Keyakinan dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 34:
* '''[[Hukum Karma]] (Kamma [[Hukum Alam (Niyāma)|Niyāma]])'''
<ol start=4>
<li> Iman kepada ''kamma'', yaitu meyakini adanya perbuatan berkehendak yang secara moral dikategorikan sebagai baik
<li >Iman kepada buah ''kamma'' (''vipāka''), yaitu meyakini adanya akibat atau buah dari perbuatan berkehendak yang secara moral baik
Seorang umat awam dengan keyakinan terhadap [[Tiga Permata]], ''kamma'', dan buah ''kamma'' disebut [[upasaka dan Upasika|''upāsaka'' atau ''upāsika'']]. Keyakinan dianggap sebagai langkah pertama menuju [[Paññā|kebijaksanaan]] dan [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]]. Sementara itu, agama Buddha awal secara moral tidak mengecam pemberian persembahan secara damai kepada [[Dewa#Agama Buddha|dewa-dewi]]. Sepanjang sejarah agama Buddha, pemujaan dewa-dewi, sering kali berasal dari keyakinan pra-Buddhis dan [[animisme|animis]], kemudian disesuaikan menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis. Sebagai bagian dari proses itu, dewa-dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari [[Tiga Permata]], yang masih terus memegang peran utama.
|