Nana Nuriana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Patria lupa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Patria lupa (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 36:
[[Mayjen]] [[TNI]] [[Purnawirawan|(Purn.)]] H. '''Raden Nana Nuriana''' ({{lahirmati||17|4|1938||11|7|2024}}) adalah seorang perwira militer Indonesia yang juga menjabat sebagai gubernur [[Jawa Barat]] selama dua periode antara tahun 1993 dan 2003. Masa jabatannya sebagai gubernur menyebabkan pemisahan [[Banten]] sebagai provinsinya sendiri.
 
== Kehidupan awal dan karir militer ==
== Riwayat Hidup ==
Nuriana lahir di [[Sumedang]] pada tanggal 17 April 1938. Ia lulus dari [[Akademi Militer]] pada tahun 1962, dan jabatan pertamanya di angkatan bersenjata adalah sebagai komandan distrik militer (''rayon''). Setelah lulus SMA, ia belajar geologi di [[Institut Teknologi Bandung]], namun ia tidak menyelesaikan studinya di sana. Sebaliknya, ia mendaftar di [[Akademi Militer]], dan lulus pada tahun 1962.<ref name="ensi"/> Keluar dari akademi, ia menjadi letnan dua di [[Tentara Nasional Indonesia]], dan ditempatkan di sebuah batalyon di [[Cimahi]] sebagai komandan distrik militer (''rayon'').<ref name="ensi">{{cite book |last1=Rosidi |first1=Ajip |title=Ensiklopedi Sunda: alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi |date=2000 |publisher=Pustaka Jaya |isbn=978-979-419-259-7 |page=444 |url=https://books.google.com/books?id=o4M8OAAACAAJ&q=nuriana |language=id}}</ref><ref>{{cite book |last1=Rosidi |first1=Ajip |author1-link=Ajip Rosidi |title=Apa siapa orang Sunda |date=2003 |publisher=PT Kiblat Buku Utama |page=295 |url=https://books.google.com/books?id=CdNkAAAAMAAJ |language=id}}</ref> Setelah naik pangkat secara bertahap di militer, Nuriana menjadi Panglima [[Kodam III/Siliwangi]] yang berbasis di [[Jawa Barat]] pada tahun 1991. Sebelumnya, ia pernah menjadi Kepala Staf [[Kodam VII/Wirabuana]], bermarkas di [[Makassar]].<ref>{{cite book |title=Tempo, Volume 20 |date=1991 |page=89 |publisher=Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya |url=https://books.google.com/books?id=G3MUAQAAMAAJ |language=id}}</ref>
 
=== GubernurSebagai Jawagubernur Barat ===
[[Berkas:Nana Nuriana swearing in 8 August 1998.jpg|thumb|Nuriana dilantik untuk masa jabatan keduanya, 8 Agustus 1998.]]
Selama menjabat gubernur periode periode 1993−1998 dan 1998−2003, Nana Nuriana dikenal sebagai sosok yang pendiam dan terkesan ''low profile'' sehingga ia cukup berjarak dari hiruk pikuk pers.
Pada tanggal 22 Mei 1993, Nuriana dilantik sebagai gubernur [[Jawa Barat]] setelah dipilih oleh dewan provinsi dengan 68 dari 99 suara. Saat itu, ia berpangkat [[mayor jenderal]].<ref>{{cite book |title=Mimbar kekaryaan ABRI. |date=1993 |publisher=[[Kementerian Pertahanan Indonesia|Kementerian Pertahanan]] |page=61 |url=https://books.google.com/books?id=ZzIjZwSWQU0C |language=id}}</ref> Ia menggantikan mantan atasannya di Siliwangi, [[Yogie Suardi Memet]].<ref name="antara"/> Pada masa jabatan ini, ia diangkat menjadi kepala badan pengendalian pembangunan [[Jonggol]], yang kemudian direncanakan sebagai [[ibu kota Indonesia]] yang baru. Menurut Nuriana pada tahun 1996, luas kota baru akan mencapai 15 ribu hektar dan 15 ribu hektar lagi disisihkan untuk cagar alam dan pertanian.<ref name="jonggoldetikx">{{cite news |last1=Rizal |first1=M. |title=Kisah Beleid Pindah Ibu Kota yang Berbau KKN |url=https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20220204/Kisah-Beleid-Pindah-Ibu-Kota-yang-Berbau-KKN/ |access-date=11 Juli 2024 |work=detikx |date=4 Februari 2022 |language=id}}</ref> Jonggol juga dijadwalkan menjadi tuan rumah pemerintahan provinsi Jawa Barat.<ref name="antara"/> Namun, rencana tersebut dibatalkan karena [[krisis keuangan Asia]] yang melanda Indonesia pada tahun 1997.<ref name="jonggoldetikx"/>
 
Ketika ia mencalonkan diri kembali pada tahun 1998, [[gerakan Reformasi]] sedang berjalan lancar, dan pencalonannya ditentang oleh enam belas calon gubernur (termasuk Nuriana) yang mencalonkan diri.<ref name="serdadu"/><ref>{{cite news |title=DPRD Jaring 16 Nama Bakal Calon Gubernur Jabar |work=[[Kompas]] |date=7 Februari 1998 |language=id}}</ref> Meski begitu, Nuriana tetap berhasil memenangkan pemilu kembali dengan 70 dari 96 suara.<ref name="serdadu">{{cite book |last1=Aminuddin |first1=M. Faishal |title=Politik Mantan Serdadu: Purnawirawan dalam Politik Indonesia 1998-2014/M |date=8 Januari 2020 |publisher=Airlangga University Press |isbn=978-602-473-183-0 |pages=219–220 |url=https://books.google.com/books?id=jGvIDwAAQBAJ |language=id}}</ref> Ia dilantik untuk masa jabatan keduanya pada 8 Agustus 1998.<ref>{{cite book |last1=Perkeretaapian |title=Kabinet Reformasi Pembangunan, Memori Masa Bhakti |date=1999 |page=75 |publisher=Republik Indonesia |url=https://books.google.com/books?id=YpjjAAAAMAAJ |language=id}}</ref>
Pada saat [[Presiden]] Soeharto mempersiapkan Kawasan [[Jonggol]] sebagai lokasi [[Ibukota Indonesia]] baru, dia membentuk tim khusus dan turut membantu pembebasan lahan untuk mendukung gagasan tersebut. Pada tahun 1997, Nana memohon dukungan kepada [[DPRD Jawa Barat]] dalam mengajukan wilayah selatan atau penyangga kawasan calon [[ibu kota Indonesia]] baru di [[Jonggol]] untuk dijadikan pusat pemerintahan provinsi yang baru, yaitu [[Cikalongkulon, Cianjur]] serta sebagian desa di [[Jonggol]] selatan. Alasan pemindahan ibukota baru [[Jawa Barat]] cukup beragam yang dimulai dari tuntutan warga [[Banten]] yang mengeluh jauhnya ibukota Jawa Barat dari wilayah mereka hingga lokasi kantor-kantor pemerintah provinsi yang terpisah-pisah. Akan tetapi, hingga akhir jabatannya pemindahan tersebut tidak terlaksana.
 
Pada masa jabatan keduanya, Nuriana menghadapi gerakan separatis dari [[Banten]], dimana politisi dan tokoh lokal Banten ingin membentuk provinsi tersendiri. Nuriana menentang gerakan ini karena khawatir pemisahan Banten akan mengurangi pendapatan daerah Jawa Barat. Ia juga menentang kelompok separatis, dengan mengklaim bahwa pemerintah Jawa Barat telah melakukan investasi besar di daerah-daerah berkembang di Banten seperti kota [[Serang]] dan [[Tangerang]] selain daerah pedesaan. Namun, Nuriana sedang lemah secara politik pada saat itu, dengan beberapa penyelidikan korupsi yang dilakukan terhadapnya. Banten akhirnya memisahkan diri sebagai provinsi tersendiri pada tahun 2000.<ref>{{cite journal |title=Dimensi Gerakan dalam Proses Pembentukan Provinsi Banten|last=Mulyana|first=Yaya |journal=Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik |date=2001 |volume=5 |issue=1 |pages=61–90 |url=https://media.neliti.com/media/publications/37627-ID-dimensi-gerakan-dalam-proses-pembentukan-propinsi-banten.pdf |language=id |issn=1410-4946}}</ref>
Pasca-Reformasi, Nana menjadi tokoh penting dalam pembentukan Provinsi [[Banten]], serta berperan besar dalam peningkatan status kota administrasi di Jawa Barat.<ref>[https://m.liputan6.com/regional/read/3638077/deretan-gubernur-jawa-barat-pendahulu-ridwan-kamil "Deretan Gubernur Pendahulu Ridwan Kamil"]</ref>
 
== Penghargaan ==