Ki Mujar Sangkerta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor
k Suntingan 180.246.114.235 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Medelam
Tag: Pengembalian
Baris 25:
Mujar yang mempunyai nama lahir ''Mujar Siswantoro'' ini dilahirkan dari kedua orang tua yang berlatarbelakang sebagai guru yang mencintai kesenian. Ayahnya bernama Hadi Susanto dan ibunya yang bernama Mujiyati telah mengajarkan Mujar kecil dengan berbagai kesenian seperti ''macapatan'', ''geguritan'', ''menembang'', bahkan sampai menggambar. Selama tahun 1970 sampai 1980 Mujar kecil berulang kali menjuarai berbagai lomba kesenian seperti ''tari ngremo'', berdeklamasi, dan bahkan pernah menjadi juara favorit lomba lukis se-[[Jawa Timur]].<ref name="buku"/>
 
Atas dasar bakat seni didalam diri Mujar, kedua orangtuanya pun sepakat untuk mengarahkan Mujar agar meneruskan sekolah menengah pertamanya (SMP) di SMPN Rambipuji Jember Jawaprovinsi TimurYogyakarta. Keputusan tersebut diambil karena mereka percaya bakat kesenian Mujar akan berkembang dibawah arahan dari pamannya bernama Darmo yang juga merupakan seorang guru seni di SMPN Rambipuji Yogyakarta. Pamannya yang juga kerap dipanggil ''Om Darmo'' inilah yang menganjurkan Mujar untuk meneruskan pendidikan formalnya ke Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta yang dulunya terletak di daerah Kuningan Gejayan dekat kampus IKIP Yogyakarta. Setelah lulus dari SMSR, Mujar memutuskan untuk kembali meneruskan studi formalnya tentang seni rupanya di Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan Seni Kriya Logam, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. <ref name="buku"/>
 
Mujar tidak hanya terpaku dengan pendidikan formal saja, melainkan ia juga kerap belajar secara ''nyantrik'' pada berbagai seniman terkemuka yang Ia anggap lebih berilmu atau dianggap sebagai guru pada disiplin ilmu seni tertentu. ''Nyatrik'' itu sendiri berasal dari istilah pewayangan yaitu ''Catrik'' yang artinya murid yang berguru pada pandita, resi, atau begawan. Pada daerah [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], ''Nyantrik'' artinya seseorang yang belajar ilmu seni kepada orang yang dianggap guru atau lebih berilmu darinya dengan menjadi ''Cantrik'' atau siswanya.<ref>{{Cite web|url=https://wayangku.id/nama-tokoh-wayang-cantrik-siswa-berguru-begawan/|title=Nama Tokoh Wayang : Cantrik, Siswa Berguru Begawan|date=2017-11-21|website=Informasi Wayang Nusantara|language=id-ID|access-date=2019-04-08}}</ref>
 
Proses awal ''nyantrik'' Mujar berawal dari pelukis maestro [[Affandi]] untuk memperoleh ilmu lukis. Hal unik yang terjadi dalam proses ''nyantrik'' ini adalah cara pembayarannya yang tidak menggunakan uang melainkan menyiapkan kanvas beserta cat dan kuas bagi [[Affandi]]. Selain itu, mujar juga ''nyatrik'' untuk memperoleh ilmu seni batik khusus fesyen atau lebih dikenal sebagai seni batik kontemporer kepada Widayana Koeswadji dan Amri Yahya. Tingginya minat kesenian Mujar tidak hanya berhenti pada seni rupa saja, melainkan juga merambah ke cabang seni lainnya yang ilmunya juga Ia peroleh dengan proses ''nyantrik'' secara informal. Dalam ilmu seni tari Mujar ''Nayntrik'' dengan Rama Wibatsyu, Rama Sas, dan Bagong Kussudihardjo. Ilmu tentang menyelaraskan dan membuat gamelan pada Mpu Trimanto. Ilmu mengenai wayang modern pada maestro pencipta wayang ukur yang bernama Ki Sigit Sukasman. Ilmu tentang seni pedalangan secara khusus di Sekolah Pedalangan Habiranda Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ilmu mengenai seni musik kontemporer yang dikenal sebagai ''instalasi bunyi'' pada Joseph Praba. Terakhir yaitu ilmu [[Etnomusikologi]] kepada Djaduk Ferianto dan Didit Fandoning. Selain itu, Mujar juga kerap dibantu pendalaman dalam pembelajaran berkeseniannya oleh 2 (dua) orang profesor yang bernama Prof. DR. Yudiaryani dan Prof. DR. M. Baiquni MA. Bahkan Mujar yang juga bersahabat dengan profesor Baiquni juga kerap diajak untuk menjadi dosen tamu bagi mahasiswa S2 (Magister) dan S3 (Doktor) Pascasarjana Pariwisata di Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mengajar Estetika dan Seni SilaturahimSilaturahmi yang ia gagas bersama Prof. DR. M. Baiquni MAsendiri. Yang dimaksud dengan seni silaturahimsilaturahmi sendiri adalah ilmu seni yang melibatkan berbagai elemen seperi masyarakat, aktor, mahasiswa, pelajar, dosen, akademisi maupun orang awam yang tidak mengenal senipundan dilibatkanlainnya disetiapdalam penggarapan karyanya dalam menerapkan nilai-nilai spirit secara komunal atau berkelompok untuk menghasilkan karya yang bersinergi diiriingi dengan nilai-nilai religius yang berupa [[Zikir]].<ref name="buku"/><ref>{{Cite web|url=http://jogja.tribunnews.com/2016/02/25/fakultas-geografi-ugm-gelar-workshop-seni-silaturrohim-berkelanjutan|title=Fakultas Geografi UGM Gelar Workshop Seni Silaturrohim Berkelanjutan|website=Tribun Jogja|language=id-ID|access-date=2019-04-08}}</ref>
 
== Aktivitas Kesenian ==
Dalam proses kreatif dalam berkesenian, Mujar biasanya melaukan riset yang nantinya memerpemudah dirinya memperoleh berbagai data yang detail mengenai seni yang akan Ia buat. Setelah mendapatkan data dari riset tersebut, Mujar akan mendiskusikan, mengkesplorasi, kemudian mensketsakan dalam waktu yang relatif cukup lama. Alasan Ia melakukan riset tersebut agar ide yang Ia peroleh itu unik atau tidak umum, spesifik, estetis, orisinil atau benar-benar baru, dan sangat merepresentasikan pribadi dirinya.<ref name="buku"/>
 
Untuk konsepnya, Mujar memilih media logam yang umunya berasal dari logam [[Aluminium]], Tembaga, Kuningan, Besi Baja dan Stenlis. Alasan mendasar memilih logam tersebut sebagai dasar penciptaan terutama dalam seni kriya adalah keinginannya untuk mengekspresikan gagasannya melalui bentuk, narasi, dan obsesi dari tiap detil tatah dan patahan benda seninya dan Aluminium, Tembaga, Kuningan, Besi Baja dan Stenlis sebagai logam yang lentur dapat merepresentasikan hal tersebut. Selain itu, dalam meproduksikan karya, Mujar lebih mengutamakan nilai inovasi, fungsi, dan kegunaan kriya logam tersebut baik dalam bentuk 2 (dua) dimensi berupa lukisan biasa dan lukisan logam maupun 3 (tiga) dimensi berupa patung dan seni Instalasi. Oleh karena itu Mujar sebisa mungkin menghindari kaidah seni kriya logam yang tradisi penuh dengan ornamentasi yang diam, karena dianggap kaku dan membatasi dirinya dalam membuat kesenian yang akhirnya menumpulkan dan mengebiri daya kreatif dalam penciptaannya.<ref name="buku"/>
 
Atas dasar inovasi karya seni logam inilah Mujar akhirnya mendapatkan respon positif dari para pemerhati dan kritikus seni, beberapa diantaranya Prof. Soedarpo SP, Prof. [[S.P. Gustami]], Prof. M. Dwi Marianto, DR. Narsen Afatara, Achmad Dahlan, DR. Sumbo Tinarbuko, dan Agus Dermawan T. Mereka terkesan dengan kemampuan seni Mujar yang melahirkan ide serta teknik baru dalam seni kriya logam sehingga mampu menjadi produktif melahirkan relif logam nonfungsional figuratif dan non-figuratif. Selain dalam seni kriya logam, Mujar juga diakui dalam kemampuan mengakomodasi berbagai lintas seni dengan seni pertunjukan alternatifnya Wayang Milehnium Waeketungannya yang cakupannya meliputi: seni teater, seni rupa, seni musik, sastra, pantomim, pedhalangan bahkan sampai seni tari baik tradisional sampai modern atau kontemporer.<ref name="buku"/>
 
Dari seni komunal yaitu seni silaturahimsilaturahmi yang digagas oleh dirinya lahirlah karya orisinil berupa wayang alternatif berbahan dasar logam [[Aluminium]] yang Ia namai sebagai ''Wayang Milehnium Wae''. Dalam permbuatan ''Wayang Milehnium Wae'' mencoba bersinergi dengan masyarakat sekitar dengan membangun mental berorientasi lingkungan. Dengan gagasan tersebut diharapkan masyarakat terinspirasi untuk menghasilkan karya seni sembari membangun kesadaran agar tetap menjaga lingkungan dari berbagai macam polusi dalam proses pembuatannya. Mujar juga menamai konsep seni berorientasi lingkungan sebagai ''Merangkai Sejuta Bunga Dalam Satu Pot yang Indah & Membahagiakan banyak orang yang terlibat''. Mujar bertindak sebagai perangkai berbabagi macam bunga yaitu masyarakat dalam satu pot yaitu berupa kerja seni kolektif sehingga dapat bersinergi dan menghasilkan karya seni yang mempesona. Mujar juga diibaratkan sebagai dalang yang mampu memadukan berbagai unsur wayang yang terdiri dari wayang, [[Gamelan]], [[Sinden]], ''Kecrek'', ''Wiyaga'', ''Blencong'', ''Kelir'', ''Cempala'', bahkan seluruh penontonnya dalam satu pertunjukan atau ''pakeliran''.<ref name="buku"/> Selain itu, berbagai karya seni kriya logam buatan dirinya juga didokumentasikan menjadi sebuah katalog seni berjudul ''Exotism, the art of contemporary metal craft'' dengan dwibahasa Inggris dan Indonesia pada tahun 1998 oleh penerbit Bangun Sangkerta di [[Solo]], [[Jawa Tengah]].<ref>{{Cite book|title=Exotism, the Art of Contemporary Metal Craft|last=|first=Ki Mujar Sangkerta|publisher=Bangun Sangkerta|year=1998|isbn=|location=Solo|page=}}</ref>
 
== Pendidikan ==
Baris 68:
* Penghargaan sebagai koordinator dalam acara pameran seni kriya logam kontemporer di Siti Hinggil dalam serangkaian acara Pagelaran Keraton Yogyakarta oleh Keraton Ngayogyakarta pada tahun 2003.
* Penghargaan pameran seni rupa islami dalam rangka Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 2010.
* Penghargaan sebagai Bravo Leadership Award darioleh [[Achmad Baiquni|Prof. Dr. M. Baiquni MA]], dimewakili Sekolah Rakyat BERDAULAT (Berdaya, Berusaha lan Tawaqal)Berdaulat, Kalasan Anak Alam (KALAM) pada tahun 2012.<ref name=buku/>
 
== Riwayat Kejuaraan ==
Baris 74:
* Juara 1 (satu) pada lomba [[Kaligrafi]] Indah dan Lukis Bebas tingkat SLTP (SMP) se-provinsi [[Jawa Timur]] pada tahun 1978.
* Karya terbaik pada kedua karyanya menggunakan instalasi logam yang berjudul ''Perang Teluk'' dan ''Badai Gurun'' pada tahun 1991.
* Karya desain terbaikdesainterbaik dalam kompetisi desain cindermata atau suvenir Indonesia di Jakarta pada tahun 1992.<ref name=buku/>
 
== Riwayat Pameran Yang Diadakan ==
Baris 152:
* Pameran solidaritas berjudul ''Peduli Gempa Yogyakarta'' di Jakarta pada tanggal 27 Mei 2006.
* Pameran besar seni rupa FSR-ISI Yogyakarta berjudul ''The Highlight'' yang memerlukan perjalanan dari Medium ke Trans Media tepatnya di Jogja Museum Nasional (JMN), Gampingan, Yogyakarta pada tahun 2006
* Pameran seni dua ruanglangsung (Performance Art live show) di gedung ASDRAFI Yogyakarta pada tahun 2008<ref>{{Cite web|url=http://edwinsgallery.com/gallery_artist_profile.php?id=MTgx|title=Edwin Gallery - Associated Artist Profile|website=edwinsgallery.com|access-date=2019-04-08}}</ref>
* Pameran besar Seni Visual berjudul ''Exposigns'' di gedung Jogja Expo Center (JEC) dalam rangka Dies Natalis 25 (dua puluh lima) tahun FSR-ISI Yogyakarta bersama dengan 600 (enam ratus) seniman lainnya yang terdiri dari Mahasiswa, Alumni Dosen ASRI, STSRI ASRI, dan FSRD-ISI Yogyakarta pada tahun 2009.<ref name=buku/>
 
Baris 161:
* Pameran foto pagelaran alternatif wayang berbahan dasar logam bernama ''Wayang Milehnium Wae'' oleh Institut Sangkerta Indonesia di Museum Wayang Keraton Yogyakarta pada tahun 2014.<ref name=buku/>
* Pameran seni Wayang alternatif berukuran Besar berbahan dasar logam (aluminium) bernama ''Wayang Milehnium Wae'' dalam rangka Hari jadi Kabupaten Gianyar, [[Bali]] pada tahun 2015.<ref>{{Cite web|url=https://nasional.tempo.co/read/658069/wayang-kontemporer-ini-berukuran-jumbo|title=Wayang Kontemporer Ini Berukuran Jumbo|last=Fadjri|first=Raihul|date=2015-04-15|website=Tempo|language=en|access-date=2019-04-08}}</ref>
* Pameran seni rupa berjudul ''#5 Huele'' yangayng diadakan oleh Kemendikbud Indonesia dengan menampilkan karyanya berupa seni instalasi Wayang Milehnium Wae berjudul ''Garuda Sakti'' di Gedung Olah Raga (GOR) Taman Budaya Karang Panjang, [[Kota Ambon]], provinsi [[Maluku]] pada tanggal 12 (dua belas) sampai 13 (tiga belas) September 2017.<ref>{{Cite web|url=http://indofakta.com/news_12145.html|title=Pameran Besar Seni Rupa #5 Huele|last=Indofakta.com|website=indofakta.com|language=ID|access-date=2019-04-08}}</ref>
* Pameran Seni berjudul ''Kembulan'' dalam memperingati Harlah Nahdlatul Ulama ke-92 (sembilan puluh dua) tahun di gedung Studio Kalahan, Yogyakarta pada tahun 2018.<ref>{{Cite web|url=https://autobiografi.id/berita/makna/e4413eb18a/mestinya-kita-tidak-boleh-saling-melukai-jiwa-atau-menyakiti-alam|title=Mestinya Kita Tidak Boleh Saling Melukai Jiwa Atau Menyakiti Alam|website=www.autobiografi.id|access-date=2019-04-08}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.nu.or.id/post/read/85658/pameran-kembulan-lesbumi-yogyakarta-untuk-harlah-nu-ke-92|title=Pameran Kembulan Lesbumi Yogyakarta untuk Harlah NU Ke-92|last=Online|first=N. U.|website=NU Online|language=en-us|access-date=2019-04-08}}</ref>