Kesultanan Melaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengganti Flag_of_the_Majapahit_Empire.svg dengan File:Majapahit_fictitious_flag.svg (berkas dipindahkan oleh CommonsDelinker; alasan: File renamed: Criterion 1 (original uploader’s requ
Ariyanto (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: Disana → di sana
Baris 61:
== Pendirian ==
{{utama|Parameswara}}
Setelah dilakukan penelitian sejarah, baik dari buku "Sejarah Melayu" karya Tun Sri Lanang, buku "Hikayat Raja-raja Pasai" karya Syekh Nuruddin Raniri, buku "Riwayat Negeri Malaka" dalam bahasa Portugis karya Barros pada tahun 1553, catatan orang Tionghoa, juga dengan Babad Tanah Jawa Pararaton (raja-raja), dapat diambil kesimpulan bahwa pada permulaan abad ke 14, negeri Malaka masih di bawah kekuasaan Siam.<ref name=":0">Prof. Dr. Hamka (2016) "Sejarah Umat Islam" Jakarta : Gema Insani</ref> Disanadi sana belum ada kerajaan. Akan tetapi, di Tanah Jawa, telah muncul Kerajaan Hindu Majapahit yang menjadi lawan kuat Siam dalam memperebutkan kekuasaan di Selat Malaka, terutama pada tahun 1331, ketika Patih Gajah Mada mendapat kepercayaan tinggi dari Batara Majapahit. Setelah Patih Gajah Mada naik, digariskanlah politik yang tegas, yaitu memperluas kekuasaannya dan merebut wilayah kekuasaan Siam. Majapahit pun menyerang Palembang, Singapura dan Samudra Pasai. Padahal, saat itu, di Singapura masih berdiri sebuah kerajaan Hindu.
 
Dengan jatuhnya Kerajaan Melayu Hindu di Singapura karena serangan Majapahit, Raja Singapura berangkat melarikan diri dari Singapura. Raja tersebut bernama Permaisura.<ref name=":0" /> Mula-mula, bersembunyilah beliau ke sebuah kampung di sebelah utara Pulau Singapura. Dari sana, ia menyeberang ke Semenanjung Melayu melalui Johor. Kemudian, terus ke negeri Muar. Dari Muar, diteruskannya perjalanan ke Sungai Ujung, hingga akhirnya beliau sampai di Malaka. Pada saat itu, Malaka merupakan wilayah kekuasaan Siam.
Baris 74:
 
== Hubungan dengan kekuatan regional ==
Dengan sangat hati-hati Sultan Muhammad Syah mengendalikan politik luar negerinya. Gangguan dari Majapahit tidak begitu ditakutinya lagi, karena Gajah Mada telah meninggal pada 1364 dan Prabu Hayam Wuruk pun telah meninggal pada 1389. Majapahit pada saat itu hanya menguasai daerahnya di Jawa saja. Kerajaan tetangga yang paling dekat ialah Siam. Dengan Siam, dijagalah politik bertetangga dengan baik. Malaka membayar upeti 40 tahil emas setahun.<ref name=":0" /> Sementara itu, Kerajaan yang amat diseganinya ketika itu ialah Tiongkok. Sebab, hubungan Tiongkok dengan tanah-tanah Melayu sudah lama adanya.
 
Pada awal tahun 1403, terjadi pergeseran kekuasan di Tiongkok dalam keluarga Dinasti Ming. Maharaja Cheng Tsu merebut kekuasaan dari Maharaja Hwui Ti. Sultan Muhammad Syah memperhitungkan bahwa raja yang baru naik pasti akan menang, jika hubungan dengan negeri-negeri selatan diperkukuh. Dengan tidak ragu lagi, Sultan mengirim utusan ke Tiongkok untuk menghadap raja yang baru menang itu, untuk mengikat tali persahabatan. Karena hubungannya dengan Tiongkok telah kuat, Sultan mulai menghentikan pengiriman upetinya ke Siam. Dengan itu, Maharaja Tiongkok memberikan pengakuan, bahwa Malaka diakui oleh Tiongkok di bawah perlindungannya, kalau ada serangan dari luar.<ref name=":0" />