Gusti Abdul Muis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah informasi |
k Menambah informasi |
||
Baris 1:
{{confused|Abdoel Moeis}}
[[Berkas:Gusti Abdul Muis, Kami Perkenalkan (1954), p106.jpg|jmpl|Gusti Abdul Muis]]
'''Haji Gusti Abdul Muis''' adalah seorang [[kiai]] dan [[politikus]] Indonesia. Dia dikenal sebagai tokoh [[Muhammadiyah]] di [[Kalimantan Selatan|Kalmantan Selatan]]. <ref name=":2">{{Cite web|last=Muhyiddin|title=KH Gusti Abdul Muis, Dai Inspiratif dari Borneo {{!}} Republika ID|url=https://republika.id/posts/23222/kh-gusti-abdul-muis-dai-inspiratif-dari-borneo|website=republika.id|language=id|access-date=2023-11-24}}</ref>
== Kehidupan awal ==
Dia lahir di Samarinda pada tahun 12 April 1919. Kedua orang tuanya bernama Haji Gusti Abdul Syukur dan Hajjah Mastora, dimana dia merupakan keturunan dari [[Pangeran Antasari]].<ref name=":2" /><ref name=":0" />
Dalam keluarganya, Selama beberapa tahun, Abdul Muis muda sempat mengamalkan ilmunya di Samarinda. Pada 1938, ia mulai merantau ke luar Kalimantan. Ia meneruskan studinya ke [[Pondok Modern Darussalam Gontor|Kulliyatul Muallimin Gontor]], [[Ponorogo]]. Setelah itu, ia kemudian pindah ke pesantren tertua di Solo, Jawa Tengah, yakni Pondok Jamsaren Solo. Lembaga tersebut didirikan oleh KH Idris Jamsari pada 1750.<ref name=":0" />
Selain mempelajari ilmu agama di madrasah dan pesantren, Abdul Muis juga sempat menempuh pendidikan tinggi di Akademi Ilmu Politik [[Universitas Gajah Mada]] (UGM) [[Yogyakarta]] dari 1947 sampai 1948
== Kiprah ==
=== Muhammadiyah ===
Keterlibatan Haji Gusti Abdul Muis dengan
Sebelum menetap di Banjarmasin, H Abdul Muis telah melakukan dakwah keliling di berbagai kota. Ia giat mengisi ceramah, khutbah, serta kuliah subuh di sejumlah masjid. Salah satu tempat dakwahnya ialah [[Masjid Al-Jihad Banjarmasin|Masjid Al-Jihad]] di Cempaka dan Masjid Ar-Rahman, Kampung Melayu. Barulah pada akhirnya, ia bertempat tinggal di Kota Seribu Sungai.<ref name=":0" />▼
Sebagai kader Muhammadiyah, lapangan dakwahnya tidak hanya di majelis-majelis taklim, tetapi juga sekolah dan kampus. Dirinya bahkan ikut merintis pendirian Sekolah Wustho Zu’ama Muhammadiyah di [[Karang Intan, Banjar|Karang Intan]], Kabupaten Banjar. Hingga datangnya balatentara Jepang, ia mengajar di lembaga tersebut sejak tahun 1940.<ref name=":0" />▼
▲Sebelum menetap di Banjarmasin, H Abdul Muis telah melakukan dakwah keliling di berbagai kota. Ia giat mengisi ceramah, khutbah, serta kuliah subuh di sejumlah masjid. Salah satu tempat dakwahnya ialah [[Masjid Al-Jihad Banjarmasin|Masjid Al-Jihad]] di Cempaka dan Masjid Ar-Rahman, Kampung Melayu. Barulah pada akhirnya, ia bertempat tinggal di Kota Seribu Sungai.
▲Sebagai kader Muhammadiyah, lapangan dakwahnya tidak hanya di majelis-majelis taklim, tetapi juga sekolah dan kampus. Dirinya bahkan ikut merintis pendirian Sekolah Wustho Zu’ama Muhammadiyah di [[Karang Intan, Banjar|Karang Intan]], Kabupaten Banjar. Hingga datangnya balatentara Jepang, ia mengajar di lembaga tersebut sejak tahun 1940.
Sebagai kader Muhammadiyah, lapangan dakwahnya tidak hanya di majelis-majelis taklim, tetapi juga sekolah dan kampus.
=== Perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia ===
Pada Desember 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Situasi perlahan-lahan kembali kondusif. Di Kalimantan, Abdul Muis terus bergiat dalam
=== Politik ===
Masih di Ibu Kota, Haji Abdul Muis mulai bersentuhan dengan ranah politik. Sejak 1950, ia menjadi legislator Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS). Posisi itu dipegangnya hingga puncak masa Demokrasi Terpimpin, tepatnya pada 1960.<ref name=":0" />▼
Pada 1953, alim dari Kalimantan itu mulai bergabung dengan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Partai Masyumi]]. Sebagai salah satu unsur Muhammadiyah, ia juga akrab dengan tokoh-tokoh dari ormas keislaman lainnya, terutama yang aktif di partai politik tersebut. Salah satunya ialah [[Mohammad Natsir]].<ref name=":0" />▼
▲Abdul Muis turut dalam heroisme tersebut. Pada 1946, ia diangkat menjadi staf Dewan Kelaskaran Pusat di Jakarta. Beberapa waktu kemudian, tokoh Muhammadiyah itu kembali ke daerah asalnya. Di sana, dirinya didaulat menjadi pimpinan Laskar Pusat Pertahanan Kalimantan.
Seperti dijelaskan dalam buku 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi, H Abdul Muis sangat akrab dengan Pak Natsir. Setiap kali perdana menteri RI (1950-1951) itu mengadakan perjalanan, baik resmi maupun nonresmi ke Kalimantan, ia selalu menjamunya di rumah. Begitu pula sebaliknya. Tiap bertandang ke Jakarta, ia selalu mengunjungi Pak Natsir di kediaman tokoh Persatuan Islam (Persis) itu.<ref name=":0" />▼
▲Pada Desember 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Situasi perlahan-lahan kembali kondusif. Di Kalimantan, Abdul Muis terus bergiat dalam pelbagai aktivitas. Pada 1950, ia terpilih menjadi pimpinan Ikatan Perjuangan Kalimantan (IPK) yang berpusat di Jakarta.
Pada 1958, [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) terjadi di [[Sumatra]]. Oleh pemerintah pusat, gerakan itu disamakan sebagai tindakan makar. Turut serta dalam jajaran tinggi PRRI ialah sejumlah tokoh Masyumi. Setiap kali perdana menteri RI (1950-1951) itu mengadakan perjalanan, baik resmi maupun nonresmi ke Kalimantan, ia selalu menjamunya di rumah.<ref name=":0" />▼
▲Masih di Ibu Kota, Haji Abdul Muis mulai bersentuhan dengan ranah politik. Sejak 1950, ia menjadi legislator Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS). Posisi itu dipegangnya hingga puncak masa Demokrasi Terpimpin, tepatnya pada 1960.
▲Pada 1953, alim dari Kalimantan itu mulai bergabung dengan Partai Masyumi. Sebagai salah satu unsur Muhammadiyah, ia juga akrab dengan tokoh-tokoh dari ormas keislaman lainnya, terutama yang aktif di partai politik tersebut. Salah satunya ialah Mohammad Natsir.
▲Seperti dijelaskan dalam buku 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi, H Abdul Muis sangat akrab dengan Pak Natsir. Setiap kali perdana menteri RI (1950-1951) itu mengadakan perjalanan, baik resmi maupun nonresmi ke Kalimantan, ia selalu menjamunya di rumah. Begitu pula sebaliknya. Tiap bertandang ke Jakarta, ia selalu mengunjungi Pak Natsir di kediaman tokoh Persatuan Islam (Persis) itu.
▲Pada 1958, [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) terjadi di [[Sumatra]]. Oleh pemerintah pusat, gerakan itu disamakan sebagai tindakan makar. Turut serta dalam jajaran tinggi PRRI ialah sejumlah tokoh Masyumi. Setiap kali perdana menteri RI (1950-1951) itu mengadakan perjalanan, baik resmi maupun nonresmi ke Kalimantan, ia selalu menjamunya di rumah.
Keadaan itu segera dimanfaatkan musuh politik partai yang berlambang bulan-sabit bintang tersebut, [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI). Partai berlogo palu-arit itu membujuk
=== Jabatan lain ===
Pelbagai jabatan yang pernah didudukinya menggambarkan luasnya cakupan pergaulan sang alim. Di antaranya, ia pernah menjadi wakil ketua [[Badan Pengurus Besar Gerakan Indonesia]] di [[Jakarta]] pada 1950-1953. Namanya juga termasuk dalam jajaran Pengurus Besar [[Serikat Buruh Indonesia]] (SBI) pada 1953-1955.<ref name=":0" />
Dalam pindang pendidikan,
Tidak hanya itu, H Abdul Muis juga pernah mengasuh Akademi Kulliyatul al-Muballighin dan pernah menjabat sebagai rektor pertama [[Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari|Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad al-Banjari]], Banjarmasin. Saat menjadi rektor, ia pun aktif dalam berbagai pertemuan ilmiah, baik sebagai peserta aktif maupun narasumber.<ref name=":0" />
Adapun di Banjarmasin sendiri, Abdul Muis tercatat pernah menjadi Ketua Badan Pengawas Rumah Sakit Islam, pengelola [[Masjid Ar-Rahman Banjarmasin]], dan ketua [[Majelis Ulama Indonesia]] (MUI) Provinsi [[Kalimantan Selatan]].<ref name=":0" />
== Pemahaman dan ajaran ==
Baris 79 ⟶ 65:
== Kematian ==
[[Berkas:Maqbarah Muhammadiyah Banjarmasin.jpg|jmpl|Maqbarah Muhammadiyah Banjarmasin, tempat Gusti Abdul Muis dan warga Muhammadiyah Banjarmasin dimakamkan]]
Gusti Abdul Muis wafat pada 1 Rabiul Akhir 1413 Hijriah atau 27 September 1992 Masehi di Banjarmasin dalam usia 73 tahun. Ia meninggalkan sembilan anak dan 13 cucu. Jenazahnya dimakamkan di Kuburan Muslimin Banjarmasin.<ref name=":1" /><ref>{{Cite web |url=https://www.republika.id/posts/23222/kh-gusti-abdul-muis-dai-inspiratif-dari-borneo |title=Salinan arsip |access-date=2022-05-17 |archive-date=2022-01-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220109223410/https://www.republika.id/posts/23222/kh-gusti-abdul-muis-dai-inspiratif-dari-borneo |dead-url=no }}</ref>
|