Kebangkitan Nasional Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Merapikan artikel
RianHS (bicara | kontrib)
+konten, hasil terjemahan dari en.wp
Baris 1:
[[Berkas:National Awakening Day 1948a, 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p31.jpg|jmpl|158x158px|Penandatangan Hari Kebangkitan Nasional 1948.]]
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kebangkitan Nasional Indonesia''' adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di [[Nusantara]] (kini [[Indonesia]]), ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "[[orang Indonesia]]".{{sfnp|Ricklefs|1991|pp=163-164}} Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya [[Boedi Oetomo]] ([[20 Mei]] [[1908]]) dan ikrar [[Sumpah Pemuda]] ([[28 Oktober]] [[1928]]).{{Sfn|Hannigan|2015|p=176|Ps=: "On 28 October 1928, a group of young men gathered for the closing meeting of a two-day congress at a student boarding house in Batavia, to the southeast of the Koningsplein and the Hotel des Indes. The delegates were mostly students and they came in a curious array of dress styles from sarongs to tropical suits, and with a batik headdress here and a bowtie there. Earlier in the day, they had met in a cinema to discuss the challenges of education, but here things were a little more radical. First, a young songwriter by the name of Supratman took up a violin and played his latest composition, an anthem entitled Indonesia Raya, ‘Indonesia the Great’. Once he was done, the delegates read a three-line declaration. They called it the Sumpah Pemuda, ‘the Youth Pledge’. "}} Masa ini merupakan salah satu dampak [[politik etis]] yang mulai diperjuangkan sejak masa [[Eduard Douwes Dekker|Multatuli]].
 
Untuk mengejar keuntungan ekonomi dan menguasai administrasi wilayah, [[Belanda]] menerapkan sistem pemerintahan kolonial pada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki kesamaan identitas politik. Pada awal abad ke-20, Belanda menetapkan batas-batas teritorial di [[Hindia Belanda]], yang menjadi cikal bakal Indonesia modern.
 
Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Melalui kebijakan [[Politik Etis]], Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar. Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia". Peristiwa ini dibarengi dengan peningkatan aktivitas politik hingga mencapai puncaknya pada [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] tanggal 17 Agustus 1945.{{sfnp|Ricklefs|1991|pp=163-164}}
 
== Tokoh ==
Tokoh-tokoh yang mempelopori Kebangkitan Nasional, antara lain Dr. [[Soetomo]], Dr. [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Tjipto Mangunkusumo]], Raden Mas [[Ki Hadjar Dewantara|Soewardi Soerjaningrat]] (sejak 1922 menjadi [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantara]]), dan Dr. [[Ernest Douwes Dekker]].
== Faktor pendorong ==
Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal, yakni (1) penderitaan rakyat yang berkepanjangan akibat penjajahan; (2) kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa [[Kerajaan Sriwijaya]] atau [[Kerajaan Majapahit|Majapahit]]; dan (3) munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan. Sedangkan faktor eksternal, yakni (1) timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti [[nasionalisme]], [[liberalisme]], dan [[sosialisme]]; (2) munculnya gerakan [[Turki Muda]], [[ Kongres Nasional India]], dan [[Gandhisme]], karena kebangkitan nasional di Asia pada masa itu; dan (3) kemenangan Jepang atas Rusia pada [[perang Jepang-Rusia]] yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.<ref> {{cite web|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/200000369/faktor-pendorong-munculnya-pergerakan-nasional?page=all|title=Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional|acces date= 8 Agustus 2020}} </ref>
Baris 16 ⟶ 17:
 
Pada 4 Juli 1927, [[Sukarno]] dan Algemeene Studieclub memprakarsai berdirinya Perserikatan Nasional Indonesia sebagai partai politik baru. Pada Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi [[Partai Nasional Indonesia]]. Menurut sejarawan [[Merle Calvin Ricklefs|MC Ricklefs]], ini merupakan partai politik penting pertama yang beranggotakan etnis Indonesia, semata-mata mencita-citakan kemerdekaan politik.<ref>{{Cite book|last=[[Merle Calvin Ricklefs]]|first=|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover&dq=sejarah+modern+indonesia&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiB093w9cLrAhWFF3IKHYbVCEEQ6AEwAXoECAMQAg#v=snippet&q=1927%20partai&f=false|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|location=|publisher=Penerbit Serambi|isbn=978-979-024-115-2|pages=392-393|language=id|url-status=live}}</ref>
 
== Tokoh ==
Tokoh-tokoh yang mempelopori Kebangkitan Nasional, antara lain Dr. [[Soetomo]], Dr. [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Tjipto Mangunkusumo]], Raden Mas [[Ki Hadjar Dewantara|Soewardi Soerjaningrat]] (sejak 1922 menjadi [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantara]]), dan Dr. [[Ernest Douwes Dekker]].
 
== Peringatan ==
{{Wikisource|Halaman:TDKGM 01.222 (2 2) Pembaharuan Keputusan Presiden Indonesia No. 316 tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur beserta penjelasannya.pdf/1}}[[Berkas:National Awakening Day 1948a, 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p31.jpg|jmpl|158x158px|Penandatangan Hari Kebangkitan Nasional 1948.]]
Sejak 1959, tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai '''Hari Kebangkitan Nasional''', disingkat '''Harkitnas''', yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah [[Indonesia]] melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.