Jan Pieterszoon Coen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kanzcech (bicara | kontrib)
Baris 25:
 
== Kehidupan awal ==
J. P. Coen lahir di [[Hoorn (Holland Utara)|Hoorn]], [[Holland Utara|Noord Holland]], kemungkinan pada penghujung tahun 1586. Catatan gereja menunjukkan bahwa ia dibaptis pada tanggal 8 Januari 1587 dengan nama ayah Pieter Janszoon van Twisk namun tidak disebutkan tanggal lahirnya. Tidak diketahui pula bagaimana ia memperoleh nama keluarga "Coen". Di tahun 1607, ketika ia memulai tugasnya di VOC, ia terdaftar sebagai J. Pn. Coen. Pada usia 13 tahun, ia bermagangmagang di [[Roma]] di kantor seorang pedagang bernama Joost de Visscher (Justus Pescatore dalam [[bahasa Italia]]). Di Roma, Coen memperoleh pendidikan dalam [[perdagangan]], [[pembukuan]], serta beberapa bahasa-bahasa Eropa.<ref name=":1">{{Cite book|title=Geschiedenis van Nederlandsch Indië|last=Stapel|first=F. W.|publisher=Joost van den Vondel|year=1939|isbn=|location=Amsterdam|page=117|url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB06:000004951:00125}}</ref>
 
== Karier ==
[[Berkas:Jan Pieterszoon Coen door Ferdinand Leenhoff Hoorn.jpg|al=|jmpl|Patung Jan Pieterszoon Coen di Hoorn, Belanda.]]
Di tahun 1607, ia kembali ke Hoorn dan mendaftar untuk bekerja di VOC.<ref name=":1" /> Pada tanggal 22 Desember di tahun yang sama, ia berangkat ke [[Hindia Timur]] di bawah armada Pieter Willemszoon Verhoeff. Pada tahun 1609, Verhoeff dibunuh di [[Kepulauan Banda|Banda]] setelah terlibat perselisihan dengan penguasa lokal. Coen yang bekerja sebagai juru tulis berhasil menyelamatkan diri.<ref name=":2">{{Cite web|url=https://tirto.id/kala-jp-coen-menaklukkan-jayakarta-dan-mendirikan-batavia-cK3Z|title=Kala J.P. Coen Menaklukkan Jayakarta dan Mendirikan Batavia|last=Raditya|first=Iswara N.|date=2018-05-30|website=tirto.id|access-date=2019-08-17}}</ref> Ia kemudian menceritakan perjalanannya ke Banda kepada para petinggi VOC dan pada tanggal 12 Mei 1612, ia kembali ke Hindia Timur dengan memimpin armadanya sendiri dan mendarat di [[Kesultanan Banten|Banten]] di tanggal 9 Februari 1613.<ref name=":1" /> Di tanggalPada 18 April 1618, ia kemudian diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC meskipun pengangkatan tersebut baru disahkan di tahun 1619.<ref name=":2" />
 
<!-- Ternyata, perundingan tersebut hanyalah jebakan<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/pembantaian-orang-orang-banda-czNl|title=Pembantaian Orang-Orang Banda - Tirto.ID|last=Raditya|first=Iswara N|website=tirto.id|language=id|access-date=2018-07-29}}</ref>. Ketika delegasi [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] datang ke tempat perundingan yang disepakati, yaitu di sebuah pohon di pesisir pantai, para Orang Kaya tidak ada di tempat. Utusan Orang Kaya meminta Verhoeven berunding dengan beberapa orang saja di dalam hutan karena Orang Kaya takut melihat VOC yang datang dengan pasukan bersenjata. Verhoeff menyetujui dan masuk ke dalam hutan bersama kurang dari 30 orang saja. Sesampainya di sana, bukannya perundingan yang digelar, ia dan pasukannya yang sedikit justru dibantai. Tidak kurang dari 27 orang [[Belanda]] mati terbunuh, tetapi J.P Coen berhasil melarikan diri dan selamat. Termasuk yang meninggal dalam pembunuhan ini adalah [[Laksama Pieter Willemszoom Verhoeven]] sendiri. -->
== Pengangkatan sebagai Gubernur-Jenderal ==
Kejadian pengangkatan tersebut membuat karier J. P. Coen relatif melajunaik dengan cepat.<ref name=":0" /> Pada usia 31 tahun, tepatnya tanggal [[18 April]] [[1618]], ia diangkat menjadi gubernur jenderal, namun baru pada [[21 Mei]] [[1619]] ia resmi memangku jabatan tersebut dari gubernur jenderal sebelumnya, [[Laurens Reael]]. Setelah menjadi gubernur jenderal, ia tidak tahan terhadap perlakuan orang [[Kesultanan Banten|Banten]] dan orang [[Inggris]] kepadanya di Banten, maka ia pun memindahkan kantor Kompeni ke pelabuhan [[Sunda Kelapa]] di [[Jayakarta]], di mana ia mulai membangun angkatan pertahanan sendiri untuk VOC. Pada tanggal [[30 Mei]] [[1619]] Coen berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten dan mengubah namanya menjadi [[Batavia]] (Batavieren).
 
Awalnya, ia mau mengubah nama kota ini menjadi ''Nieuw Hoorn'' seperti kota kelahirannya, tetapi usul itu ditolak pimpinan [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] di [[Belanda]]. Nama [[Batavia]] diberikan untuk menghormati [[Suku Batavi]] yang dianggap sebagai leluhur bangsa Belanda dan digunakan sampai tahun 1942. Penduduk Batavia memberi julukan ''Mur Jangkung'' pada J. P. Coen, tetapi tidak jelas apa yang menyebabkan ia diberi julukan tersebut. Secara fisik, ia memang bertubuh kurus dengan tinggi di atas rata-rata. Pendapat lain menyebutkan bahwa julukan tersebut berasal dari karya sastra jawa pra-kolonial berjudul Moer Djang Koeng di mana orang pribumi melafalkannya sebagai Mur Jangkung.<ref>Zarman, Romi (2018). ''Di bawah Kuasa Antisemitisme Orang Yahudi di Hindia Belanda.'' Pekanbaru: Tjatatan Indonesia. ISBN 978-602-61256-6-8</ref>
 
Beberapa persoalan yang harus dihadapi oleh J. P. Coen pasca resmi menjabat sebagai gubernur jenderal diantaranya yaitu protes keras Maluku terhadap monopoli VOC, naiknya harga lada di Banten akibat ulah para pedagang Inggris dan [[Dinasti Ming|Cina]], perlawanan dari laskar pendukung [[Kesultanan Mataram|Mataram Islam]], dan konflik dengan Kesultanan Banten di Jayakarta yang melibatkan Inggris.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://tirto.id/kala-jp-coen-menaklukkan-jayakarta-dan-mendirikan-batavia-cK3Z|title=Kala J.P. Coen Menaklukkan Jayakarta dan Mendirikan Batavia - Tirto.ID|website=tirto.id|language=id|access-date=2018-07-29}}</ref>
Baris 56:
Jan Pieterszoon Coen meninggal di Batavia pada tanggal [[21 September]] [[1629]]. Terdapat dua versi yang berbeda mengenai penyebab kematiannya. Menurut versi Belanda, Coen meninggal karena terjangkit wabah [[kolera]] yang juga dikenal dengan muntah darah, sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Coen akibat serangan bala tentara Sultan Agung dari Mataram. Dari kedua versi ini dapat disimpulkan bahwa Coen meninggal karena wabah kolera yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di [[Sungai Ciliwung]] setelah [[Penyerbuan ke Batavia|penyerbuan]] di tahun [[1628]].
 
Jasad Coen awalnya dimakamkan di Stadhius''Stadhuis'' (kini [[Museum Sejarah Jakarta]]), kemudian dipindahkan ke ''De Oude Hollandsche Kerk'' (kini [[Museum Wayang]]).<ref>Shahab, Alwi (2002). ''Kisah Betawi Tempo Doeloe: Robin Hood Betawi''. Jakarta: Penerbit Republika. ISBN 979-3210-00-1</ref> Namun, beberapa sejarahwansejarawan meragukan jasad J. P. Coen terdapat di tempat tersebut. Untuk mengenang Coen sebagai gubernur jenderal, pemerintah kolonial Hindia Belanda telah mendirikan sebuah monumen dan patung pendiri Kota Batavia itu. Gubernur Jenderal VOC iniPatungnya dibuat patungnya dipada tahun [[1869]], bertepatan dengan hari peringatan 250 tahun Kota Batavia oleh gubernurGubernur jenderalJenderal [[Pieter Mijer]] ([[1866]]-[[1872]]). Patung Coen tersebut berdiri dengan raut angkuh sambil menunjuk jari telunjuknya dengan mottonya yang terkenal: ''[[Dispereert Niet]]'' ("pantang berputus asa").<ref>{{Cite book|last=Enthoven|first=Victor|date=2016-05-16|url=https://www.manchesterhive.com/display/9781526111890/9781526111890.00015.xml|title=Jan Pietersz Coen: A man they love to hate. The first Governor General of the Dutch East Indies as an imperial site of memory|publisher=Manchester University Press|isbn=978-1-5261-1189-0|pages=115–135|language=en-US}}</ref>
 
Setelah berdiri selama 74 tahun di depan Gedung Putih yang kini menjadi Gedung [[Kementerian Keuangan Republik Indonesia|Kementerian Keuangan]] di [[Lapangan Banteng]], [[Jakarta Pusat]], patung dari tembaga ini pun digusur dan dihancurkan pada [[7 Maret]] [[1943]] pada masa pendudukan [[Jepang]].<ref>{{Cite web|title=Today's History, March 7, 1943: Jan Pieterszoon Coen Statue In Batavia Destroyed By Japan|url=https://voi.id/en/memori/142052|website=VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan|language=en|access-date=2023-12-03}}</ref> Pada masa [[kolonial Belanda]], ulang tahun Jakarta selalu diperingati pada [[30 Mei]], ketika pada tanggal tersebut di tahun [[1619]] Coen menaklukan [[Jayakarta]].