Kota Yogyakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 140.213.150.44 (bicara) ke revisi terakhir oleh Ariandi Lie Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 95:
=== Masa awal ===
{{main|Sejarah Yogyakarta|Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat#Sejarah}}
Berdirinya kota Yogyakarta tidak lepas dari [[Perjanjian Giyanti]] pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jenderal [[Jacob Mossel]]. Perjanjian tersebut berisi tentang pembagian wilayah [[Kesultanan Mataram]], dimana wilayah Mataram bagian timur masih menjadi milik [[Kasunanan Surakarta Hadiningrat]] yang kala itu dipimpin oleh Susuhunan [[Pakubuwana III]], dan bagian barat menjadi hak [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]]. Wilayah tersebut dibatasi oleh [[Sungai Opak]]. Pangeran Mangkubumi pun diakui menjadi Raja pada wilayah tersebut dengan Gelar ''
Pangeran Mangkubumi memilih wilayah Hutan Beringin (''Pabringan''), dimana pada wilayah tersebut terdapat sebuah desa bernama ''Pacethokan'' dan Pesanggrahan Gerjiwati (Garjitawati) yang dibuat oleh Susuhunan [[Pakubuwono II|Pakubuwana II]]. Pangeran Mangkubumi pun mengubah nama wilayah tersebut menjadi ''Ayodya''. Setelah perubahan nama tersebut, Pangeran Mangkubumi segera memerintahkan kepada rakyat untuk membabat hutan tersebut agar dapat didirikan keraton. Calon keraton baru tersebut terletak di suatu kawasan di antara [[Kali Winongo]] dan [[Kali Code]]. Lokasi tersebut dinilai strategis dari sisi pertanahan dan keamanan. Sebelum pembangunan keraton selesai, pemerintahan sementara dipusatkan di daerah [[Gamping, Sleman|Gamping]], tepatnya di [[Petilasan Keraton Ambarketawang|Pesanggrahan Ambarketawang]].<ref name=jogjakota/>
|