Karangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 202.152.243.20 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Mimihitam
Baris 15:
 
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali [[ide]]. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi '''adik simba'''.{{Citation needed|date=Oktober 2009}}
# ('''W'''hat) '''A'''pa yang akan diceritakan,
# ('''W'''here) '''Di''' mana seting/lokasi ceritanya,
# ('''W'''hen) '''K'''apan peristiwa-peristiwa berlangsung,
# ('''W'''ho) '''Si'''apa pelaku ceritanya,
# ('''W'''hy) '''M'''engapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
# ('''H'''ow) '''Ba'''gaimana cerita itu dipaparkan.
 
=== Contoh ===
 
'''Contoh narasi berisi fakta:'''
 
[[Ir. Soekarno]]
Ir. Soekarno, Presiden [[Republik Indonesia]] pertama adalah seorang [[nasionalis]]. Beliau memimpin [[PNI]] pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.{{br}}
 
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan [[Pancasila]] pada sidang [[BPUPKI]] tanggal 1 Juni 1945.{{br}}
Soekarno bersama [[Mohammad Hatta]] sebagai wakil bangsa Indonesia mem[[proklamasi]]kan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap [[Belanda]] dan diasingkan ke [[Bengkulu]] pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke [[Yogya]] dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.{{br}}
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada [[Konferensi Asia Afrika]] di [[Bandung]] tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.
 
'''Contoh narasi fiksi:'''
 
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak [[tangan]] ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.{{br}}
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?{{br}}
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah [[hati]] kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
 
== Deskripsi ==