Waduk Gajah Mungkur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
nbjkbk
Tag: Dikembalikan VisualEditor
k Mengembalikan suntingan oleh 180.252.163.134 (bicara) ke revisi terakhir oleh Ardfeb
Tag: Pengembalian
Baris 55:
 
Waduk ini dinamakan Gajah Mungkur, karena terletak tidak jauh dari [[Pegunungan Gajah Mungkur]] di sisi barat [[waduk]]. Luas [[daerah tangkapan air]] (DTA) dari [[waduk]] ini mencapai 1.350&nbsp;km<sup>2</sup>, dengan airnya dipasok oleh [[Bengawan Solo]] dan sejumlah anak sungainya, seperti [[Sungai Keduang]], [[Sungai Tirtomoyo]], [[Sungai Parangjoho]], [[Sungai Temon]], dan [[Sungai Posong]]. Luas genangan maksimum dari waduk ini mencapai 9.100 hektar<ref name="sinaro"/> yang mencakup tujuh [[kecamatan]], yakni [[Wonogiri, Wonogiri|Kecamatan Wonogiri]], [[Ngadirojo, Wonogiri|Ngadirojo]], [[Nguntoronadi, Wonogiri|Nguntoronadi]], [[Baturetno, Wonogiri|Baturetno]], [[Giriwoyo, Wonogiri|Giriwoyo]], [[Eromoko, Wonogiri|Eromoko]], dan [[Wuryantoro, Wonogiri|Wuryantoro]]. [[Bendungan]] dari waduk ini dibangun di [[Pokoh Kidul, Wonogiri, Wonogiri|Desa Pokohkidul]], [[Wonogiri, Wonogiri|Kecamatan Wonogiri]].
 
== nmnmbnnn,n,m,m ==
 
 
 
== Sejarah ==
Ide pembangunan waduk ini sebenarnya telah dikemukakan pada tahun 1941 oleh Ir. mn,n m,nmnj R.M. [[Sarsito Mangunkusumo]] yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pekerjaan Umum Mangkunegaran di [[Surakarta]], tetapi pembangunan waduk ini belum dapat dilaksanakan, karena kondisi dan situasi saat itu yang belum memadai.<ref name="angoedi">{{cite book|last=Angoedi|first=Abdullah|date=1984|url=https://pu.go.id/pustaka/biblio/sejarah-irigasi-di-indonesia-1/K74B3|title=Sejarah Irigasi di Indonesia|location=Bandung|publisher=Komite Nasional Indonesia untuk ICID|isbn=|edition=|series=|volume=|pages=|language=|doi=|jfm=|mr=|zbl=|id=|author-link=}}</ref>
 
## Hingga pertengahan dekade 1970-an, [[Bengawan Solo]] pun selalu meluap di musim hujan, sehingga menyebabkan banjir seluas sekitar 93.600 hektar. Tetapi, di musim kemarau, debit air Bengawan Solo tidak terlalu besar, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan air dari masyarakat sekitar. Pada tahun 1975, [[JICA]] pun mulai mengadakan [[studi kelayakan]] mengenai pembangunan waduk ini, dan JICA kemudian menunjuk [[Nippon Koei]] untuk merancang waduk ini. Waduk ini lalu dibangun sendiri oleh [[Kementerian Pekerjaan Umum]] mulai tahun 1976 melalui [[Proyek Bengawan Solo]] (PBS). Selain pembangunan waduk, juga dilakukan pembangunan [[saluran listrik udara]] dari Wonogiri hingga Wuryantoro, serta pemindahan kabel telepon sepanjang 44 kilometer dan jalan raya sepanjang 43,4 kilometer dari Wonogiri hingga [[Talunombo, Baturetno, Wonogiri|Talunombo]].<ref name="sinaro" />
 
Untuk memungkinkan pembangunan waduk ini, sekitar 41.369 orang warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri pun harus dipindah. Sebagian besar kemudian mengikuti program [[transmigrasi]] ke Sumatera. Selain itu, untuk memungkinkan pemindahan jalan raya, tanah seluas 10.156 hektar juga harus dibebaskan. Ganti rugi atas tanah-tanah tersebut pun diberikan secara bertahap untuk menghindari terjadinya fenomena "kaya mendadak". Bendungan dari waduk ini kemudian dibangun di dekat pertemuan antara Bengawan Solo dengan [[Sungai Keduang]]. Waduk ini lalu mulai diisi pada bulan Juli 1981, dan diresmikan oleh [[Presiden]] [[Soeharto]] pada tanggal 17 November 1981. Pembangunan waduk ini menghabiskan biaya sebesar US$ 111,056 juta atau sekitar Rp 69,5 milyar saat itu.<ref name="sinaro" />