Mahmud Muhammad Taha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
GuerraSucia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
GuerraSucia (bicara | kontrib)
Baris 77:
Mahmud dijebloskan ke penjara di Wad Medani.{{sfn|Thomas|2011|pp=79}} Ia sempat membina hubungan dengan dunia luar dan masih meneruskan kegiatannya, tetapi setelah hal ini diketahui oleh aparat, ia dipindahkan ke Penjara Kober di Khartoum.{{sfn|Thomas|2011|pp=80}} Pada masa pemenjaraan ini, Mahmud memutuskan untuk ber[[khalwat]], yaitu kegiatan menyepi dalam tradisi [[Sufi]].{{sfn|An-Na'im|1988|p=10}}{{sfn|Thomas|2011|pp=83}} Setelah keluar dari penjara pada akhir tahun 1948,{{sfn|Thomas|2011|pp=85}} ia terus berkhalwat selama tiga tahun. Saat berkhalwat inilah ia mendapatkan ilham keagamaannya dan mencetuskan gagasan teori evolusi hukum Islam (''tatwir al-tashri al-Islami '').{{sfn|An-Na'im|1988|p=10}}
 
== Menjadi "alAl-ustad"Ustad ==
=== Awal kegiatan keagamaan ===
Sekembalinya dari berkhalwat, Mahmud pindah ke Omdurman bersama keluarganya. Pada masa ini, adiknya, Mukhtar, meninggal dunia akibat wabah meningitis seperti halnya ibunda mereka. Mukhtar pernah menikah lima kali, dan masing-masing istri memiliki anak darinya; Mahmud memutuskan untuk menyediakan nafkah untuk mereka, membelikan mereka rumah di Omdurman, dan membiayai pendidikan mereka. Mahmud kembali bekerja di perusahaan Sudan Light and Power Company dan memiliki cukup uang untuk menanggung keluarganya yang besar. Pada awal dasawarsa 1950-an, ia mundur dari pekerjaannya dan menjadi kontraktor di Khartoum.{{sfn|Thomas|2011|pp=92-93}}
 
Baris 88 ⟶ 89:
Pada saat Mahmud berada di Kosti, Sudan memperoleh kemerdekaannya dari Inggris dan Mesir pada tahun 1956.{{sfn|Thomas|2011|pp=106 & 110}} Walaupun sudah menjadi orang kaya, ia masih berusaha mencari solusi-solusi intelektual untuk masalah kemiskinan, kebodohan, dan ketakutan.{{sfn|Thomas|2011|pp=111-112}} Pada tahun 1950-an, ia mengunjungi berbagai ''masid'' (pusat keagamaan) dan khalwat di Sudan, dan ia juga meminta panduan dari para syekh Sufi. Ia menjelaskan gagasan-gagasan barunya kepada para syekh, dan kadang-kadang pandangannya memicu pertengkaran.{{sfn|Thomas|2011|p=113}}
 
=== Konflik dengan Islamis ===
Mahmud ingin agar pengetahuan tersembunyi di khalwat-khalwat Sufi dapat disebarluaskan di Sudan.{{sfn|Thomas|2011|p=114}} Dalam kata lain, ia ingin agar semua orang "awam" bisa menjadi "khawass" (elit spiritual Sufi).{{sfn|Thomas|2011|p=113}} Ia juga berusaha meyakinkan orang bahwa masyarakat dan Islam perlu dibebaskan dari ketakutan. Mahmud sendiri tidak menyampaikan gagasan-gagasan Sufinya yang lebih "liar" di muka umum. Di sisi lain, ia merasa perlu menyadarkan orang akan pentingnya mereformasi [[syariat Islam|syariat]] sebelum mereka dapat mempelajari gagasan-gagasan Sufi yang lebih mendalam. Pada akhir 1950-an, kuliah yang ia sampaikan di Wad Medani diberi judul "Syariat Islam tidaklah abadi".{{sfn|Thomas|2011|p=114}} Islam versi Mahmud juga tidak menerima berbagai dalil [[fikih]], terutama yang terkait dengan [[hak perempuan]].{{sfn|Thomas|2011|p=119}}
 
Pada Januari 1960, lembaga Al-Mahadul Ilmi (belakangan menjadi [[Universitas Islam Omdurman]]) melayangkan serangan terhadap Mahmud Muhammad Taha.{{sfn|Thomas|2011|p=119}} Sejak selesai berkhalwat, Mahmud sudah tidak lagi menunaikan salat lima waktu,{{sfn|Thomas|2011|p=112}} walaupun pengikutnya masih harus melakukannya.{{sfn|Thomas|2011|p=119}} Menurut Mahmud, ia tidak perlu menjalankan kewajiban tersebut karena ia sudah mencapai tahap ''wusul'' (secara harfiah berarti "ketibaan''), yaitu ketika seseorang mencapai kebahagiaan abadi yang menjadi permulaan penyatuan dengan Allah.{{sfn|Thomas|2011|p=112}} Akibat hal ini, Al-Mahadul Ilmi menyatakan bahwa Mahmud adalah seorang kafir yang boleh dibunuh.{{sfn|Thomas|2011|p=119}}
<!--
== Falsafah ==