Bahasa Indonesia gaul: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AbangGemoy (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Yartsx (bicara | kontrib)
Baris 541:
Batas antara bahasa baku dan bahasa gaul tidak selalu kentara. Ada kalanya dalam suasana semi-formal, unsur-unsur bahasa gaul muncul dalam sebuah pembicaraan berbahasa baku. Misalkan dalam sebuah presentasi yang dihadiri oleh mitra kerja seumuran, pembicaraan mungkin hampir sepenuhnya dilakukan dalam bahasa baku, tetapi unsur bahasa gaul kadang akan muncul pada beberapa bagian supaya pembicaraan tidak terkesan terlalu kaku. Sebaliknya, unsur bahasa baku dapat juga hadir dalam pembicaraan santai berbahasa gaul. Hal ini berlaku selayaknya sebuah kontinum bahasa, penuturnya bisa memilih untuk berbicara pada titik mana antara ujung ekstrem bahasa baku dan ujung ekstrem bahasa gaul. Hal ini bergantung sepenuhnya pada pilihan pribadi penutur dalam menghadapi sebuah situasi sosial. Dalam tulisan bahasa baku, umumnya unsur-unsur bahasa gaul ditulis miring sebagaimana menulis unsur [[bahasa asing]] seperti bahasa Inggris. Ada kalanya, penulis juga menyertakan [[terjemahan]] atau padanannya dalam bahasa baku.<ref name=":4" />
[[Berkas:Sekolah Pelita Harapan Moves Forward to Education 4.0.jpg|jmpl|Bahasa pengantar pendidikan di Indonesia ialah bahasa Indonesia (baku), meski siswa-siswa mungkin berinteraksi menggunakan bahasa gaul di luar kelas.]]
Pemerintah melalui [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|Badan Bahasa]] sering kali melarang atau tidak menganjurkan penggunaan bahasa gaul, dan mempromosikan bahasa Indonesia baku atau ''bahasa baku'' yang baik dan benar sebagai satu-satunya ragam bahasa Indonesia yang sah. Bahasa baku merupakan bahasa utama yang disokong pemerintah untuk penyelenggaraan pemerintahan, pendidikan, media massa, sastra, administrasi, dan hukum di Indonesia. Hal ini membuat bahasa Indonesia baku dianggap sebagai bahasa yang mekanis dan [[Birokrasi|birokratis]], kadang juga dikritik sebagai bahasa yang ''tidak punya jiwa'' atau ''tidak kaya rasa'' yang berjarak dengan penuturnya. Meskipun demikian pada tahun 1980-an, [[Anton Moeliono]], mantan Kepala Badan Bahasa dan salah satu tokoh kunci pengembangan bahasa Indonesia, pernah mengakui secara pribadi tentang pentingnya bahasa gaul di samping bahasa baku. Ia menyadari bahwa bahasa Indonesia baku tidak memiliki ragam percakapan sehari-hari, sehingga bahasa gaul atau bahasa Jakarta dapat mengisi kekosongan ini. Ia juga menghendaki bahwasanya bahasa Jakarta sebaiknya tidak hanya digunakan di wilayah Jakarta saja, melainkan juga di berbagai wilayah lain di Indonesia sebagai [[bahasa percakapan]]<nowiki/>sehari-hari antaraantar orang Indonesia. Pendapat senada juga datang dari [[Harimurti Kridalaksana]], seorang pakar bahasa dan sastra Indonesia, yang menyarankan pendekatan lebih positif terhadap bahasa gaul dan mengakui potensi penggunaan bahasa gaul dan bahasa baku yang melengkapi satu sama lain.<ref name=":3" /><ref name=":4" /><ref name=":1" /><ref name=":0" /><ref>{{Cite book|last=M.Pd|first=Sukirman Nurdjan, S. S.|last2=M.Pd|first2=Firman, S. Pd|last3=M.Pd|first3=Mirnawati, S. Pd|date=2016-08-29|url=https://books.google.com/books?id=iiurDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=bahasa+nonbaku+di+indonesia&hl=id|title=BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI|publisher=Penerbit Aksara TIMUR|isbn=978-602-73433-6-8|language=id}}</ref>
[[Berkas:BIPA photograph.jpg|jmpl|Buku Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing]]
Bahasa Indonesia ragam gaul adalah bahasa pertama yang diajarkan kepada [[Anak|anak-anak]] dalam keluarga penutur bahasa Indonesia. [[Orang tua]] tidak berbicara dalam bahasa baku di rumah. Penguasaan bahasa Indonesia baku baru terjadi ketika anak mempelajarinya di sekolah. Karena utamanya penguasaan bahasa Indonesia baku terjadi dalam ranah [[pendidikan formal]], orang yang tidak mengenyam pendidikan atau tidak sepenuhnya turut serta dalam pendidikan menjadi kesulitan menggunakan bahasa Indonesia baku.<ref name=":4" /> Tak jarang [[peserta didik]] merasa kebingungan karena bahasa Indonesia yang mereka dapatkan di sekolah (bahasa baku) dengan yang mereka jumpai sehari-hari (bahasa gaul) cukup berbeda.<ref>{{Cite book|last=T.J|first=Rahma Barokah|date=2021-01-21|url=https://books.google.com/books?id=SwMWEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA23&dq=bahasa+gaul+bahasa+jakarta&hl=id|title=Berfikir Cerdas dengan Bahasa Indonesia|publisher=GUEPEDIA|isbn=978-602-18206-8-1|language=id}}</ref>