Muhammad bin Abdul Wahhab: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Baris 60:
Saudara kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, menceritakan betapa bangganya syekh Abdul Wahab, ayah mereka, terhadap kecerdasan Muhammad. Ia pernah berkata, "Sungguh aku telah banyak mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan anakku Muhammad, terutama di bidang ilmu fikih".
 
Setelah mencapai usia dewasa, syekh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb diajak oleh ayahnya untuk bersama-sama pergi ke tanah suci [[Makkah]] untuk menunaikan rukun [[Islam]] yang kelima - mengerjakan [[haji]] di Baitullah. Ketika telah selesai menunaikan ibadah haji, ayahnya kembali ke Uyainah sementara Muhammad tetap tinggal di Makkah selama beberapa waktu dan menimba ilmu di sana. Setelah itu, ia pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama di sana. Di Madinah, ia berguru pada dua orang ulama besar yaitu [[syekh Abdullah bin Ibrahim bin Saif an-Najdi]] dan [[:en:Mohammad_Hayya_AlMohammad Hayya Al-Sindhi|syekh Muhammad Hayah al-Sindi]].
 
=== Kehidupannya di Madinah ===
Baris 85:
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab memulai pergerakan di kampungnya sendiri, Uyainah. Ketika itu, Uyainah diperintah oleh seorang [[Amir]] (penguasa) bernama [[Usman bin Muammar]]. Amir Usman menyambut baik ide dan gagasan Syekh Muhammad, bahkan dia berjanji akan menolong dan mendukung perjuangan tersebut.
 
Suatu ketika, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab meminta izin pada Amir Usman untuk menghancurkan sebuah bangunan yang dibangun di atas maqam Zaid bin al-Khattab Radhiyallahu Anhu. [[:en:Zayd_ibn_UmarZayd ibn Umar|Zaid bin al-Khattab Radhiyallahu Anhu]] adalah saudara kandung [[:en:Umar|Umar bin al-Khattab Radhiyallahu Anhu]], Khalifah Rasulullah ﷺ yang kedua. Menurut pendapatnya, membuat bangunan di atas kubur dapat menjurus kepada kemusyrikan.
 
Amir menjawab "Silakan, tidak ada seorang pun yang boleh menghalangi tujuan yang mulia ini". Khawatir akan terjadi aksi penghalangan oleh penduduk yang tinggal berdekatan maqam tersebut, lalu Amir menyediakan 600 orang tentara untuk mengawal bersama-sama Syeikh Muhammad untuk merobohkan bangunan diatas makam yang dikeramatkan itu.
 
Sebenarnya apa yang mereka sebut sebagai makam [[:en:Zayd_ibn_UmarZayd ibn Umar|Zaid bin al-Khattab]]. yang gugur sebagai syuhada’ Yamamah ketika menumpaskan gerakan Nabi Palsu (''Musailamah al-Kazzab'') di negeri Yamamah suatu waktu dulu, hanyalah berdasarkan prasangka belaka. Karena di sana terdapat puluhan syuhada’ (pahlawan) [[Yamamah]] yang dikebumikan tanpa jelas lagi pengenalan mereka.
 
Bisa saja yang mereka anggap makam Zaid bin al-Khattab itu adalah makam orang lain. Tetapi oleh karena masyarakat setempat di situ telah telanjur beranggapan bahwa itulah makam Zaid, mereka pun mengeramatkannya dan membangun sebuah bangunan di atasnya. Bangunan di atas makam tersebut kemudian dihancurkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab atas bantuan Amir Uyainah, Usman bin Muammar.
Baris 106:
 
=== Kehidupannya di Dir'iyyah ===
Sesampainya Syekh Muhammad di sebuah kampung wilayah Dir'iyyah yang tidak berapa jauh dari tempat kediaman Amir [[:en:Muhammad_bin_Saud_Al_MuqrinMuhammad bin Saud Al Muqrin|Muhammad bin Saud Al Muqrin]] (pemerintah wilayah Dir’iyyah), Syekh menemui seorang penduduk di kampung itu, orang tersebut bernama [[Muhammad bin Suwailim al-`Uraini]]. Ibn Suwailim ini adalah seorang yang dikenal soleh oleh masyarakat setempat. Syeikh kemudian meminta izin untuk tinggal bermalam di rumahnya sebelum ia meneruskan perjalanannya ke tempat lain. Pada awalnya ia ragu-ragu menerima Syekh di rumahnya, karena suasana Dir'iyyah dan sekelilingnya pada waktu itu tidak aman. Namun, setelah Syeikh memperkenalkan dirinya serta menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke negeri Dir’iyyah, yaitu hendak menyebarkan dakwah Islamiyah dan membenteras kemusyrikan, barulah Muhammad bin Suwailim ingin menerimanya sebagai tamu di rumahnya.
 
Peraturan di Dir'iyyah ketika itu mengharuskan setiap pendatang melaporkan diri kepada penguasa setempat, maka pergilah Muhammad bin Suwailim menemui Amir Muhammad untuk melaporkan kedatangan Syeikh Abdul Wahab yang baru tiba dari Uyainah serta menjelaskan maksud dan tujuannya kepada dia. Namun mereka gagal menemui Amir Muhammad yang saat itu tidak ada di rumah, mereka pun menyampaikan pesan kepada amir melalui istrinya.