Ahmad Rasyid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 11:
| term_end = 25 Maret 1959
| 1blankname = Wakil
| 1namedata = {{unbulleted list|[[Fakih Usman]] (
| predecessor = [[Bagus Hadikusumo]]
| successor = [[Muhammad Yunus Anis]]
Baris 45:
| rank = [[Kolonel]] [[Tituler|(Tituler)]]<ref name="tituler">{{Cite news |url=https://anri.sikn.go.id/index.php/keputusan-presiden-nomor-203-tahun-1952-tentang-pangkat-militer-tituler-a-r-sutan-mansur-menjadi-kolonel-tituler-dan-diperhentikan-dari-jabatan-sebagai-penasehat-agama-pada-komando-t-t-sumatera-dan-dikeluarkan-dari-dinas-tentara-dengan/informationobject/reports |title=Keputusan Presiden Nomor 203 Tahun 1952 |date=30 Agustus 1952 |access-date=1 Mei 2024 |publisher=[[Arsip Nasional Republik Indonesia]] |author1= |author2= |language=id |archive-date= |archive-url= |dead-url=no }}</ref>
| branch = [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
| serviceyears =
| module = {{Infobox religious biography|religion=[[Islam]]
| embed = yes
| ethnicity = [[Minangkabau]]
| era = [[Zaman modern]]
| region = [[Sumatera]], [[Jawa]], dan [[
| organization = [[Muhammadiyah]] (
| denomination = [[Suni]]
| jurisprudence = [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]]
Baris 59:
| Sufi_order =
| disciple_of = [[Abdul Karim Amrullah]]
| disciples = {{hlist|[[Duski Samad]]|[[Hamka]]|[[Soekarno]]|[[Malik Ahmad]]|[[Marzuki Yatim]]}}
| influences =
| influenced =
Baris 65:
}}
[[Buya]] [[Haji (gelar)|Haji]] '''Ahmad Rasyid''' [[Daftar gelar Datuk|Sutan Mansyur]] ({{IPA|id|/ˈɑːxmɑːd rɑːˈʃɪd suːˈtɑn mɑːnʃʊr/|lang}}, [[Nama lahir|né]]: Ahmad Rasyid Samad) ({{lahirmati|[[Kabupaten Agam|Afdeling Agam]], [[Pesisir Barat Sumatra]]|15|12|1895|[[Jakarta]]|25|3|1985}}), atau lebih dikenal dengan nama '''A. R. Sutan Mansyur''' adalah seorang [[dai]] aliran [[suni]] dan [[penulis]] berkebangsaan [[Bangsa Indonesia|Indonesia]] yang juga merupakan tokoh dan pemimpin [[Muhammadiyah]].
== Awal kehidupan ==
Ahmad Rasyid Samad ([[Ejaan Lama]]: Achmad Rasjid Samad) lahir di Kampung Air Hangat—{{lang-min|Kampuang Aie Angek}}, [[Maninjau, Tanjung Raya, Agam|Maninjau]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Dataran Tinggi Padang]], [[Pesisir Barat Sumatera]], pada [[15 Desember]] [[1895]] (dalam penanggalan [[Hijriah]]: Ahad, 27 Jumadil Akhir 1313) di malam hari.
Ahmad Rasyid mengenyam pendidikan formal pertama di bangku [[Tweede Inlandsche School|Sekolah Kelas Dua III, Maninjau]]—setara dengan [[Sekolah Rakyat]]—pada tahun 1902 sampai tahun 1909.<ref>{{Cite news |url=http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2010/03/buya-ar-sutan-mansur.html?m=1 |title=Buya Ahmad Rasyid Sutan Mansyur |date=2010-03-01 |access-date=2024-05-27 |work=Muhammadiyah Studies |location= |author1= |quote= |author2= |language=id |archive-date= |archive-url= |dead-url=no }}</ref> Pemerintah Nagari Maninjau memberikan beasiswa kepadanya untuk menjadi guru apabila ia meneruskan pendidikan di ''[[Kweekschool]]'' atau dalam {{lang-id|Sekolah Guru}}, [[Fort de Kock]]. Namun, tawaran itu ia abaikan karena ingin mendalami ilmu agama Islam dan sikapnya yang [[antikolonialisme]].<ref name="biografi1" /> Ia juga memiliki cita-cita untuk melanjutkan studinya di [[Universitas Al-Azhar]], [[Mesir]]. Gurunya, Abu Hanifah—dikenal sebagai Tuan Ismail, menyarankan agar Ahmad Rasyid mempelajari ilmu agama terlebih dahulu kepada [[Abdul Karim Amrullah]] alias Haji Rasul, ayah [[Hamka]], di [[Surau Jembatan Besi]]. Pada 1910, ia menimba ilmu kepada Haji Rasul selama tujuh tahun.<ref>{{Cite news |url=http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/09/02/25/33811-mengembangkan-muhammadiyah-di-sumbar |title=Mengembangkan Muhammadiyah di Sumbar |date=2009-02-25 |access-date=2013-05-12 |work=Republika |location= |author1= |quote= |author2= |language=id |archive-date=2011-07-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110710090546/http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/09/02/25/33811-mengembangkan-muhammadiyah-di-sumbar |dead-url=yes }}</ref>
Baris 88:
[[Berkas:Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka 2020.jpg|jmpl|kiri|Terpasang foto Ahmad Rasyid bersama istri, Fatimah Karim (kanan atas), di sudut sebuah ruangan Museum Kelahiran Buya Hamka.]]
Rasyid mulai menjadi dai Muhammadiyah pada 1923.
Pada 1924, datang ayah mertuanya, Haji Rasul dari [[Padang Panjang]] ke Pekalongan untuk menemui Rasyid dan istrinya ihwal meminta bantuan terhadap Sandi Aman—sebuah [[madrasah]] yang didirikan Haji Rasul pada Oktober 1924—di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]]. Lalu, Rasyid mengajak Haji Rasul untuk menyertai Muhammadiyah dan madrasah tersebut dimitrakan dengan Muhammadiyah sekaligus melebarkan sayap organisasi Muhammadiyah ke luar [[Pulau Jawa]].<ref name="muhsumatera">{{Cite web|author=Afandi|date=Februari 2022|title=AR Sutan Mansur, Pembuka Dakwah Muhammadiyah di Tanah Sumatera|url=https://muhammadiyah.or.id/2022/02/ar-sutan-mansur-pembuka-dakwah-muhammadiyah-di-tanah-sumatera/|work=Muhammadiyah|language=id|access-date=2024-04-21}}</ref> Usaha tersebut disetujui oleh pimpinan Muhammadiyah, [[Ibrahim bin Fadlil]], dan selanjutnya menjadi Madrasah Ibtidaiah Muhammadiyah Minangkabau, serta mengangkat Rasyid sebagai wakil Muhammadiyah di Minangkabau dan istri, Fatimah Karim Amrullah, sebagai wakil [[Aisyiyah]] di Minangkabau. Setelah didirikannya Muhammadiyah cabang Sungai Batang, didirikan pula Madrasah Sanawiah Muhammadiyah Sungai Batang yang menjadi madrasah sanawiah Muhammadiyah pertama di Indonesia.<ref>{{Cite news |url=https://mtsm-sungaibatang.blogspot.com/2012/08/sejarah-ringkas-mts-muhammadiyah-sungai.html?m=1 |title=Sejarah Ringkas MTs Muhammadiyah Sungai Batang |last= |first= |work=Madrasah Sanawiah Muhammadiyah Sungai Batang |date=2012-08-09 |access-date=2024-06-01 }}</ref> Pendirinya adalah Rasyid bersama dengan Abdul Karim Amrullah, Yusuf Amrullah, dan lain-lain.
Di tahun yang sama, adik iparnya, [[Hamka]] mendatangi Pekalongan untuk belajar agama Islam kepada Ahmad Rasyid sekaligus bersilaturahmi dengan kakaknya, Fatimah.<ref>{{Cite book|last=Shobahussurur|date=2008|url=https://books.google.com/books?id=uvHXAAAAMAAJ|title=Mengenang 100 tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Hamka|publisher=Yayasan Pesantren Islam al-Azhar|isbn=978-979-17785-0-3|language=id}}</ref> Saat itu, Hamka berusia remaja merantau ke [[Yogyakarta]] pada 1921 sebelum akhirnya hijrah ke Pekalongan.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2008-08-21|title=Objek wisata Rumah Kelahiran Buya Hamka|url=https://sumbar.antaranews.com/berita/132211/objek-wisata-rumah-kelahiran-buya-hamka|work=Antara News|language=id|access-date=2023-03-22}}</ref> Di Pekalongan, Hamka diperkenalkan dengan tokoh-tokoh religius yang juga perintis kemerdekaan, salah satunya [[Mohamad Roem]]. Hamka kembali ke Padang Panjang pada tahun 1925 bersama dengan Rasyid dan istri untuk membantu Haji Rasul dalam misi tablig Muhammadiyah di Sumatera.<ref name="muhammadiyah">{{Cite web|last=Nurfatoni|first=Mohammad|date=2020-08-28|title=AR Sutan Mansur Ideolog Muhammadiyah|url=https://pwmu.co/160151/08/28/ar-sutan-mansur-ideolog-muhammadiyah/amp/|work=PWMU|language=id|access-date=2021-10-04}}</ref> Setahun setelahnya, Hamka menulis [[novel]] pertamanya dengan tajuk ''[[Si Sabariah]]''.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2023-02-08|title=Hamka|url=https://sumbar.antaranews.com/berita/132211/objek-wisata-rumah-kelahiran-buya-hamka|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|work=[[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]]|language=id|access-date=2023-03-22}}</ref> Hamka menjadi pendamping dalam dakwah Ahmad Rasyid di Sumatera.
Dakwah Muhammadiyah turut disiarkan oleh Haji Rasul hingga berdirinya Muhammadiyah di [[Maninjau, Tanjung Raya, Agam|Maninjau]] dan [[Kota Padang Panjang]]
Ketika berdirinya Muhammadiyah cabang Padang Panjang yang diasaskan oleh [[Saalah Yusuf Sutan Mangkuto|Saalah Yusuf]], Ahmad Rasyid selaku wakil dari Pengurus Besar Muhammadiyah Hindia Timur ({{lang-nl|Hoofdbestuur Moehammadijah van Oost Indië}}) memimpin sidang peresmian pada tanggal 2 Juni 1926, meskipun saat itu, Padang Panjang sedang dipengaruhi oleh ideologi [[komunisme]] yang bernama "Grup Sarekat Rakyat Padang Panjang". Pada awalnya, Muhammadiyah cabang Padang Panjang ini dinamakan sebagai "Perkumpulan Tani".<ref>{{Cite web|date=2020-09-15|title=Tokoh Naqsyabandiyah Bergabung ke Muhammadiyah Demi Lawan Komunis|url=https://rm.id/baca-berita/nasional/47677/kisah-di-balik-diresmikannya-muhammadiyah-padang-panjang-1926-tokoh-naqsyabandiyah-bergabung-ke-muhammadiyah-demi-lawan-komunis|first= |last= |access-date=2021-10-05 |work=Rakyat Merdeka |language=id}}</ref> Setelah peresmiannya, pengikut [[tarekat Naqsyabandiyah]] ramai berbondong-bondong menjadi anggota Muhammadiyah.
Pada akhir 1925, Rasyid dipercayai Pengurus Besar Muhammadiyah untuk memimpin Muhammadiyah di Pesisir Barat Sumatera ketika munculnya pengaruh komunis yang berkonflik dengan Muhammadiyah. Ia juga menyiarkan tablig Muhammadiyah bersama [[Abdul Rozak Fachruddin]] di [[Kota Medan|Medan]] dan [[Kutaraja]] pada 1927. Melalui sikapnya yang [[moderat]] sehingga
Pada tahun 1930, diselenggarakan Kongres ke-19 Muhammadiyah di Minangkabau. Salah satu kesepakatannya adalah dibentuknya Konsul Besar Muhammadiyah di setiap [[keresidenan]]. Sesuai konferensi daerah di [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]] tahun 1931, dipilihlah Ahmad Rasyid sebagai Konsul Besar Muhammadiyah untuk wilayah [[Pesisir Barat Sumatera]] hingga 1943.<ref>{{cite book |last1=Amrullah |first1=Abdul Malik Karim |last2= |first2= |last3= |first3= |last4= |first4= |title=Islam dan Adat Minangkabau |date=1984 |publisher=Pustaka Panjimas |page=274 |url=https://books.google.co.id/books/about/Islam_dan_adat_Minangkabau.html?id=ZSsaAQAAMAAJ |language=id|quote=}}</ref> Kemudian atas usul konsul-konsul besar di Sumatera setuju untuk mengangkat Ahmad Rasyid sebagai Imam Muhammadiyah Sumatera. Selain itu, ia ikut mendirikan sekaligus memimpin [[Pondok Pesantren Kauman Padang Panjang|Kuliatul Mubaligin]] di Padang Panjang sebagai tempat membina santri [[madrasah aliah]]. Di sinilah tempat para kader muda Muhammadiyah di berikan pengetahuan agama dengan bertugas memperkenalkan Muhammadiyah dan ajaran agama Islam di Minangkabau dan daerah-daerah sekitarnya. Kelak, para mubalig tersebut akan memainkan peran penting untuk memimpin dan menggerakkan roda Persyarikatan Muhammadiyah di [[Yogyakarta]]. Bahkan, perkembangannya diperhatikan oleh Konsul Besar Muhammadiyah [[Keresidenan Yogyakarta|Yogyakarta]]. Maka, pada 1926, Muhammadiyah mengutusnya untuk mengawal perkembangan persyarikatan itu.
Baris 115:
Setelah kemerdekaan Indonesia, oleh Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]], Ahmad Rasyid di angkat menjadi Imam—guru agama Islam—bagi [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|TNI Komandemen Sumatera]] Sub Komandemen [[Sumatera Tengah]] yang berpusat di [[Kota Bukittinggi]], antara tahun 1948 hingga 1949.<ref>{{Cite news |url=https://muhammadiyah.or.id/2022/12/mengapa-buya-ar-sutan-mansur-mendapat-gelar-mayor-jenderal-tituler/ |title=Mengapa Buya AR Sutan Mansur Mendapat Gelar Mayor Jenderal Tituler? |date=2019-10-22 |author=Afandi |work=Muhammadiyah |access-date=2024-05-01 }}</ref> Pada Mei 1948, ia diberi pangkat militer oleh pemerintah, yakni [[Kolonel]] [[Tituler]]. Tidak lama setelahnya, pada 31 Desember 1949, Rasyid menyelesaikan tugasnya sebagai penasihat agama sehingga pangkat yang disandangnya hanya berlaku selama bertugas.<ref name="tituler"/> Ahmad Rasyid kembali diminta menjadi penasihat agama [[TNI Angkatan Darat]] dan berkantor di markas besarnya usai [[Konferensi Meja Bundar|pengakuan kedaulatan RI]] pada tahun 1950. Namun, permintaan tersebut ditolak, karena ia memiliki misi dakwah dengan menyebarkan tablig di seluruh [[Sumatera]] selaku pemuka [[Muhammadiyah]]. Pada tahun 1952, Presiden Soekarno pernah memintanya kembali menjadi penasihatnya dengan catatan perlunya merelokasi keluarganya dari Bukittinggi ke [[Jakarta]].<ref name="penasehat">{{Cite news |url=https://123dok.com/document/ynenl7ky-buya-ar-sutan-mansur.html |title=Buya AR Sutan Mansur |last= |first= |work=123dok |access-date=2021-10-03 }}</ref> Justru permintaan tersebut lagi-lagi di tolaknya karena ia ingin menjadi penasihat nonformal. Rasyid pun menyatakan kesediaannya sebagai penasihat apabila tidak diberi upah sehingga ia dengan bebas mengkritik kebijakan pemerintah.
Pada [[Pemilihan umum Konstituante Republik Indonesia 1955|Pemilu 1955]], Ahmad Rasyid terdaftar sebagai salah satu calon legislatif di [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]].<ref>{{Cite news |url=https://langgam.id/kursi-sumatra-tengah-hasil-pemilu-1955-dan-perjalanan-pemilihan-di-sumbar/ |title=Kursi Sumatra Tengah Hasil Pemilu 1955 dan Perjalanan Pemilihan di Sumbar |last=Makmur |first=Hendra |work=Langgam |date=2019-04-17 |access-date=2024-05-12 }}</ref> Ia menjadi calon untuk daerah pemilihan [[Sumatera Tengah]] dari [[Partai Masyumi]]. Pascapemilu, ia berhasil menduduki kursi tersebut bersama rekan-rekan lainnya dari Sumatera Tengah: [[Mohammad Natsir]], [[Duski Samad]], [[Ibrahim Musa]], dan 37 anggota lainnya. Sebagai anggota, Rasyid berdomisili di Jalan Suronatan Nomor 29 A, [[Yogyakarta]].<ref>{{Cite
== Ketua Umum Pusat Pimpinan Muhammadiyah ==
Baris 150:
[[Berkas:Hanif Rasyid.JPG|jmpl|kiri|Hanif Rasyid, putra ketigabelas Ahmad Rasyid dari pernikahannya dengan Fatimah Karim Amrullah.]]
Pada tahun 1917 oleh gurunya, [[Abdul Karim Amrullah]] atau lebih dikenal dengan nama Haji Rasul memperkenalkan putri sulungnya, yaitu Fatimah dari [[Suku Tanjung]].
Ia sebenarnya memiliki dua istri dengan nama yang hampir sama, yaitu [[wikidata:Q107028280|Fatimah]] binti [[Abdul Karim Amrullah|Abdul Karim]] bin [[Muhammad Amrullah|Amrullah]]—dijuluki sebagai Umi Tuo—dan [[wikidata:Q123999723|Fatimah]] binti Abdullah—dijuluki sebagai Umi Etek—yang menikah pada September 1928 dengan dikaruniai 11 orang anak (satu anaknya meninggal ketika balita),<ref>{{Cite news|date=2008-04-25|title=Mengenang Buya Sutan Mansur|url=https://news.okezone.com/amp/2008/04/25/58/103793/mengenang-buya-sutan-mansur|work=[[Okezone.com]]|language=id|access-date=2021-10-03}}</ref> termasuk [[wikidata:Q126125016|Inin Salma Rasyid]] yang merupakan akademisi pendiri sekolah keperawatan Muhammadiyah di [[Kalimantan Barat]] bersama dengan suaminya, Abdul Barry Barasilla.<ref>{{Cite news|date=2022-10-07|title=Inin Salma AR Sutan Mansur, Perempuan Penggerak Pendidikan Muhammadiyah Kalbar|url=https://suaramuhammadiyah.id/2022/10/07/inin-salma-ar-sutan-mansur-perempuan-penggerak-pendidikan-muhammadiyah-kalbar/amp/|work=Suara Muhammadiyah|language=id|access-date=2023-03-22}}</ref> Fatimah binti Abdullah tidak tinggal satu atap dengan Ahmad Rasyid, ia berkediaman di Jalan Kayu Putih, [[Pulo Gadung, Pulo Gadung, Jakarta Timur|Pulo Gadung]], [[Jakarta Timur]].<ref>{{cite web |url=https://pertamananpemakaman.jakarta.go.id/v140/t205/317106/33c5ad0035043188e49428fecceabb7d |title=Hj. Fatimah A. R. Sutan Mansyur binti Abdullah |last= |first= |date= |website= |publisher=Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta |access-date=2024-07-07 |quote=}}</ref><ref name="wawancara" />
Baris 170:
== Catatan ==
{{notelist}}
== Daftar pustaka ==
{{Refbegin|40em}}
* {{cite book
|last = Amrullah
|first = Abdul Malik Karim
|editor-first = Kukuh
|editor-last = Achdiat
|authorlink =
|year = 2020
|title = Pandangan Islam Tentang Kemakmuran
|url = https://books.google.co.id/books?id=cP3hDwAAQBAJ
|volume =
|publisher = Gema Insani
|location = Jakarta
|oclc =
|ref = {{sfnRef|Amrullah|2020}}
|id = ISBN 978-602-250-743-7
}}
* {{cite book
|last = Amrullah
|first = Abdul Wadud Karim
|editor-first =
|editor-last =
|authorlink =
|year = 2016
|title = Sumatran Warrior: Mighty Man of Love and Courage
|language = en
|url = https://books.google.co.id/books?id=R19ADAAAQBAJ
|volume =
|publisher = WestBow Press
|location =
|oclc =
|ref = {{sfnRef|Amrullah|2016}}
|id = ISBN 978-1-5127-3182-8
}}
* {{cite web
|last = Chalid
|first = Arief Rahman
|editor-first =
|editor-last =
|authorlink =
|year = 2009
|title = Pandangan Islam Tentang Kemakmuran
|url = https://arifpmb.wordpress.com/
|volume =
|publisher =
|location = Jakarta
|oclc =
|ref = {{sfnRef|Chalid|2009}}
|id =
}}
* {{cite book
|last =
|first =
|editor-first = Khatib Pahlawan
|editor-last = Kayo
|authorlink =
|year = 2009
|title = Biografi Buya Ahmad Rasyid Sutan Mansoer (Buya Tuo): Dari Pergulatan Ideologis ke Penguatan Aqidah
|url = https://books.google.co.id/books/about/Biografi_Buya_Ahmad_Rasyid_Sutan_Mansoer.html?id=uxlkRwAACAAJ&redir_esc=y
|volume =
|publisher = Suara Muhammadiyah
|location =
|oclc =
|ref = {{sfnRef|Kayo|2009}}
|id = ISBN 978-979-370-862-1
}}
* {{cite book
|last = Samad
|first = Muhammad Thahir
|editor-first =
|editor-last =
|authorlink =
|year = 1992
|title = Autobiografi Perintis Kemerdekaan
|url = https://books.google.co.id/books?id=3GseAAAAMAAJ
|volume = I
|publisher = Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Proyek Pembinaan Kepahlawanan, dan Keperintisan Departemen Sosial Republik Indonesia
|location = Jakarta
|oclc =
|ref = {{sfnRef|Samad|1992}}
|id =
}}
* {{cite book
|last = Al-Hamdi
|first = Ridho
|editor-first = Muhammad Ali
|editor-last = Fikih
|authorlink =
|year = 2020
|title = Paradigma Politik Muhammadiyah
|url = https://books.google.co.id/books?id=YQD3DwAAQBAJ
|volume =
|publisher = Diva Press
|location = Yogyakarta
|oclc =
|ref = {{sfnRef|Ridho|2020}}
|id = ISBN 978-623-7378-67-9
}}
* {{cite book
|last =
|first =
|editor-first =
|editor-last =
|authorlink =
|year = 1956
|title = Kumpulan peraturan-peraturan untuk pamilihan Konstituante
|url = https://books.google.co.id/books?id=DvxZQtmFr4cC
|volume =
|publisher = Kementerian Penerangan Republik Indonesia
|location =
|oclc =
|ref = {{sfnRef|1956}}
|id =
}}
{{refend}}
== Referensi ==
Baris 185 ⟶ 302:
{{kotak suksesi
| jabatan = [[Daftar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah|Ketua Umum PP Muhammadiyah]]
| tahun =
| pendahulu = [[Bagus Hadikusumo]]
| pengganti = [[Muhammad Yunus Anis]]
|