last=León|editor2-first=Luis|title=Religion and American Cultures: Tradition, Diversity, and Popular Expression|date=2014|publisher=ABC-CLIO|isbn=1610691105|page=770|edition=Second|chapter=Masturbation}}</ref> Luther melihat masturbasi sebagai suatu dosa yang lebih mengerikan daripada pemerkosaan heteroseksual karena tindakan perkosaan tersebut masih dipandang "selaras dengan kodrat", sedangkan masturbasi adalah tidak wajar atau tidak selaras dengan kodrat manusia.<ref>{{en}} {{cite book|last1=De La Torre|first1=Miguel A.|title=A Lily Among the Thorns: Imagining a New Christian Sexuality|url=https://archive.org/details/lilyamongthornsi00torr|date=2007|publisher=John Wiley & Sons|isbn=0787997978|page=[https://archive.org/details/lilyamongthornsi00torr/page/119 119]}}</ref> Ia juga memandang masturbasi dan coitus interruptus sebagai tindakan-tindakan yang setara dengan membunuh anak-anak sebelum mereka berkesempatan untuk dilahirkan; oleh karena itu, baginya, masturbasi pada dasarnya sama dengan [[Agama dan aborsi|aborsi]].<ref>{{en}} {{cite book|last1=Anderson|first1=Judith H.|last2=Vaught|first2=Jennifer C.|title=Shakespeare and Donne: Generic Hybrids and the Cultural Imaginary|date=2013|publisher=Fordham University Press|isbn=082325125X|page=75}}</ref> Luther berpendapat bahwa tindakan perkawinan adalah suatu cara untuk menghindari dosa masturbasi: "Kodrat tidak pernah surut ... kita semua digerakkan menuju dosa tersembunyi tersebut. Kasarnya, tetapi sejujurnya, apabila [semen] tidak masuk ke dalam seorang perempuan, [semen] masuk ke bajumu."<ref>{{en}} {{cite book|last1=Seeman|first1=Erik R.|editor1-last=Smith|editor1-first=Merril D.|title=Sex and Sexuality in Early America|date=1998|publisher=New York University Press|isbn=0814729363|page=124|chapter=Sarah Prentice and the Immortalists: Sexuality, Piety, and the Body in Eighteenth-Century New England}}</ref>
 
[[John Wesley]], pendiri [[Methodisme]], memegang suatu pandangan yang serupa seperti Calvin. Menurut Bryan C. Hodge, Wesley meyakini bahwa "setiap penyia-nyiaan semen dalam suatu tindakan seksual yang non produktif, entah dalam bentuk masturbasi atau ''coitus interruptus'', seperti dalam kasus Onan, menghancurkan jiwa-jiwa dari individu-individu yang mempraktikkannya".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Hodge|first1=Bryan C.|title=The Christian Case against Contraception: Making the Case from Historical, Biblical, Systematic, and Practical Theology & Ethics|date=2010|publisher=Wipf and Stock Publishers|isbn=1621892190|url=https://books.google.com/books?hl=id&id=pHtJAwAAQBAJ&q=john+wesley+masturbation#v=snippet&q=john%20wesley%20masturbation&f=false}}</ref> Wesley memandang masturbasi sebagai suatu cara yang tidak dapat diterima untuk melepaskan "ketegangan seksual". Sebagaimana orang-orang pada zamannya, ia meyakini bahwa banyak orang telah menderita sakit parah yang bahkan menyebabkan kematian karena "masturbasi habitual".<ref name="Coe">{{en}} {{cite book|last1=Coe|first1=Bufford W.|title=John Wesley and Marriage|date=1996|publisher=Lehigh University Press|isbn=0934223394|page=64}}</ref> Ia berpendapat bahwa "[[gangguan kecemasan]], bahkan [[gangguan mental|kegilaan]], bisa disebabkan oleh bentuk lain kelebihan luapan badani – masturbasi."<ref name="Madden">{{en}} {{cite book|last1=Madden|first1=Deborah|title='Inward & Outward Health': John Wesley's Holistic Concept of Medical Science, the Environment and Holy Living|date=2012|publisher=Wipf and Stock Publishers|isbn=1620321270|pages=152–153}}</ref> Ia menuliskan ''Pemikiran tentang Dosa Onan'' (1767), yang dipublikasikan ulang dengan judul ''Sepatah Kata untuk Yang Berkepentingan'' pada tahun 1779, sebagai suatu upaya untuk menyensor sebuah karya tulis [[Samuel-Auguste Tissot]].<ref name="Numbers">{{en}} {{cite book|last1=Numbers|first1=Ronald L.|last2=Amundsen|first2=Darrel W.|title=Caring and Curing: Health and Medicine in the Western Religious Traditions|date=1986|publisher=Johns Hopkins University Press|isbn=0801857961|page=322}}</ref> Dalam karyanya itu, Wesley memperingatkan akan "bahaya-bahaya kecemaran diri", yakni dampak-dampak buruk masturbasi secara fisik dan mental,<ref name="Madden"/><ref name="Numbers"/> menulis banyak kasus demikian bersama dengan rekomendasi-rekomendasi penanganannya.<ref name="Coe"/>