Energi ramah lingkungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nuffyyy (bicara | kontrib)
Menghapus gambar kincir angin
Nuffyyy (bicara | kontrib)
Baris 14:
# '''Berkelanjutan secara ekonomi'''
 
== '''1. Rendah emisi gas rumah kaca''' ==
Gas rumah kaca merupakan pendorong utama [[perubahan iklim]]. Komponen terbesar dalam gas rumah kaca adalah [[karbon dioksida]] (CO<sub>2</sub>). Pada tahun 2018, 87% emisi CO<sub>2</sub> global berasal dari bahan bakar fosil dan industri.<ref name=":0" /> Selain itu, komponen terbesar kedua adalah [[metana]] (CH<sub>4</sub>). Metana memiliki kemampuan mengikat panas 30 kali lebih tinggi dari pada CO<sub>2</sub>. Energi ramah lingkungan seharusnya mengemisikan CO<sub>2</sub> maupun gas rumah kaca lainnya dalam jumlah yang rendah, bahkan hampir tidak ada. Baik pada proses pra-pembangunan pembangkit, saat beroperasi, hingga dekomisioning. Sumber energi yang mengemisikan gas rumah kaca paling rendah antara lain: tenaga hidro, tenaga surya, tenaga angin, tenaga geothermal, dan tenaga nuklir.
{| class="wikitable"
Baris 39:
|}
 
== '''2.''' '''Minim penggunaan lahan  ''' ==
Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia di permukaan bumi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan akan memengaruhi kebutuhan hidup manusia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sering kali mengorbankan fungsi lahan sebagai ekosistem, hutan, dan habitat biologis. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan energi membutuhkan teknologi pembangkit listrik yang menggunakan lahan semininal mungkin. Namun harus menghasilkan output dalam skala besar agar fungsi lahan untuk kebutuhan lain tetap dapat terpenuhi.<ref name=":1" /> Energi yang ramah lingkungan seharusnya memiliki densitas energi yang tinggi sehingga penggunaan lahan menjadi minimal.
{| class="wikitable"
Baris 64:
|}
 
== '''3.''' '''Tidak membahayakan ekosistem''' ==
[[Ekosistem]] melibatkan komponen biotik (makhluk hidup meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) dan komponen abiotik (tidak hidup). Menjaga keseimbangan ekosistem menjadi penting karena setiap ekosistem memiliki kekuatan untuk menjaga keseimbangan bumi. Pemanfaatan energi dalam sebuah pembangkit listrik di suatu wilayah pasti membawa dampak pada ekosistem di sekitarnya.<ref name=":1" /> Besaran dampak tentu akan berbeda-beda. Dampak terhadap ekosistem dari proses pembangkitan listrik dapat dinilai berdasarkan data empiris. Data tersebut diperoleh dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar pembangkit.
 
Baris 77:
Energi ramah lingkungan seharusnya yang berdampak paling sedikit terhadap keseimbangan ekosistem, terutama pada saat beroperasi. Karena tidak mungkin ada pemanfaatan energi yang sama sekali tidak memberi dampak pada lingkungan di sekitarnya. Jadi, keputusan yang paling penting adalah memilih jenis energi untuk pembangkit yang memiliki dampak seminimal mungkin. Solusi terhadap permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan penelitian dan pengembangan teknologi.
 
== '''4. Penanganan limbah yang tepat''' ==
Salah satu penyumbang limbah utama dunia adalah kegiatan industri. Semua kegiatan industri termasuk pembangkit listrik menghasilkan limbah, baik limbah berbahaya maupun tidak berbahaya. Energi yang ramah lingkungan seharusnya memiliki limbah dengan '''volume yang sedikit''', '''terkungkung atau tidak terbuka bebas ke lingkungan''', '''dikelola dengan tepat''' oleh pihak yang bertanggung jawab, serta '''diawasi dengan ketat''' oleh pihak berwenang. Makin kecil volume limbah yang dihasilkan tentu akan makin mudah untuk ditangani, makin ekonomis, dan makin kecil pula dampak negatifnya terhadap lingkungan. Limbah menjadi isu karena pada konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia.<ref name=":1" /> Seperti limbah abu batu bara yang lepas ke lingkungan diketahui berdampak pada kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian. Limbah yang dihasilkan sumber energi nuklir adalah satu-satunya yang dikungkung dan dikelola dengan aturan yang sangat ketat. Pengelolaan limbah nuklir dilakukan dengan prinsip “''from cradle to grave''”.
 
== '''5. Berkelanjutan secara sumber saya alam''' ==
Ketersediaan [[sumber daya alam]] (SDA) untuk energi berkelanjutan harus menjamin untuk pemakaian jangka panjang. Pemanfaatan SDA sangat erat kaitannya dengan kegiatan penambangan. Sementara kegiatan ini memiliki dampak tersendiri terhadap lingkungan dan masyarakat. Mulai dari menipisnya sumber daya yang tidak terbarukan, rusaknya ekosistem, pencemaran, berbagai gangguan kesehatan, dan sebagainya. Hal ini tentu saja mengurangi atau mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
 
Dalam pemenuhan energi untuk pembangkit listrik, SDA digunakan sebagai bahan bakar dan material bakan baku. Penggunaan SDA untuk keduanya sangat dipengaruhi oleh densitas energi dari sumber energi yang digunakan. Semakin tinggi densitas energinya maka semakin sedikit pula kebutuhan SDA sebagai bahan bakar maupun material bahan baku. Artinya, akan semakin sedikit pula kegiatan penambangan yang dilakukan untuk memperoleh SDA tersebut. Serta akan menjamin ketersediaan SDA untuk pemakaian jangka panjang.
 
== '''6. Berkelanjutan secara ekonomi''' ==
Energi merupakan penggerak utama roda perekonomian sebuah negara, yakni sebagai aspek penting dalam kegiatan industri. Pertumbuhan sektor industri memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian dan peningkatan kesejahteraan. Agar hal tersebut terjadi, dibutuhkan akses terhadap penyediaan energi yang terjangkau alias murah. Namun dalam praktiknya, energi yang murah diperoleh dengan bantuan subsidi. Dan subsidi tersebut diperoleh dari pajak yang dibebankan kepada rakyat. Terlebih melakukan subsidi pada dua sisi, yakni subsidi terhadap Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dan subsidi terhadap harga jual. Hal ini tidak akan menciptakan keberlanjutan.