Muslich: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k clean up
Baris 7:
KH Muslich dilahirkan di desa Tambaknegara Kecamatan [[Rawalo]] Kabupaten [[Banyumas]] tahun 1910 dan hidup di lingkungan pedesaan yang santri. Ayahnya bernama Hasan Basari dan ibunya bernama Sri Inten. Selesai Sekolah Rakyat-SR, Muslich melanjutkan belajar ke Madrasah Mambaul Ulum Solo hingga kelas sembilan. Siang harinya Ia belajar di pesantren Sunniyah Keprabon Tengah dan malam harinya belajar mengaji al-Qur’an di Pesantren KH Cholil Kauman. Ia Juga belajar kitab fiqih di Pesantren Keprabon dan Jamsaren.
Selama berada di Surakarta, Muslich banyak mengikuti kursus-kursus agama Islam dan pengetahuan umum dari berbagai kalangan. Secara temporer, Ia juga belajar mengaji dan mondok di Pesantren Bogangin Sumpiuh, Leler Kebasen, Tebuireng Jombang, [[Tremas, Arjosari, Pacitan|Tremas, Pacitan]] dan [[Panggungharjo, Sewon, Bantul|Krapyak]]. Untuk memperoleh pengetahuan umum ia tempuh dengan otodidak dengan banyak membaca dan diskusi dengan para tokoh yang ditemui.
 
=== Pergerakan dan Aktivisme di NU ===
Pada zaman pergerakan kemerdekaan, Muslich menjadi anggota kepanduan SIAP (Syariat Islam Afdeling Pandu), waktu itu usianya baru 16 tahun. Setelah itu menjadi anggota Pemuda Muslimin Indonesia dan menjadi anggota [[Partai Syarikat Islam Indonesia|Partai Sarikat Islam Indonesia]] (PSII). Setelah [[HOS Tjokroaminoto]] meninggal dunia, Muslich dipecat dari PSII oleh [[Abikoesno Tjokrosoejoso|Abikusno Tjokrosujoso]] bersama [[Abdoel Moethalib Sangadji|AM Sangaji]], Mr [[Mohamad Roem|Muhammad Roem]] dan H [[Agus Salim]]. Bersama teman-temannya yang dipecat kemudian ia mendirikan Gerakan Penyadar PSII yang dipimpin oleh H Agus Salim.
Setelah gerakan penyadar tidak aktif, Muslich baru bergabung ke dalam pengurus cabang NU Cilacap, kemudian dipromosikan sebagai pengurus NU wilayah Jawa Tengah dan akhirnya dipromosikan lagi menjadi pengurus besar NU di Jakarta. Kariernya yang cemerlang dan meyakinkan tersebut menjadikannya sebagai kader yang militan. Oleh karena itu, ketika NU bergabung dalam Masyumi (1946) Muslich ikut ke dalamnya dan ketika NU keluar dari Masyumi (1952) Muslich juga ikut keluar. Ia selalu mengikuti perkembangan situasi baik ketika NU bergabung ke dalam [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] (1973) maupun ketika kembali ke khittah 1926. Walaupun hanya sebatas mengamati, karena perhatinnya sudah tersita untuk bidang pendidikan yang digelutinya sejak lama.
 
=== Menjadi Guru dan Penghulu ===