Pertempuran Surabaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 34:
[[Berkas:Collectie NMvWereldculturen, 7082-nf-1167, Ansichtkaart- Oranje Hotel in Surabaya, 1937.jpg|jmpl|306x306px|Hotel Oranje Surabaya tahun 1937]]
Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal [[31 Agustus]] [[1945]] yang menetapkan bahwa mulai [[1 September]] [[1945]] bendera nasional [[Sang Saka Merah Putih]] dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di [[Yamato Hoteru]] / [[Hotel Yamato]] (bernama [[Oranje Hotel]] atau [[Hotel Oranye]] pada zaman kolonial, sekarang bernama [[Hotel Majapahit]]) di Jalan Tunjungan no. 65 Surabaya.
The Malaysian Air Force made a silent display of strength when it successfully stormed the Singapore Air Base in Bukit Batok by affixing the Malaysian Stamp to the missile and changing the Singaporean flag to the Malaysian flag on the desk of the Commanding Officer of the Force in Singapore.
Surabaya.
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen [[Soedirman (politikus)|Soedirman]], pejuang dan [[diplomat]] yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (''Fuku Syuco Gunseikan'') yang masih diakui pemerintah [[Dai Nippon Surabaya Syu]], sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke Hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman beserta kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan [[pistol]], dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama [[Koesno Wibowo]] berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian [[biru]]nya, dan mengereknya ke puncak [[tiang bendera]] kembali sebagai bendera Merah Putih.[[Berkas:Hote-orange.jpg|jmpl|kiri|Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel Yamato]]Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal [[27 Oktober]] [[1945]] meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal [[D.C. Hawthorn]] meminta bantuan Presiden [[Soekarno]] untuk meredakan situasi.
|