Afdeling Midden Celebes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Toposopamona (bicara | kontrib)
→‎Sejarah: Perbaikan Tanda ''Kutipan''
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Toposopamona (bicara | kontrib)
→‎Sejarah: Penambahan konten==istilah Toraja
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi
Baris 14:
 
Pada periode tersebut, Sulawesi Tengah berada di bawah yurisdiksi [[Afdeling Gorontalo]], yang berpusat di Gorontalo. [[G. W. W. C. Baron van Höevell]], [[Afdeling Gorontalo|Asisten Residen Gorontalo]], khawatir pengaruh Islam yang begitu kuat di Gorontalo akan meluas ke wilayah Sulawesi Tengah—yang saat itu masih belum dimasuki [[agama samawi]], dan penduduknya sebagian besar masih pagan, penganut [[animisme]], dan memeluk agama suku{{sfn|Noort|2006|p=28}}.
 
===Penolakan istilah Toraja di Sulawesi===
 
To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]], dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu, dan juga karena wilayah yang dihuni [[Suku Toraja]] adalah wilayah [[Kerajaan Luwu]] yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara [[Kerajaan Mori|Morowali]]<ref>KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI MOROWALI, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH. [https://portal.luwukab.go.id/blog/page/sejarah].</ref>, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) sampai ke seluruh wilayah [[Suku Toraja|Tana Toraja]], oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja (Toradja) untuk penyebutan [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]].
 
Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat [[Sulawesi]] pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu, karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja (Toradja) yang terjadi di [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sulawesi Tengah]], karena bunyi dari Monangu Buaya (Monangu Buaja) adalah "Semua [[Suku Toraja]] (Toradja-Stammen) dan [[Umat Kristen]] di [[Grup Poso-Tojo|Tana Poso]] harus mendukung semua Budaya [[Kerajaan Luwu|Luwu]] termasuk Monangu Buaya", sehingga semua masyarakat [[Sulawesi]] berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya (Monangu Buaja; krokodilzwemmen)<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan ''Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu'' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1], Diakses 30 Juni 2023.</ref> adalah bukan dari [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]] tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris [[Hindia Belanda]]. Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab [[Injil]] yaitu " dengan melihat kepada Tokoh Alkitab [[Injil]] yaitu "sejarah kematian [[Lazarus]]" yang menceritakan bahwa Baju Adat [[Inodo]] bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh [[Lazarus]]".<ref>"POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), kematian Lazarus yang berbaju apa adanya (To Lampu) berbeda dengan Baju Mewah atau Baju [[Inodo]] yang milik dari [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen), [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref>
 
Di zaman moderen para peneliti dan akademisi [[Sulawesi]] seperti [[Priyanti Pakan]], [[Mashudin Masyhuda]], [[Andi Mattulada]], dan [[Lorraine Aragon]] juga pada awalnya menolak penerapan istilah [[Toraja]] bagi penduduk Sulawesi Tengah.{{sfn|Aragon|2000|p=2}}
 
== Referensi ==