Islam dan anarkisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 3 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 13:
Bahkan ajaran dasar dari Islam menawarkan poin-poin pendirian yang teguh. Contohnya: Islam melarang homoseksualitas, dan memberikan peranan yang berbeda pada pria dan perempuan, sesuatu hal yang bertentangan dengan kepercayaan anarkis kebanyakan. Begitupula dengan masalah perlakuan Islam terhadap orang yang ingkar pada agama dan non-Muslim. Konsep dari [[Jihad]] (yang mana menjadi wacana kontroversi tradisional di antara para pembelajar agama Islam) sering diartikan sebagai perang suci melawan kaum yang tidak percaya ([[kafir]]).
 
Pada [[abad ke-19]] dan 20, banyak Muslim yang liberal meragukan keortodoksan makna atas Islam. Muslim-muslim ini mengkonsentrasikan pada konsep realisasi-diri, yang disebut Ijtihad, yang membebaskan individu untuk menerjemahkan tulisan-tulisan religius menurut kondisi dimana dia berada, daripada menyerahkan segala sesuatu kepada tulisan-tulisan keputusan sebagian ulama. Karena Islam adalah agama yang dinamis. Banyak Muslim yang liberal memperjuangkan untuk kesamaan hak atas pria dan perempuan, menerima homoseksualitas, menolak hukum Syari’ah dan menolak politik praktis yang mengatasnamakan agama, hal-hal tersebut menyingkirkan banyak perbedaan antara Islam dan anarkisme. Muslim yang liberal tidak memandang pergerakan mereka sebagai reformasi agama, namuntetapi pergerakan untuk mengembalikan lagi esensi murni Islam itu sendiri, yang mana telah menyimpang selama beberapa tahun ini.
 
== Persamaan antara Islam dan anarkisme ==
Baris 23:
Menurut kepercayaan Islam, semua yang ada di muka bumi ini bukanlah milik siapa-siapa selain Allah, dan manusia hanya dipercayai untuk hidup dimuka bumi, menjaga dan mengelola isi bumi tersebut. Hal ini bertentangan dengan konsep kepemilikan [[kapitalisme]] yang berdasarkan doktrin orang-orang Roma dahulu yaitu ''“Hak Untuk Menggunakan Dan Mengeksploitasi”''. Hal ini juga yang menjadi landasan dari paham ekologi, sebagai ciptaan dari Allah (termasuk tumbuhan dan hewan) hanya bisa dihancurkan dan digunakan apabila memang dirasa sangat perlu untuk menghancurkan dan menggunakannya. Persamaan konsep kepemilikan pribadi ini juga yang dikenalkan oleh [[Proudhon]] dalam bukunya “[[What is Property?]]”, dan disebarkan oleh kebanyakan kaum anarkis.
 
Tak seperti kebanyakan agama yang terorganisir lainnya, Islam menegaskan larangan atas riba, termasuk tagihan bunga pada pinjaman. Al-Qur’an menyatakan ''“Riba yang dilakukan hanya untuk memperkaya diri, tak akan memberikan keuntungan untuk Allah. Namun apabila kamu memberikan sedekah, untuk mencari ridho Allah, dia yang memberi akan mendapatkannya lagi berlipat”''. Karena hal ini, banyak bank yang menamakan ‘Bank Syari’ah’ yang menjalankan bank tanpa bunga. Riba dalam hal ini juga termasuk pada perdagangan semua produk. Kepercayaan ini membuat sulitnya Islam dan kapitlisme bersatu, namuntetapi memperkuat persamaan dasar keyakinan dengan anarkisme.
 
=== Islam dan Sosialisme ===
Baris 43:
Menurut sejarah, telah ada pergerakan anti penguasa dalam Islam, namun sejarah-sejarah tersebut tidak di dokumentasikan secara baik dan tidak membuat dampak besar pada jalan mainstream Islam.
 
Kejadian pertama yang pernah tecatat dari pergerakan anti penguasa dalam Islam adalah dimana saat telah meninggalnya Nabi Muhammad. Kaum Muslim dahulu mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang siapa yang harus menggantikan dia sebagai pemimpin kaum Muslim, perdebatan itu menghasilkan terpisahnya kaum [[Syi’ah]] dan [[Sunni]]. Sebenarnya disana ada tiga golongan, bagaimanapun juga, kaum [[Khawarij]], yang melawan kedua belah pihak yang saling bertentangan itu, menyatakan bahwa setiap Muslim yang memenuhi syarat dapat menjadi Imam. Mereka mengatakan bahwa semua orang mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk memilih kebaikan dan kejahatan dari dirinya sendiri. Mereka menentang segala penguasaan dan membesarkan hati semua umat, terutama orang miskin dan orang yang tertindas, untuk melihat perjuangan melawan ketidakadlian sebagai penyelamat diri sendiri dengat sifat ketuhanan. Ada yang harus dicatat, walaupun Kharitijes melihat semua umat yang percaya pada Allah sepenuhnya sama tanpa memandang perbedaan status sosial, namuntetapi mereka percaya bahwa orang-orang yang berbeda keyakinan dengan mereka tidak mempunyai hak yang sama, dan bahkan boleh dibunuh.
 
Ketika Sunni dan Syi’ah disibukkan dengan pengembangan pemerintahan yang berdasarkan Islam, ide-ide pembebasan dalam Islam diteruskan oleh kebanyakan kaum Sufisme, yang bertahan pada ilmu kebatinan dari Islam. Sufisme telah sangat dikenal pada zaman kerajaan Islam. Perkembangan kaum Sufi terinspirasikan dibawah filsafat ketimuran, dan anti penguasa juga ide-ide revolusionernya dapat didengar sampai sekarang. Banyak perintah Sufi dan nasihatnya menyebutkan tentang perjuangan untuk persamaan hak kaum perempuan dan keadilan sosial.
Baris 51:
Seorang [[kartunis]] dari [[Prancis]] [[Gustave-Henri Jossot]], seorang kontributor yang berkala pada sebuah majalah anarkis, berpindah agama ke Islam pada tahun [[1913]], dia menemukan bahwa Islam adalah ''“Simpel, tanpa pendeta, tanpa dogma, dan hampir tanpa upacara-upacara keagamaan”'', dengan alasan tersebut dia pindah agama. Setelah perubahan itu, dia terus mengkritik tentang konsep tanah suci, memperjuangkan hak-hak yang sama untuk semua orang, menolak aksi-aksi politik, kekerasan dan institusi pendidikan formal. Dia menolak aksi-aksi sosial, dengan alasan logis bahwa suatu perubahan hanya dapat terjadi pada suatu tingkatan individu, dimulai dari diri sendiri.
 
Seorang yang paling berpengaruh dan sangat penting pada abad ke-20 adalah [[Ali Shariati]], salah seorang pencetus ideologi [[Revolusi Islam]] di [[Iran]]. [[Jean Paul Sartre]] berkata: ''“Saya tak memiliki agama, namuntetapi apabila saya harus memilih, saya akan pilih agama Shariati”''. Setelah terjadinya Revolusi Islam di Iran menjadi perhatian serius para penguasa disana, Shariati dimasukkan penjara karena ajaran-ajarannya, yang sangat populer dan dilaksanakan oleh murid-muridnya, Shariati dipaksa untuk meninggalkan Iran. Tak lama setelah itu Shariati ditembak mati oleh orang tak dikenal.
 
Walaupun Shariati bukan seorang anarkis, pandangannya akan Islam adalah agama yang revolusioner, berdampingan dengan kaum miskin dan tertindas. Dia percaya bahwa refleksi dari konsep Islam akan Tauhid (Kebersamaan, dan Tak Ada Tuhan Selain Allah) adalah tidak adanya kelas-kelas sosial.