Sultan Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.6
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Berikut ini adalah daftar figur-figur pemimpin yang memerintah di [[Kesultanan Banjar]] yang disebut Paduka Seri Sultan Banjar atau SusunanSusuhunan, Panembahan Banjarmasin.<ref>{{nl}} {{cite book
|pages=165
|url= http://books.google.co.id/books?id=XgQVAAAAQAAJ&dq=Tahhmid%20Illah%20II&pg=PA165#v=onepage&q=Tahhmid%20Illah%20II&f=false
Baris 90:
<td align="center" bgcolor="#DDEEFF">[[1645]]-[[1660]]</td>
<td bgcolor="#DDEEFF">Pangeran Kasuma Alam bergelar [[Saidullah dari Banjar|Sultan Saidullah]] bin Sultan [[Inayatullah]]</td>
<td bgcolor="#DDEEFF">* Raja Martapura. Nama lahirnya '''Raden Kasuma Alam'''. Sultan Saidullah memiliki saudara sebapak yaitu '''Raden Kasuma Lelana'''. Kepala Pemerintahan/mangkubumi tetapa dipegang Pangeran di Darat yang kini bergelar [[Panembahan di Darat]]. Setelah wafatnya Panembahan di Darat jabatan mangkubumi dilanjutkan pamannya Pangeran Dipati Anta-Kasuma, terakhir dilanjutkan paman tirinya Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit). Terdapat masa kekosongan Sultan selama setahun sebelum dia ditabalkan, dan menjalankan "kekuasaan" saat itu adalah mangkubumi Pangeran di Darat.<ref name="hikayat banjar"/> Gelar lain: Wahidullah/[[Ratu Anum]]/Ratu Anumdullah/Sultan Ratu. Sultan Ratu memiliki dua putera yaitu Pangeran Suria Angsa (Raden Bagus/Sultan Amrullah) dan Pangeran Suria Negara (Raden Basus/Pangeran Dipati Tuha).<ref>{{en}} {{cite book|pageslast=127Souza|first=George Bryan|year=2004|url=http://books.google.co.id/books?id=nPyg0evI8ykC&lpg=PA126&dq=suria%20angsa%20suria%20negara&pg=PA127#v=onepage&q=suria%20angsa%20suria%20negara&f=false|title=The Survival of Empire: Portuguese Trade and Society in China and the South China Sea 1630-1754|first=George Bryan|last=Souza|publisher=Cambridge University Press|year=2004|isbn=0521531357|pages=127}}ISBN 9780521531351</ref> Keturunannya menjadi Raja-raja Banjar dan Tanah Bumbu.</td>
</tr>
<tr>
Baris 121:
<td align="center">[[1700]]-[[1717]]</td>
<td>Pangeran Suria Alam bergelar [[Sultan Tahmidullah I]]/Panembahan Kuning bin Sultan Amarullah Bagus Kasuma</td>
<td>* Raja Kayu Tangi. Tahmidullah I (Sulthan Tahlilloellah 2 ?) memiliki dua putera dewasa, yang tertua adalah Sultan Ilhamidullah/Sultan Kuning/Sultan Badarul Alam dan yang kedua Sultan Sepuh/Tamjidullah I.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=zTwsAAAAYAAJ&dq=aroeng%20van%20pagattan&pg=PA7#v=onepage&q=aroeng%20van%20pagattan&f=true {{nl}} Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart, D. A. Thieme, 1865]</ref><ref name="pegustian">{{id}}Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001</ref> Sedangkan penguasa daerah Negara dijabat oleh Pangeran Mas Dipati<ref>{{Cite web |url=http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2011-07-19 |archive-date=2012-01-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120118065114/http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |dead-url=yes }}</ref>Trah keturunan Sultan Tahmisillah I menjadi Sultan-[[sultan Sumbawa]]. Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II/Gusti Mesir Abdurrahman/Dewa Pangeran (Sultan Sumbawa (1763 - 1766) merupakan seorang putera dari Pangeran Aria bin Sultan Tahmidillah (ke-1). Sebagai menantu Sultan Sumbawa. kemudian dia dilantik sebagai Sultan Sumbawa berikutnya oleh Datu Taliwang (raja daerah Taliwang yang juga keturunan Raja Banjar Sultan Hidayatullah I).<ref>{{Cite web |url=http://ihinsolihin.com/sastra/sejarah-raja-pemerintahan-di-sumbawa |title=SEJARAH RAJA & PEMERINTAHAN DI SUMBAWA |access-date=2012-11-11 |archive-date=2012-11-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20121126095810/http://ihinsolihin.com/sastra/sejarah-raja-pemerintahan-di-sumbawa/ |dead-url=yes }}</ref></td></td>
</tr>
<tr>
Baris 195:
<td align="center" bgcolor="#DDEEFF">[[1862]]-[[1905]]</td>
<td bgcolor="#DDEEFF">[[Sultan Muhammad Seman]] bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin</td>
<td bgcolor="#DDEEFF">* Raja [[Pagustian]]/Kastapura.<ref>{{id}} {{cite book|pageslast=216Susanto|first=A. Budi|year=2007|url=http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA217&dq=Tamanggung%20Jaya%20Dauk&pg=PA217#v=onepage&q&f=false|title=Masihkah Indonesia|first=A. Budi|last=Susanto|publisher=Kanisius|yearisbn=20079792116575|isbnpages=9792116575216|access-date=2012-11-08|archive-date=2014-03-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20140318105836/http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA217&dq=Tamanggung%20Jaya%20Dauk&pg=PA217#v=onepage&q&f=false|archive-date=2014-03-18|dead-url=yes}}ISBN 9789792116571</ref> Sebagai kepala Pemerintahan [[Pagustian]] meneruskan perjuangan ayahnya, Pangeran [[Antasari]] melawan kolonial Belanda dengan dibantu kakaknya Panembahan Muda/Gusti Muhammad Said sebagai mangkubumi dan [[Panglima Batur]] sebagai panglima perang. Ia melantik menantunya [[Pangeran Perbatasari]] bin Panembahan Muhammad Said sebagai [[Mangkubumi]] menggantikan almarhum ayahandanya. Pangeran Perbatasari tertangkap di daerah Pahu, [[Kutai Barat]] dan dibuang ke [[Kampung Jawa Tondano]]. Sultan Muhammad Seman sempat mengirim [[Panglima Bukhari]] ke [[Kandangan]] untuk mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Muhammad Seman gugur pada [[24 Januari]] [[1905]] ditembak Belanda yang mengakhiri [[Perang Banjar]] dan banyak para pahlawan pejuang yang tertangkap, Pangeran Aminullah (menantu Pangeran Prabu Anom) dibuang ke Surabaya, Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor, keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap diasingkan ke Bengkulu, dan sebagai penerus Sultan Muhammad Seman adalah Gusti Berakit. Negeri Banjar menjadi sepenuhnya di bawah pemerintahan Residen Belanda dilanjutkan [[Gubernur Haga]], [[Pimpinan Pemerintahan Civil]], [[Pangeran Musa Ardi Kesuma]] (Ridzie Zaman Jepang), [[Pangeran Muhammad Noor]] (Gubernur Kalimantan I), sekarang menjadi [[Provinsi Kalimantan Selatan]].</td>
</tr>
<tr>
Baris 203:
<td>*Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah zuriat dari Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman. Pada masa kemelut Perang Banjar, hanya Pangeran Singosari (saudara Sultan Adam) dan Pangeran Surya Mataram (anak Sultan Adam) yang masih dipercaya oleh rakyat Banjar sebagai tempat mengadukan segala permasalahan pada masa itu. Pangeran Singosari merupakan "perwakilan" Kesultanan Banjar di Banua Lima. Setelah lama mengalami kevakuman, para zuriat Kesultanan Banjar bertekad "Maangkat Batang Tarandam" untuk menghidupkan kembali Kesultanan Banjar. Maka melalui musyawarah Tinggi Adat, para zuriat yang tergabung dalam [http://kesultananbanjar.com Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar] (LAKKB), pada [http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2010/7/25/51319/khairul-jadi-raja-muda-banjar 24 Juli 2010] resmi menganugerahkan gelar Pangeran dan menobatkan Gusti Khairul Saleh (Bupati Kabupaten Banjar 2005-2015) sebagai [http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/59/3454 Raja Muda Banjar] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130405080002/http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/59/3454 |date=2013-04-05 }} dan seterusnya diangkat menjadi Sultan Banjar.</td>
</tr>
<tr> </tr>
</tr>
</table>
<noinclude>