Gelar Utsmaniyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
#* '''Çelebi''' (چلبى). Gelar ini disandang di belakang nama, digunakan untuk laki-laki berkedudukan tinggi secara umum dan secara resmi juga dipakai untuk putra penguasa Utsmani. Çelebi lebih dekat artinya dengan 'tuan' daripada 'pangeran'.
#** Contoh penggunaan: Mehmed Çelebi, Sultan Utsmani yang berkuasa pada tahun 1413 – 1421.
#* '''Şehzade''' (شاهزاده, syehzade) atau '''Şehzade Sultan'''. Gelar ini merupakan adopsi dari gelar Persia ''syahzadeh'' (syah: raja + zadeh: keturunan) dan digunakan sebelum nama. Meskipun di Iran gelar ini bisa disandang keturunan penguasa yang laki-laki dan perempuan, hanya keturunan laki-laki yang bisa menyandang ini di Utsmani. Penggunaan gelar ini menggantikan çelebi. Şehzade hanya secara khusus digunakan oleh keturunan laki-laki penguasa, sehingga dapat disamakan dengan 'pangeran'.
#** Contoh penggunaan: Şehzade Mehmed atau Şehzade Sultan Mehmed, putra Sultan [[Süleyman I|Suleyman Al-Qanuni]].
# Perempuan keturunan penguasa dari garis ayah
#* '''Hatun''' (خاتون). Merupakan adopsi dari gelar Asia Tengah ''khatun'' yang bermakna 'ratu' atau 'permaisuri'. Pada keberjalanannya, hatun digunakan sebagai panggilan penghormatan untuk perempuan secara umum, sehingga maknanya bergeser menjadi setara dengan 'puan' atau 'nyonya'. Hatun disandang di belakang nama. Pada awal periode Utsmani, hatun juga digunakan oleh keluarga perempuan penguasa, seperti ibu, pasangan, dan putri.
#** Contoh penggunaan: Nefise Hatun, putri Sultan Murad I.
#* '''Sultan''' (سلطان). Pada masa selanjutnya, keturunan perempuan penguasa menyandang gelar sultan di belakang nama mereka, menggantikan penggunaan gelar hatun. Dalam konteks ini, sultan dapat disamakan dengan 'putri'.
Baris 39:
#* '''Sultanzade''' (سلطانزاده). Setelah keturunan perempuan penguasa menyandang gelar sultan, putra mereka menyandang gelar sultanzade, yang merupakan gabungan dari gelar sultan dan akhiran Persia ''zade'' yang bermakna 'keturunan'. Meski dapat diartikan dengan 'pangeran' sebagaimana şehzade, sultanzade memiliki kedudukan yang lebih rendah karena menjadi anggota dinasti dari garis ibu. Sultanzade juga tidak memiliki hak atas takhta sebagaimana şehzade. Sultanzade digunakan di depan nama, biasanya juga digabungkan dengan gelar ''bey-efendi'' yang disandang setelah nama.
#** Contoh penggunaan: Sultanzade Osman Bey, putra Mihrimah Sultan, putri Sultan Suleyman Al-Qanuni.
#* '''Hanımsultan''' (خانم سلطان). Setelah keturunan perempuan penguasa menyandang gelar sultan, putri mereka menyandang gelar hanımsultan, yang merupakan gabungan dari gelar hanım dan sultan. Hanım sendiri adalah adopsi dari gelar Asia Tengah ''khanum'' yang bermakna 'maharani', 'ratu', atau 'permaisuri'. Sebagaimana hatun, hanım juga akhirnya digunakan untuk panggilan penghormatan untuk perempuan secara umum, sehingga artinya menjadi lebih dekat sebagai 'puan' atau 'nyonya'. Sebagai satu gelar kesatuan, hanımsultan sendiri dapat disamakan dengan 'putri', meskipun kedudukan mereka di bawah sultan (keturunan perempuan penguasa dari murni garis ayah). Hanımsultan disandang setelah nama.
#** Contoh penggunaan: Adile Hanımsultan, putri Naime Sultan, putri Sultan Abdul Hamid II.
 
Baris 54:
Istri dan selir dari penguasa dan şehzade
 
* '''Hatun''' (خاتون). Diadopsi dari gelar Asia Tengah ''khatun'' dan disandang di belakang nama. Dapat disetarakan dengan 'puan' atau 'nyonya'.
** Contoh penggunaan: Rabia Bala Hatun dan Malhun Hatun, istri [[Osman I]].
* '''Haseki Sultan''' (خاصکى سلطان). Gelar tertinggi untuk pasangan penguasa dan disandang setelah nama, dapat disetarakan dengan '[[permaisuri]]'. Seorang haseki sultan memiliki keistimewaan dan kewenangan yang jauh di atas pasangan penguasa yang lain. Pada awalnya, haseki sultan hanya bisa disandang satu orang dalam satu waktu, sedangkan pasangan penguasa lain yang kedudukannya di bawah haseki sultan menggunakan gelar hatun. Gelar haseki sultan diciptakan pada abad ke-16 dan hanya digunakan selama sekitar satu abad.
** Contoh penggunaan: Hurrem Haseki Sultan, istri Sultan Suleyman Al-Qanuni dan perempuan pertama yang menyandang gelar haseki sultan.
** Awalnya haseki sultan hanya digunakan satu orang dalam satu waktu. Namun pada masa selanjutnya, gelar ini bisa disandang lebih dari satu orang secara bersamaan. Sultan [[Murad IV]] memiliki beberapa pasangan dan di antara mereka, Ayşe, diangkat sebagai haseki sultan. Namun di penghujung masa kekuasaannya, dia kembali mengangkat seorang haseki sultan, meskipun Ayşe masih hidup. Sultan Ibrahim sendiri memiliki delapan haseki sultan, tiga di antaranya menjadi ibu dari penguasa selanjutnya.
* '''Kadın''' (قادين). Gelar untuk pasangan utama penguasa dan disandang setelah nama. Mulai digunakan sekitar abad ke-17 dan menggantikan penggunaan hatun. Sebagaimana hatun, kadın juga merupakan turunan dari gelar Asia Tengah ''khatun''. Bila konteksnya sebagai gelar, kadın dapat disetarakan dengan 'puan' atau 'nyonya'. Setelah haseki sultan tidak lagi digunakan, kadın menjadi gelar tertinggi untuk pasangan penguasa, meski statusnya tidak sementereng haseki sultan. Kadın dibagi lagi menjadi beberapa tingkatan, yakni ''baş kadın'' (kepala ''kadın''), ''ikinci kadın'' (''kadın'' kedua), ''üçüncü kadın'' (''kadın'' ketiga), ''dördüncü kadın'' (''kadın'' keempat), dst. Gelar kadın biasanya juga digunakan bersama dengan efendi.
** Contoh penggunaan: Bidar Kadın atau Bidar Kadınefendi, istri Sultan Abdul Hamid II.
* '''Hanım''' (خانم). Gelar yang diturunkan dari dari gelar Asia Tengah ''khanum'', digunakan sebagai panggilan penghormatan untuk perempuan secara umum, sehingga dapat disetarakan dengan 'puan' atau 'nyonya'. Secara resmi, hanım digunakan oleh '''ikbal''' (اقبال), pasangan penguasa yang kedudukannya di bawah kadın. Gelar ini juga digunakan untuk istri şehzade. Ikbal sendiri dibagi menjadi beberapa peringkat, yakni ''baş ikbal'' (kepala ''ikbal''), ''ikinci ikbal'' (''ikbal'' kedua), ''üçüncü ikbal'' (''ikbal'' ketiga), ''dördüncü ikbal'' (''ikbal'' keempat), dst. Gelar hanım biasanya juga digunakan bersama dengan efendi dan diletakkan di belakang nama.
** Contoh penggunaan: Fatma Pesend Hanım, istri Sultan Abdul Hamid II.
Suami dari sultan (putri)
Baris 75:
* '''Ağa''' atau '''Agha''' (آغا). Berasal dari bahasa Turki Lama yang bermakna 'mas' atau 'kakak laki-laki' dan digunakan di belakang nama. Bila disertakan dalam jabatan resmi, agha dapat bermakna 'ketua', 'atasan', atau 'majikan'. Dalam penggunaan sehari-hari, agha dapat digunakan untuk panggilan untuk laki-laki secara umum, sehingga dapat disetarakan dengan 'tuan', 'pak', atau 'mas'.
** Contoh penggunaan dalam jabatan: Kizlar Agha, secara harfiah bermakna Agha (atasan) dari para gadis, gelar untuk kepala kasim yang menjaga harem istana.
* '''Bey'''. Berasal dari bahasa Turki Lama ''beg'' yang digunakan untuk kepala suku dan disandang di belakang nama. Bey digunakan sebagai gelar dari penguasa negara kecil, kedudukannya di bawah raja atau sultan, sehingga dapat disetarakan dengan 'adipati' dalam konteks ini. Pada keberjalanannya, bey juga digunakan untuk panggilan untuk laki-laki yang terhormat atau berkedudukan di masyarakat, sehingga dapat disetarakan dengan 'tuan'. Pada masa modern, bey digunakan sebagai sapaan untuk laki-laki secara umum, sehingga dapat juga disetarakan dengan 'pak' atau 'mas'.
* '''Çelebi''' (چلبى). Gelar ini disandang di belakang nama, digunakan untuk laki-laki yang terhormat atau berkedudukan di masyarakat, sehingga dapat disepadankan dengan 'tuan'.
* '''Efendi''' (افندی) adalah gelar kehormatan yang berasal dari Yunani. Digunakan untuk menunjuk sosok yang dihormati atau berkedudukan, sehingga bisa bermakna 'tuan' atau 'puan'. Gelar ini disematkan di belakang nama.
Baris 81:
** '''Pasyazade'''. Panggilan untuk putra seorang pasya.
 
* '''Hatun''' (خاتون). Merupakan adopsi dari gelar Asia Tengah ''khatun'' yang bermakna 'ratu' atau 'permaisuri'. Pada keberjalanannya, hatun digunakan sebagai panggilan penghormatan untuk perempuan secara umum, sehingga maknanya bergeser menjadi setara dengan 'puan' atau 'nyonya'. Hatun disandang di belakang nama. Pada awal periode Utsmani, hatun juga digunakan oleh keluarga perempuan penguasa, seperti ibu, pasangan, dan putri.
* '''Kadın''' (قادين). Sebagaimana hatun, kadın juga merupakan turunan dari gelar Asia Tengah ''khatun'' dan dipakai di belakang nama. Bila konteksnya sebagai gelar, kadın dapat disetarakan dengan 'puan' atau 'nyonya' dan digunakan untuk pasangan utama penguasa mulai abad ke-17, dapat digunakan bersama gelar efendi. Dalam konteks sehari-hari, kadın diartikan sebagai 'perempuan'. Kadın juga dapat disertakan bersama sebuah jabatan atau profesi untuk menandakan bahwa pihak yang bersangkutan adalah seorang perempuan. Misal: hekim kadın yang bermakna tabib perempuan.
* '''Hanım''' (خانم). Gelar yang diturunkan dari dari gelar Asia Tengah ''khanum'' yang bermakna 'maharani', 'ratu', atau 'permaisuri'. Pada keberjalanannya, hanım digunakan sebagai panggilan penghormatan untuk perempuan, sehingga dapat disetarakan dengan 'puan' atau 'nyonya'. Pada masa Turki modern, hanım menjadi sapaan untuk perempuan secara umum, sebagaimana bey juga digunakan untuk sapaan kepada laki-laki secara umum. Dalm konteks ini, hanım dapat disetarakan dengan 'bu' atau 'mbak'.
 
=== Jabatan ===
Baris 97:
** '''Beylerbey'''. Gubernur Agung. Pemimpin dari sebuah provinsi besar yang disebut ''eyalet''. Seorang beylerbey menyandang gelar pasya.
** '''Vali'''. Gubernur. Provinsi yang dipimpinnya disebut ''vilayet''.
** '''Vizier''' (وزير). Berasal dari bahasa Arab ''wazir''. Gelar untuk pejabat tinggi, tapi umumnya untuk merujuk pada menteri. Beberapa gubernur di wilayah Utsmani juga menyandang gelar vizier, menunjukkan bahwa provinsi yang dipimpinnya memiliki hak otonomi yang lebih besar. Sebagai pembeda, vizier yang merupakan menteri dan anggota dewan disebut ''kubbe'' ''vizier'' atau vizier kubah, mengacu pada ruang rapat dewan yang dinaungi kubah.
*** '''Vizier-i-Azam''' (وزيرِ اعظم). Vizier Agung atau Perdana Menteri. Vizier dengan kedudukan tertinggi dalam anggota dewan. Berperan sebagai wakil atau tangan kanan penguasa dalam memerintah negara. Beberapa julukan lain untuk vizier-i-azam di antaranya adalah ''sadrazam'' (صدر اعظم) dan ''vekil-ı mutlak'' (وكیل مطلق, "wakil mutlak (penguasa)").
 
* '''Agama dan kehakiman'''
** '''Hoca'''. Berasal dari kata bahasa Persia ''khawaja''. Digunakan untuk merujuk pada seorang guru, pemimpin keagamaan, atau mereka yang secara umum dipandang sebagai orang bijak.
** '''Kadi''' (قاضی). Hakim, dipilih dari kalangan ulama. Tidak hanya mengurus peradilan kriminal dan sipil, kadi juga menangani urusan wakaf.
** '''Kazasker''' atau '''kadıasker''' (قاضی عسكر). Kepala hakim. Secara harfiah bermakna hakim militer, karena kewenangannya juga mencakup bagian kemiliteran. Ada dua posisi kazasker: Kazasker Rumelia yang wilayah kewenangannya mencakup wilayah Utsmani di Eropa, dan Kazaker Anadolu (Anatolia) yang wilayah kewenangannya mencakup wilayah Utsmani di Asia.