Bahasa Hawu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jspharmando (bicara | kontrib)
Menyunting bagian fonologi
Jspharmando (bicara | kontrib)
Menambahkan referensi
Baris 58:
Dalam Lī Hawu, jika bunyi pepet (atau schwa, yang ditulis dalam Internatonal Phonetic Alphabet dengan huruf /ə/) mengambil tekanan kata (stres), maka konsonan berikut diperpanjang, atau dengan kata lain, ditarik panjang. Walaupun demikian, konsonan panjang tidak perlu ditulis dua kali berturut. Cukup ditulis satu konsonan, dengan mengingat bahwa jika terdapat vokal pepet /è/, maka konsonan berikutnya dibaca secara panjang.
 
Dalam Lī Hawu, vokal pepet ditulis dengan tanda aksen ke belakang di atas huruf e [è], dengan contoh sebagai berikut: ''ama-èpu'', ''bèjhi'', ''bhèdo'', ''bhèhu'', ''èmu'', ''èna'', ''èpa'', ''èhi'', ''mobèni'', ''bèlu'', ''dèu'', ''pèdha'', ''rènge'', ''jèna'', ''mèdhi'', lī pehèku, dsb. Karena polanya yang sangat teratur, menurut ilmu bahasa dan ilmu ejaan<ref>{{Cite journal|last=Pike|first=Keneth L.|date=1949|title=Phonemics: a system for reducing languages to writing|journal=Ann Arbor: Univ. of Michigan Press.}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Smalley|first=William|date=1963|title=How shall I write this language?|journal=Orthography Studies|publisher=New York: United Bible Societies}}</ref>, tidak perlu ditulis dua konsonan berturut.
 
Dalam Lī Hawu, terdapat juga vokal panjang yang ditulis dengan rangkap [VV] karena tidak mendukungnya papan ketik, misalnya ''doāe'' (raja) ditulis dengan ''doaae''. Gejala vokal panjang tersebut terdapat dalam sebagian besar bahasa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Vokal panjang vokal perlu dibedakan dari vokal pendek, dan dari dua vokal yang sama yang dipisahkan oleh hamzah.
Baris 91:
|-
|''kele'e''
|[keleʔe]
|[kelee
]
|menyolok
|-
Baris 136 ⟶ 135:
Bahasa Sabu memiliki vokal dan aturan tekanan yang sama. Bahasa ini berbagi kesamaan konsonan implosif (atau mungkin pra-glotal) konsonan dengan bahasa Bima-Sumba dan dengan bahasa-bahasa di Flores dan Sulawesi yang lebih jauh ke utara, seperti bahasa Wolio, dan agak mirip bahasa Ngadha yang memiliki pemanjangan konsonan setelah schwa.
 
Terdapat beberapa perbedaan sistem bunyi (fonologi) Lī Hawu dan Bahasa Indonesia yang memaksa penutur menyesuaikan tulisannya dengan Bahasa Indonesia<ref>{{Cite journal|last=Grames|first=Charles E.|date=1999|title=Implikasi Penelitian Fonologis untuk Cara Menulis Bahasa-Bahasa Daerah di Kawasan Timur Indonesia|url=http://e-ubb.org/wp-content/uploads/2018/02/1998-C-Grimes-PELBBA-orthography.pdf|journal=Centre for Regional Studies, Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang; dan Summer Institute of Linguistics, International}}</ref> yang hanya mempunyai 18 konsonan asli dan 4 konsonan yang dipinjam dari bahasa lain, misalnya dari bahasa Arab.<ref>{{Cite Sedangkanjournal|first=Moeliono, Anton, Hawudan lebihCharles rumitE. Grimes|date=1995|title=Indonesian Introduction|journal=Darrell Tryon, denganred. 20Comparative konsonanAustronesian asliDictionary: danan introduction to Austronesian studies. 4 konsonanParts. pinjamanTrends in Linguistics, sebagaiDocumentation berikut10. Berlin: Mouton de Gruyter.
Part 1, Fascicle 1:443–457.}}</ref>. Sedangkan Lī Hawu lebih rumit, dengan 20 konsonan asli dan 4 konsonan pinjaman, sebagai berikut:
{| class="wikitable"
|+Invntarisasi Konsonan Lī Hawu