Krisis Timor Timur 1999: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonas Carsten (bicara | kontrib)
Kembali pengalihan, sesuai dengan Wikipedia bahasa Jerman, karena Peristiwa ini tidak disebut sebagai “Krisis Timor Timur 1999” aslinya. Dan waktu tanggal meliputi sampai tahun 2002, bukan hanya tahun 1999.
Tag: Pengalihan baru Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Jonas Carsten (bicara | kontrib)
alihkan ke Operasi Donner secara penuh.
Tag: Penggantian Pengembalian manual
Baris 1:
#ALIH [[Operasi Donner]]
 
== Latar belakang ==
{{see also|Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|Kejatuhan Soeharto}}
[[File:Habibie presidential oath.jpg|thumb|left|Presiden [[B. J. Habibie]] mengambil sumpah jabatan presiden pada 21 Mei 1998.]]
 
Kemerdekaan Timor Timur, atau bahkan otonomi daerah yang terbatas, tidak diperbolehkan di bawah rezim [[Orde Baru]]. Kendati opini publik Indonesia pada tahun 1990-an kadang-kadang menunjukkan apresiasi yang kurang baik terhadap orang Timor, secara luas dikhawatirkan bahwa kemerdekaan Timor Timur akan mengacaukan persatuan Indonesia.<ref>Schwarz (1994), p. 228.</ref> Upaya mediasi baru yang ditengahi [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] antara [[Indonesia]] dan [[Portugal]] dimulai pada awal 1997.<ref>Marker (2003), p. 7.</ref> [[Krisis finansial Asia 1997]], bagaimanapun, menyebabkan pergolakan luar biasa di Indonesia dan menyebabkan [[Kejatuhan Soeharto|pengunduran diri Suharto]] pada Mei 1998, mengakhiri 32 tahun masa kepresidenannya.<ref name="Nev82">Nevins, p. 82.</ref> [[Prabowo Subianto|Prabowo]] yang pada saat itu menjabat sebagai komandan Cadangan Strategis Indonesia yang kuat, pergi ke pengasingan di [[Yordania]] dan operasi militer di Timor Timur merugikan pemerintah Indonesia yang bangkrut satu juta dolar per hari.<ref name="Friend 433">Friend (2003), p. 433.</ref> Periode [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|"reformasi"]] yang relatif terbuka, termasuk perdebatan yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang hubungan Indonesia dengan Timor Timur. Selama sisa tahun 1998, forum-forum diskusi berlangsung di seluruh Dili untuk mengupayakan [[referendum]].<ref name="Friend 433"/> [[Menteri luar negeri|Menlu]] [[Ali Alatas]] menggambarkan rencana otonomi bertahap yang mengarah pada kemungkinan kemerdekaan sebagai "hanya rasa sakit, tanpa ada keuntungan" bagi Indonesia.<ref>John G. Taylor, ''East Timor: The Price of Freedom'' (New York: St. Martin's Press, 1999; 1st ed., 1991), p.xv. Cited in Friend (2003), p. 433</ref> Pada tanggal 8 Juni 1998, tiga minggu setelah menjabat, [[B. J. Habibie]] mengumumkan bahwa Indonesia akan segera menawarkan Timor Timur rencana khusus untuk [[otonomi]].<ref name="Nev82"/>
 
Pada akhir tahun 1998, Pemerintah Australia [[John Howard]] mengirim surat kepada Indonesia yang berisi nasihat tentang perubahan kebijakan [[Australia]], dan menganjurkan referendum kemerdekaan dalam satu dekade. Presiden Habibie melihat bahwa rencana Indonesia di Timor Timur seperti "pemerintahan kolonial" dari Indonesia dan dia memutuskan untuk mengadakan referendum cepat mengenai masalah ini.<ref>{{cite news |url=http://www.abc.net.au/news/2008-11-16/howard-pushed-me-on-e-timor-referendum-habibie/207044 |title=Howard pushed me on E Timor referendum: Habibie |work=ABC News |date=15 November 2008 |access-date=26 Mei 2022}}</ref>
 
Indonesia dan Portugal mengumumkan pada tanggal 5 Mei 1999 bahwa pemungutan suara akan diadakan yang memungkinkan rakyat Timor Timur untuk memilih antara rencana otonomi atau kemerdekaan. Pemungutan suara, yang akan diselenggarakan oleh [[Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur|Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur (UNAMET)]], semula dijadwalkan pada 8 Agustus tetapi kemudian ditunda hingga 30 Agustus. Indonesia juga bertanggung jawab atas keamanan; rencana ini menimbulkan kekhawatiran di Timor Timur, tetapi banyak pengamat percaya bahwa Indonesia akan menolak untuk mengizinkan penjaga perdamaian asing selama pemungutan suara.<ref>Nevins, pp. 86–89.</ref>
 
== Pemungutan suara dan kekerasan ==
[[File:Alexius zerstörtes Dili 2000.jpg|thumb|Kehancuran di Dili.]]
 
{{Main|Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999}}
 
Ketika kelompok-kelompok pendukung otonomi dan kemerdekaan mulai berkampanye, serangkaian [[Milisi pro-Indonesia di Timor Leste|kelompok paramiliter pro-integrasi]] dari Timor Timur mulai mengancam kekerasan—dan memang melakukan kekerasan—di seluruh negeri. Dengan tuduhan bias pro-kemerdekaan di pihak UNAMET, kelompok-kelompok tersebut terlihat bekerja sama dan menerima pelatihan dari tentara Indonesia. Sebelum kesepakatan Mei diumumkan, serangan paramiliter bulan April di [[Liquiçá]] oleh milisi pro-Indonesia [[Besi Merah Putih]] menyebabkan puluhan orang Timor Timur tewas. Pada tanggal 16 Mei 1999, komplotan yang didampingi oleh tentara Indonesia menyerang tersangka aktivis kemerdekaan di desa Atara; pada bulan Juni kelompok lain menyerang kantor UNAMET di [[Maliana]]. Pihak berwenang Indonesia mengaku tidak berdaya untuk menghentikan apa yang diklaimnya sebagai kekerasan antara faksi-faksi Timor Timur yang saling bersaing, tetapi [[José Ramos Horta|Ramos-Horta]] orang lain mencemooh gagasan semacam itu.<ref>Nevins, pp. 83–88.</ref> Pada Februari 1999 ia berkata: "Sebelum [Indonesia] mundur, mereka ingin membuat kekacauan besar dan destabilisasi, seperti yang selalu mereka janjikan. Kami telah secara konsisten mendengar bahwa selama bertahun-tahun dari militer Indonesia di Timor."<ref>Quoted in Nevins, p. 84.</ref>
 
Ketika para pemimpin milisi memperingatkan akan "pertumpahan darah", "[[duta besar keliling]]" Indonesia [[Francisco Xavier Lopes da Cruz|Francisco Lopes da Cruz]] menyatakan: "Jika orang menolak otonomi, ada kemungkinan darah akan mengalir di Timor Timur."<ref>Both quoted in Nevins, p. 91.</ref> Seorang pemimpin paramiliter mengumumkan bahwa "lautan api" akan terjadi saat pemungutan suara untuk kemerdekaan.<ref>Quoted in Nevins, p. 92.</ref> Saat tanggal pemungutan suara semakin dekat, laporan tentang kekerasan anti-kemerdekaan terus beredar.<ref>International Federation for East Timor Observer Project. [http://www.etan.org/ifet/report7.html "IFET-OP Report #7: Campaign Period Ends in Wave of Pro-Integration Terror"]. 28 Agustus 1999. Diakses pada 26 Mei 2022.</ref>
 
Hari pemungutan suara, 30 Agustus 1999, berlangsung dengan tenang dan tertib. 98,6% pemilih terdaftar memberikan suara, dan pada 4 September Sekjen PBB [[Kofi Annan]] mengumumkan bahwa 78,5 persen suara telah diberikan untuk kemerdekaan.<ref name="Shah">Shah, Angilee. [http://www.international.ucla.edu/article.asp?parentid=53444 "Records of East Timor: 1999"] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080102154438/http://www.international.ucla.edu/article.asp?parentid=53444 |date=2 Januari 2008 }}. 21 September 2006. Online at the UCLA International Institute. Diakses pada 26 Mei 2022.</ref>
Didorong oleh desakan "Orde Baru" bahwa orang Timor Timur mendukung integrasi, orang Indonesia terkejut atau tidak percaya bahwa orang Timor Timur telah memilih untuk tidak menjadi bagian dari Indonesia. Banyak yang menerima jika berita media menyalahkan PBB dan Australia karena telah menekan Habibie untuk sebuah resolusi.<ref>Vickers (2003), p. 215</ref>
 
Ketika staf UNAMET kembali ke Dili setelah pemungutan suara, beberapa kota mulai dihancurkan secara sistematis. Dalam beberapa jam setelah pengumuman hasil, kelompok paramiliter mulai menyerang orang-orang dan membakar di sekitar ibu kota Dili. Wartawan asing dan pemantau pemilu melarikan diri, dan puluhan ribu orang Timor Leste melarikan ke gunung. Geng Muslim Indonesia menyerang gedung [[Keuskupan]] Katolik Dili, menewaskan dua lusin orang; keesokan harinya, markas besar [[Komite Internasional Palang Merah|ICRC]] diserang dan dibakar habis. Hampir seratus orang terbunuh di [[Suai]], dan laporan tentang pembantaian serupa membludak di Timor Timur.<ref>Nevins, pp. 100–104.</ref> Sebagian besar staf PBB yang dikurung di kompleks mereka di Dili, yang telah dibanjiri pengungsi, menolak untuk mengungsi kecuali para pengungsi itu ditarik juga, bersikeras bahwa mereka lebih baik mati di tangan kelompok paramiliter.<ref name="Shah"/> Pada saat yang sama, pasukan Indonesia dan geng paramiliter memaksa lebih dari 200.000 orang ke [[Timor Barat]], ke kamp-kamp yang digambarkan oleh [[Human Rights Watch]] sebagai "kondisi yang menyedihkan".<ref>[https://www.hrw.org/reports/1999/wtimor "Indonesia/East Timor: Forced Expulsions to West Timor and the Refugee Crisis"]. ''[[Human Rights Watch]]''. Desember 1999. Diakses pada 26 Mei 2022.</ref> Setelah beberapa minggu, Pemerintah Australia menawarkan untuk mengizinkan para pengungsi di kompleks PBB bersama dengan staf PBB untuk dievakuasi ke [[Darwin, Wilayah Utara|Darwin]], dan semua pengungsi kecuali empat staf PBB dievakuasi.
 
Ketika delegasi PBB tiba di [[Jakarta]] pada tanggal 8 September, mereka diberitahu oleh [[Presiden Indonesia|Presiden]] B.J. Habibie bahwa laporan pertumpahan darah di Timor Timur adalah "fantasi" dan "kebohongan".<ref>Quoted in Nevins, p. 104.</ref> [[Jenderal]] [[Wiranto]] dari militer Indonesia bersikeras bahwa tentaranya memiliki situasi di bawah kendali, dan kemudian mengungkapkan perasaannya untuk Timor Timur dengan menyanyikan lagu hit 1975 "[[Feelings (lagu Morris Albert)|Feelings]]" di sebuah acara untuk para istri perwira militer.<ref>Nevins, p. 107.</ref><ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/626256.stm "Wiranto – survivor with iron will"]. [[BBC News]]. 13 Februari 2000. Online at [[bbc.co.uk]]. Diakses pada 26 Mei 2022.</ref>
 
== Penarikan pasukan Indonesia dan pasukan penjaga perdamaian ==
{{main|INTERFET}}
 
Kekerasan tersebut disambut dengan kemarahan publik yang meluas di Australia, Portugal dan di tempat lain dan para aktivis di Portugal, Australia, Amerika Serikat dan negara-negara lain menekan pemerintah mereka untuk mengambil tindakan. [[Perdana Menteri Australia]] [[John Howard]] berkonsultasi dengan Sekjen PBB [[Kofi Annan]] dan melobi [[Presiden Amerika Serikat|Presiden AS]] [[Bill Clinton]] untuk mendukung pasukan penjaga perdamaian internasional yang dipimpin Australia untuk memasuki Timor Timur guna mengakhiri kekerasan. Amerika Serikat menawarkan sumber daya logistik dan intelijen yang penting dan kehadiran pencegah "di luar cakrawala", tetapi tidak mengerahkan pasukan untuk operasi tersebut. Akhirnya, pada 11 September, Bill Clinton mengumumkan:<ref name="abc.net.au">{{cite web |url=http://www.abc.net.au/news/howardyears/content/s2422684.htm |archive-url=https://web.archive.org/web/20100923201217/http://www.abc.net.au/news/howardyears/content/s2422684.htm |title=The Howard Years: Episode 2: "Whatever It Takes" |work=Program Transcript |date=24 November 2008 |archive-date=26 Mei 2022 |publisher=Australian Broadcasting Commission |access-date=26 Mei 2022}}</ref>
 
{{cquote|Saya telah menjelaskan bahwa kesediaan saya untuk mendukung bantuan ekonomi masa depan dari masyarakat internasional akan tergantung pada bagaimana Indonesia menangani situasi mulai hari ini.
}}
 
Indonesia, dalam [[Krisis finansial Asia 1997|kesulitan ekonomi yang parah]], mengalah. President [[B.J. Habibie]] mengumumkan pada 12 September bahwa Indonesia akan menarik tentaranya dan mengizinkan pasukan penjaga perdamaian internasional yang dipimpin Australia untuk memasuki Timor Timur.<ref>Nevins, p. 108.</ref> [[Garnisun]] Indonesia di timur pulau itu adalah [[Batalyon Infanteri 745|Batalyon 745]], yang sebagian besar ditarik melalui laut, tetapi satu [[kompi]], mengambil kendaraan batalyon dan alat berat, mundur ke barat sepanjang jalan pantai utara, menuju Dili dan perbatasan Indonesia, meninggalkan kematian dan kehancuran saat mereka pergi. Mereka membunuh lusinan penduduk desa yang tidak bersalah dan tidak bersenjata di sepanjang jalan dan, di dekat Dili, membunuh seorang [[:en:Sander Thoenes|jurnalis]] dan berusaha membunuh [[:en:Jon Swain|dua]] lagi.
 
Pada tanggal 15 September 1999, [[Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa|DK PBB]] menyatakan keprihatinannya atas situasi yang memburuk di Timor Timur, dan mengeluarkan [http://webarchive.loc.gov/all/20200117111425/http://daccess-ods.un.org/TMP/8437093.html Resolusi DK PBB 1264] yang menyerukan kekuatan multinasional untuk memulihkan perdamaian dan keamanan di Timor Timur, untuk melindungi dan mendukung misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di sana, dan untuk memfasilitasi operasi bantuan kemanusiaan sampai pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat disetujui dan dikerahkan di daerah tersebut.<ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/447639.stm UN approves Timor force], ''BBC News'', 15 September 1999</ref>
 
[[File:Arriving Dili '99-001.jpg|thumb|left|[[HMAS Jervis Bay (AKR 45)|HMAS Jervis Bay]] di Dili pada Oktober 1999.]]
[[INTERFET|Pasukan Internasional untuk Timor Timur]], atau INTERFET, di bawah komando Mayjen [[Peter Cosgrove]], memasuki Dili pada tanggal 20 September dan pada tanggal 31 Oktober pasukan Indonesia terakhir telah meninggalkan Timor Timur.<ref name="interfet">Nevins, pp. 108–110.</ref> Kedatangan ribuan tentara internasional di Timor Timur menyebabkan milisi melarikan diri melintasi perbatasan ke Indonesia, dimana serangan lintas batas sporadis oleh milisi terhadap pasukan INTERFET dilakukan
 
[[UNTAET|Administrasi Sementara PBB di Timor Timur]] (UNTAET) didirikan pada akhir Oktober dan mengatur wilayah itu selama dua tahun. Kontrol negara diserahkan kepada Pemerintah Timor Leste dan kemerdekaan dideklarasikan pada 20 Mei 2002.<ref>[https://www.un.org/apps/news/storyAr.asp?NewsID=3714&Cr=timor&Cr1= "New country, East Timor, is born; UN, which aided transition, vows continued help"] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110710034213/http://www.un.org/apps/news/storyAr.asp?NewsID=3714&Cr=timor&Cr1= |date=10 Juli 2011 }}. ''UN News Centre''. 19 Mei 2002. Diakses pada 26 Mei 2022.</ref> Pada tanggal 27 September di tahun yang sama, Timor Leste bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai anggota ke-191.<ref>[https://www.un.org/apps/news/storyAr.asp?NewsID=4863&Cr=Timor&Cr1= "UN General Assembly admits Timor-Leste as 191st member"] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071218112646/http://www.un.org/apps/news/storyAr.asp?NewsID=4863&Cr=Timor&Cr1= |date=18 Desember 2007 }}. ''UN News Centre''. 27 September 2002. Diakses pada 26 Mei 2022.</ref>
 
Sebagian besar pasukan militer INTERFET berasal dari Australia—lebih dari 5.500 tentara pada puncaknya, termasuk [[infanteri]] [[brigade]], dengan dukungan lapis baja dan penerbangan—sementara 22 negara lain akhirnya berkontribusi membentuk kekuatan yang pada puncaknya berjumlah lebih dari 11.000 tentara.<ref>Horner 2001, p. 9.</ref> Amerika Serikat memberikan dukungan logistik dan diplomatik yang penting selama krisis, [[kapal penjelajah]] [[USS Mobile Bay|USS ''Mobile Bay'']] beroperasi di laut lepas, sementara kapal Australia, Kanada, dan Inggris memasuki Dili. Sebuah [[batalyon]] infanteri Marinir AS yang terdiri dari 1.000 orang—ditambah baju besi dan artileri organik—juga ditempatkan di lepas pantai di atas [[USS Belleau Wood (LHA-3)|USS ''Belleau Wood'']] untuk menyediakan cadangan strategis jika terjadi oposisi bersenjata yang signifikan.<ref>See Smith 2003, p. 47 and 56 and Martin 2002, p. 113.</ref>
 
== Lihat pula ==
* [[Operasi Seroja]]
* [[Timor Timur|Provinsi Timor Timur]]
* [[Pendudukan Indonesia di Timor Timur]]
* [[Genosida Timor Timur]]
* [[Pembantaian Santa Cruz]]
* [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999]]
* [[Krisis Timor Leste 2006]]
* [[Konflik Papua]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Krisis Timor Leste 1999}}
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1999]]
[[Kategori:Pendudukan Indonesia di Timor Timur]]
[[Kategori:Timor Leste dalam tahun 1999]]