Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Pranala luar: tidak perlu arsip. hapus yang tidak relevan
Baris 112:
Dari hasil pertemuan tersebut, pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafi'i Anwar menghadap{{butuh pemastian}} Menristek Prof. [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional.{{butuh rujukan}} Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tetapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto.{{butuh rujukan}} Dia juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim.{{butuh rujukan}} Sebanyak 49 orang{{siapa}} cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.{{butuh rujukan}}
 
 
== Tokoh B.J. Habibie dan Soeharto ==
 
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden [[Soeharto]]. Beliau juga mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.