Gareng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:gareng.png|right|240px|thumb|Gareng]]
Nama lengkap dari '''Gareng''' sebenarnya adalah '''Nala Gareng''', hanya saja [[masyrakatmasyarakat]] sekarang lebih akrab dengan sebutan “Gareng”.
 
== Riwayat ==
{{spoiler}}
Gareng adalah [[purnakawanpunakawan]] yang [[Kaki|berkaki]] pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam melangkahkan kakibertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ''ciker'' atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam [[penyakit bubul]].
 
Dalam suatu ''carangan'' Gareng pernah menjadi [[raja]] di [[Paranggumiwayang]] dengan gelar '''''Pandu Pragola'''''. Saat itu dia berhasil mengalahkan prabu [[Welgeduwelbeh]] raja dari [[Borneo]] yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu [[Petruk]].
 
Dulunya, Gareng berujud [[ksatria]] tampan bernama '''Bambang Sukodadi''' dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap ksatriasatriya yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan [[semedi|tapanya]], ia berjumpa dengan ksatriasatriya lain bernama ''Bambang panyukilanPanyukilan''. Karena suatu kesalah pahamankesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara [[Ismaya]] (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah ''pamong'' para ksatriasatriya Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk ''Jangganan Samara Anta'', dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua ksatriasatriya yang baru saja berkelahi itu.
 
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua ksatriasatriya itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah [[Karang Dempel]], titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua kesatria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur ([[Pandawa]]), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari [[Semar]].
 
{{tokoh wayang}}