Mendam Berahi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Surijeal (bicara | kontrib)
Copy edit
Baris 54:
Orang-orang Melaka tidak menghadapi Portugis dalam pertempuran terbuka di laut antara kapal dengan kapal pada pertemuan mereka tahun 1509 seperti yang diklaim dalam Hikayat Hang Tuah, tetapi menangkap Portugis saat tidak siap dengan menggunakan penyamaran, pengkhianatan, dan penyergapan untuk menangkap delegasi Portugis.{{sfn|Koek|1886|p=121-122}}
 
Catatan mengenai kapal ini hanya terdapat dalam [[Hikayat Hang Tuah]], catatan Melayu lain seperti [[Sejarah Melayu]] tidak mencatatnya.<ref name=":0">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. In G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (pp. 146-182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|166}} Malah catatan Portugis tidak mencatat Mendam Berahi, meskipun rujukan kepada satu kapal besar dapat dilihat dalam [[Suma Oriental]] karya [[Tome Pires|Tomé Pires]], di mana beliau menyebut tentang "flagship" (kapal utama) Melaka yang membawa banyak [[bombard]]. Kapal ini, bagaimanapun, tidak mesti Mendam Berahi, bisa jadi ia adalah kapal lain.<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136388-15666/page/n41/mode/2up?q|title=The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515 volume II|last=Cortesão|first=Armando|publisher=The Hakluyt Society|year=1944|isbn=|location=London}} {{PD-notice}}</ref>{{Rp|255-256}}<ref group="Catatan">Menurut ''Hikayat Hang Tuah'', kesultanan Melaka memiliki kapal lain yang bernama ''Kota Segara'' (berarti benteng lautan), yang dibangun setelah ''Mendam Berahi'' kembali dari Majapahit dan digunakan mengantar rombongan kerajaan Melaka untuk menikahi putri Majapahit. Kapal ini dirancang dengan desain khusus untuk dapat membawa beberapa meriam. Lihat Schap (2010), h. 126–127 dan Salleh (2013), h. 264–265.</ref> Hikayat Hang Tuah mencatat bahwa kisah [[Hang Tuah]] berada dalam garis waktu yang sama dengan Raden Inu dari [[Kerajaan Janggala]] (1042–1135) dan menyebut bahwa Sultan Melaka ingin menikah dengan Raden Galuh Cendera Kirana. Kisah ini sejatinya diadaptasi dari [[cerita Panji]] Jawa, dan cerita Hikayat Hang Tuah dapat disimpulkan mitos belaka.{{sfn|Schap|2010|p=44, 64}}{{sfn|Salleh|2013|p=121}}{{sfn|Adam|2016|p=88, 150, 179}}
 
Karena Mendam Berahi merupakan kapal yang cukup besar, ia sering dijadikan bukti keahlian orang Melayu dalam pembuatan kapal oleh sarjana dan politisi [[Malaysia]] modern.<ref>{{Cite journal|last=Yaapar|first=Md. Salleh|date=2019|title=Malay Navigation and Maritime Trade: A Journey Through Anthropology and History|url=|journal=IIUM Journal of Religion and Civilisational Studies|volume=2|pages=53-72|via=}}</ref>{{Rp|61}} Namun, pengecekan terhadap bukti yang ada menunjukkan bahwa anggapan itu salah: Kapal ini adalah kapal fiksi, dan kapal-kapal besar Nusantara tidak dibangun oleh orang Melayu atau Kesultanan Melaka. Melaka hanya memproduksi kapal kecil, bukan kapal besar. Industri pembuatan kapal besar tidak ada di Melaka — industri mereka tidak mampu memproduksi kapal laut dalam; hanya perahu kecil, ringan, dan dapat berlayar cepat. Orang-orang Melaka membeli kapal besar ([[Djong (kapal)|jong]]) dari daerah lain di Asia Tenggara, yakni dari Jawa dan Pegu, mereka tidak memproduksinya.<ref>{{Cite book|last=Meilink-Roelofsz|first=Marie Antoinette Petronella|year=1962|url=https://books.google.com/books?id=tL4cAAAAIAAJ|title=Asian trade and European influence in the Indonesian Archipelago between 1500 and about 1630|location=The Hague|publisher=Martinus Nijhoff}}</ref>{{rp|39}}{{sfn|Halimi|1999|p=224}}<ref>{{Cite book|year=2021|title=Kesultanan Melayu Melaka: Warisan, Tradisi dan Persejarahan|publisher=Penerbit USM|isbn=9789674616069|editor-last=Arifin|editor-first=Azmi|editor-last2=Ismail|editor-first2=Abdul Rahman Haji|editor-last3=Ahmad|editor-first3=Abu Talib}}</ref>{{rp|124}}<ref name=":3" /><ref name=":1" />{{Rp|150-154}}
Baris 90:
 
Ada juga sarjana Malaysia yang tidak setuju dengan pembuatan replika kapal Mendam Berahi. Prof. Dr. Ahmad Jelani Halimi melakukan penelitian dan mengambil kesimpulan bahwa kapal jenis ghali ([[galai]]) tidak pernah digunakan oleh Kesultanan Melaka pada zaman keemasannya. Kapal jenis galai baru diperkenalkan Portugis ke kawasan Nusantara setelah [[Perebutan Melaka (1511)|kejatuhan Melaka pada 1511]], dan catatan mengenai Mendam Berahi hanya terdapat pada 1 karya sastra saja dari sumber yang tidak sezaman (Hikayat Hang Tuah), tanpa sumber pembanding dan pendukung.<ref name=":3" />
 
== Lihat juga ==
 
* ''[[Argo]]'', sebuah kapal mitologi Yunani
* ''[[Flying Dutchman]]'', kapal hantu legendaris
 
== Catatan ==
Baris 112 ⟶ 117:
 
[[Kategori:Kapal layar]]
[[Kategori:Kapal fiksi]]